Dark/Light Mode
BREAKINGNEWS
- Menkes: Kesehatan Salah Satu Modal Utama Capai Target Indonesia Emas 2045
- Jangan Sampai Kehabisan, Tiket Proliga Bisa Dibeli di PLN Mobile
- Temui Cak Imin, Prabowo Ingin Terus Bekerjasama Dengan PKB
- Jaga Rupiah, BI Naikkan Suku Bunga 25 Bps Jadi 6,25 Persen
- Buntut Pungli Rutan, KPK Pecat 66 Pegawainya
Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU
RM.id Rakyat Merdeka - Erick menunjukkan dua foto. Saat masih bayi digendong ayah dan satu foto lagi, saat usia 10 tahun ikut merantau.
“Bayangkan, merantau dari sebuah desa kecil ke Pulau Jawa. Itu true story,” katanya.
Merantau dengan tujuan, agar hidup maju. Awalnya di Jakarta, serba kesusahan. Tinggal di gubuk dan buang air pun masih ngegali tanah. Lalu, ayahnya masuk Astra tahun 1968, mulai bekerja dan berkarir.
Baca juga : Erick Curhat, Sempet Pusing Gara-gara Hoax Vaksin Isi Chip
“Kalau pulang kantor, beliau teriak. Mana Erick, Boy. Itu ekspresi bonding beliau kepada anak-anaknya,” kata Erick.
Ayahnya tipikal sederhana. Banyak memberikan filosofi kehidupan dan wawasan.
“Ibu saya juga luar biasa. Usianya sekarang 82 tahun. Uang bapak saya dikumpulin, beli tanah, jual beli tanah. Uangnya dibelikan asuransi pendidikan supaya kita bisa sekolah ke luar negeri. Saya bersyukur, orang tua mempunyai kelebihan dan membentuk karakter saya. Duh, kalau terlalu lama cerita keluarga, saya susah ngomong,” katanya, terharu.
Baca juga : Survei CNN: PDIP Dan Golkar Paling Difavoritkan
Kiki Iswara menceritakan, kebiasaan ayah Erick Thohir, 15 tahun lalu. Yaitu makan soto kambing di Jalan Blora. Meskipun saat itu sudah jadi pengusaha besar, tapi Pak Thohir masih mau duduk dan antri dengan orang-orang kebanyakan, bahkan ngobrol dan mendengarkan cerita mereka.
Kata Erick, ayahnya memang memiliki empati, dan peduli pada orang lain. Saat krisis ekonomi tahun 1998, Erick dan kakaknya diajak bicara oleh ayahnya.
“Sebagai lulusan luar negeri, yang terpikirkan adalah efisiensi perusahaan. Tapi ayah saya bilang, tidak boleh lepas pegawai. Kita kaget. Tapi, saya ingat keyakinan ayah saya, bahwa ekonomi nanti tumbuh baik kembali,” ucap Erick. Dan ternyata benar. [NAN/ SAR]
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tags :
Berita Lainnya