Dark/Light Mode

Solutif: Mobil Listrik Transportasi Ramah Lingkungan Saat Rekreasi

Rabu, 28 Desember 2022 14:55 WIB
Pengembangan mobil listrik. (Foto: Antara)
Pengembangan mobil listrik. (Foto: Antara)

Rekreasi adalah satu kata yang sering dengar dan hampir semua pernah merasakannya. Kata ini identik dengan berpergian, jalan-jalan, dan masih banyak lainnya. Hal ini tidak bisa dihindari lagi karena ini merupakan suatu kebutuhan kita. Bahkan, ketika kita menghindarinya kita akan merasa penat dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Jika kita melakukan rekreasi tentu kita menggunakan transportasi untuk mencapainya. Terutama ketika kita bepergian dengan jarak tempuh yang cukup jauh. Penggunaan kendaraan ini terutama kendaraan berbahan bakar fosil ini dapat mengakibatkan dampak buruk bagi diri kita. Tapi, bukan hanya diri kita yang merasakan tapi bumi kita juga ikut merasakannya. Oleh karenanya, dalam penggunaan kendaraan bermotor ini kita juga harus memperhatikan apa yang akan terjadi selanjutnya.

Pada saat seperti ini, teknologi semakin maju sehingga kita dengan mudah dapat menemukan tempat rekreasi yang baru dan cocok bagi kita. Hal ini juga dapat menyebabkan penambahan gas yang dikeluarkan dari kendaraan bermotor itu sendiri. Hasil pengeluarannya itu berupa karbon monoksida (CO), karbon dioksida (CO2), nitrogen oksida (NO atau NOx), dan hidrokarbon (HC) yang dihasilkan dari pembakaran tidak sempurna dari kendaraan. Gas CO bisa menyebabkan pingsan, bahkan gas CO2 itu menyumbangkan pemanasan global yang menyebabkan perubahan iklim di dunia. Lebih parahnya lagi dapat merusak sistem pernapasan hingga merusak sistem peredaran darah.

Indonesia merupakan negara terbesar urutan ke-15 dan populasinya merupakan populasi terbanyak urutan ke-4 di bawah Amerika Serikat dengan jumlah 276,4 juta jiwa pada tahun 2021. Sedangkan Indonesia ini dikenal sebagai negara berkembang, negara berkembang memiliki ciri-ciri yaitu mereka akan membeli apa yang mereka tidak punya agar mereka dikenal sebagai orang sukses.sehingga kemungkinan pemakaian kendaraan berbahan bakar fosil akan terus meningkat di Indonesia. Tetapi, di Indonesia ini sendiri peningkatan jumlah kendaraan berbahan bakar fosil yang tak diimbangi dengan pemeliharaan lingkungan menimbulkan polusi yang berakibat masalah kesehatan, kemacetan, dan masalah lingkungan.

Baca juga : Ribuan Alumni UMK Academy Didorong Hasilkan Produk Ramah Lingkungan

Melihat potensinya, perkembangan kendaraan bermotor akan maju pesat di Indonesia. Hal ini dapat menyebabkan kenaikan emisi karbon yang drastis. Menurut International Energy Agency (IEA), sebuah lembaga yang bertanggung jawab terhadap perbaikan struktur pasokan dan pemakaian energi dunia, emisi karbon naik karena penggunaan energi yang berlebihan, sehingga dibutuhkan usaha untuk mengembangkan sumber-sumber energi alternatif dan usaha untuk meningkatkan penghematan energi. Data IEA juga mengungkapkan bahwa emisi karbon pada tahun 2021 naik sekitar 6 persen atau 36,3 gigaton CO2 atau dari tahun sebelumnya. Hal ini bisa bertambah lagi jika ini tidak ada alternatif pengganti kendaraan berbahan bakar fossil. Peristiwa ini menobatkan tahun 2021 sebagai kenaikan emisi terbesar dalam sejarah.

Masalah perubahan iklim akibat dari emisi karbon sudah tertuang dalam Sustainable Development Goals (SDGs) 2030 yang berbunyi “Penanganan Perubahan Iklim”. Maksudnya adalah, upaya untuk mengurangi emisi karbon yang mengakibatkan perubahan iklim. Salah satunya dengan mengganti penggunaan kendaraan bermotor berbahan bakar fosil. Salah satunya dengan mengganti penggunaan bahan bakar fosil. Dengan mengacu kenaikan emisi karbon yang semakin lama akan terus meningkat, maka bagaimanakah cara untuk menguranginya?

