Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Talasemia Penyakit Keturunan, Kenali Cara Mencegahnya

Selasa, 10 Mei 2022 14:58 WIB
Talasemia dapat diturunkan dari perkawinan antara dua orang pembawa sifat. (Foto: Kemenkes)
Talasemia dapat diturunkan dari perkawinan antara dua orang pembawa sifat. (Foto: Kemenkes)

RM.id  Rakyat Merdeka - Talasemia adalah penyakit keturunan (kelainan genetik) akibat kelainan sel darah merah, yang dapat menyebabkan penderita harus melakukan transfusi darah sepanjang usianya.

Penyakit tersebut bisa dicegah melalui deteksi dini.

Talasemia dapat diturunkan dari perkawinan antara dua orang pembawa sifat.

Seorang pembawa sifat talasemia secara kasat mata tampak sehat (tidak bergejala), hanya bisa diketahui melalui pemeriksaan darah dan analisis hemoglobin.

Cara mengetahui seorang talasemia dilakukan melalui pemeriksaan riwayat penyakit keluarga yang anemia atau pasien talasemia, pucat, lemas, riwayat transfusi darah berulang, serta pemeriksaan darah hematologi dan analisa Hb.

Baca juga : JK Dapat Penghargaan Tertinggi Dari Pemerintah Jepang

Berdasarkan data dari Yayasan Talasemia Indonesia, terjadi peningkatan kasus talasemia yang terus menerus.

Sejak tahun 2012 sebanyak 4.896 kasus hingga Juni 2021, data penyandang talasemia di Indonesia sebanyak 10.973 kasus.

Dari sisi pembiayaan, menurut data BPJS Kesehatan 2020, beban pembiayaan kesehatan sejak tahun 2014 sampai tahun 2020 terus meningkat.

Talasemia menempati posisi kelima di antara penyakit tidak menular setelah penyakit jantung, gagal ginjal, kanker dan stroke. Dengan nilai pembiayaan Rp 2,78 triliun pada tahun 2020.

Terkait hal ini, Plt. Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan (Kemenkes), dr. Elvieda Sariwati, M.Epid mengatakan, penyakit talasemia dapat dicegah dengan deteksi dini.

Baca juga : Hari Pertama Kerja, KPK Gelar Apel Pagi Secara Hybrid

Pembawa sifat talasemia harus diidentifikasi, agar tidak terjadi perkawinan sesama pembawa sifat.

Secara klinis, ada tiga jenis talasemia. Yakni talasemia mayor, talasemia intermedia, dan talasemia minor/trait/pembawa sifat.

Pasien talasemia mayor memerlukan transfusi darah secara rutin seumur hidup (2-4 minggu sekali).

Berdasarkan hasil penelitian Eijkman tahun 2012,  angka kelahiran bayi dengan talasemia mayor diperkirakan sekitar 20 persen. Atau mencapai 2.500 anak dari jumlah penduduk sekitar 240 juta.

Sementara pasien talasemia intermedia membutuhkan transfusi darah, tetapi tidak rutin.

Baca juga : Mengurai Kepadatan Arus Mudik Dan Balik Lebaran

Sedangkan pasien talasemia minor/trait/pembawa sifat secara klinis sehat, hidup seperti orang normal secara fisik dan mental, tidak bergejala dan tidak memerlukan transfusi darah.

"Sampai saat ini, talasemia belum bisa disembuhkan. Namun, kelahiran bayi talasemia mayor dapat dicegah dengan cara menghindari pernikahan antar sesama pembawa sifat. Atau mencegah kehamilan pada pasangan pembawa sifat talasemia, yang dapat diketahui melalui upaya deteksi dini terhadap populasi tertentu,” papar Elvieda di Jakarta, Selasa (10/5).

Hari Talasemia

Dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan penyebaran informasi serta pengendalian talasemia, Kementerian Kesehatan mengadakan peringatan Hari Talasemia Sedunia melalui beberapa rangkaian kegiatan yaitu media briefing, webinar dan deteksi dini pada keluarga.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.