Saat ini, Pemerintah telah berupaya mencari cara agar dapat mengurangi emisi karbon ini. Yaitu dengan mengganti transportasi umum berbahan bakar fosil menjadi transportasi berbahan dasar listrik. Kendaraan listrik ini pertama kali dikenalkan pada awal abad ke-18, dengan fokus pada konsep kendaraan bertenaga baterai dan mulai membuat membuat kendaraan listrik dalam skala kecil. Tapi, kepopulerannya meredup dikarenakan teknologi mesin pembakaran dalam (seperti kendaraan diesel) yang semakin maju dan harga kendaraan berbahan bakar bensin yang semakin murah. Sekarang manusia sendiri mulai sadar akan bahaya kendaraan berbahan bakar fosil. Di Indonesia, tren penjualan kendaraan bertenaga listrik sudah mulai digalakkan karena dapat memberikan harapan untuk mencegah perubahan iklim. Sedangkan diperkirakan semua bahan bakar fosil kita akan habis pada tahun 2060.

Baca juga : Rilis Versi PC, CamScanner Rambah Lingkup Kerja

Di negara lain seperti Norwegia, penggunaan kendaraan listrik sudah mencapai 81 persen dikarenakan pembebasan pajak bagi pengguna kendaraan listrik. Di negara ini juga Pemerintah Norwegia akan mengalihkan penggunaan kendaraan bensin ke kendaraan listrik pada akhir 2023. Di negara kita, sudah mulai digalakkan, bahkan di dalam situs web Kementerian Perindustrian tertera bahwa Indonesia menargetkan produksi 400 ribu unit kendaraan listrik pada 2025 dan 5,7 juta unit pada 2035. Untuk mempersiapkannya, Pemerintah telah merumuskan sejumlah peraturan yang diturunkan dari Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007 tentang Energi. Pada tahun 2017, Pemerintah menerbitkan Peraturan Presiden Nomor 22 Tahun 2017 tentang Rencana Umum Energi Nasional, yang mengatur kebijakan terkait pengembangan KBL. Hal ini juga didukung dengan penerbitan Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun 2019 tentang Percepatan Program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai untuk Transportasi Jalan.

Indonesia sendiri telah memulai kerja sama dengan BUMN yakni PLN, Antam, Inalum, dan Pertamina untuk membentuk Indonesia Battery Corporation (IBC) sebagai bahan dasar dalam pembuatan kendaraan berlistrik. Bahkan Indonesia sudah mulai kerjasama dengan menandatangani nota kesepahaman dengan Hyundai dan LG dari Korea Selatan dalam pembangunan pabrik baterai kendaraan bermotor listrik di Indonesia dengan menginvestasikan dana senilai 1,1 miliar dolar AS. Kerja sama ini dimulai pada pada kuartal V-2021 dan ditargetkan selesai pada tahun 2023. Pabrik ini diharapkan akan mulai beroperasi pada paruh pertama tahun 2024.

Tapi, hal ini tidak didukung dengan harga yang cocok untuk warga Indonesia. Agar semua ini dapat tercapai maka harga pasar harus disesuaikan dengan ukuran kantong warga Indonesia. Mengacu pada negara Norwegia mungkin peringanan pajak bahkan penghilangan pajak bagi pemilik kendaraan bermotor tenaga listrik serta menaikkan pajak bagi pengguna kendaraan berbahan energi fosil.

Baca juga : Menteri Siti: Dana BPDLH Fokus Atasi Lingkungan Hingga Iklim

Pada dasarnya, manusia itu membutuhkan waktu untuk rekreasi. Kebanyakan dari mereka terutama di Indonesia memilih untuk menggunakan kendaraan pribadi. Sedangkan, di Indonesia sendiri terdapat 276,4 juta jiwa pada tahun 2021. Jika 276,4 hampir semua menggunakan kendaraan berbahan bakar fosil. Bahan bakar fosil itu sendiri bisa mengeluarkan gas yang disebut emisi karbon dan emisi karbon itu sendiri berbahaya bagi kelangsungan hidup di muka bumi. Jika itu terus terjadi, bagaimana dengan nasib kita ini?

Salah satu inovasi yang terus berkembang untuk menggantikan keberadaan bahan bakar fosil ialah tenaga listrik. Bahan bakar tenaga listrik ini diyakini akan mengurangi pengeluaran emisi karbon. Tapi di Indonesia ini sendiri barang tersebut merupakan barang yang mahal, jika mahal cenderung pajaknya akan lebih tinggi. Hal tersebut yang membuat masyarakat indonesia enggan untuk membelinya. Jika kita menengok ke negara lain seperti Norwegia. Negara Norwegia ini menghilangkan pajak bagi pemilik kendaraan bertenaga listrik. Hal ini yang bisa kita contoh sehingga akan mendorong pengguna kendaraan berbahan bakar fosil menjadi pengguna kendaraan bertenaga listrik.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.