Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Cegah Diabetes Pada Anak Dengan Pola Makan Seimbang & Batasi Gula

Rabu, 8 Maret 2023 20:28 WIB
Diskusi Pencegahan Diabetes pada Anak dengan Pola Makan dan Gaya Hidup yang Tepat, di Jakarta, Rabu (8/3). (Foto: Istimewa)
Diskusi Pencegahan Diabetes pada Anak dengan Pola Makan dan Gaya Hidup yang Tepat, di Jakarta, Rabu (8/3). (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Kasus diabetes pada anak terus meningkat. Data Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menunjukan, pasien diabetes anak umumnya berusia 10-14 tahun, dengan jumlah sekitar 46 persen dari total angka yang dilaporkan.

Diabetes tipe 1 terjadi karena kadar insulin yang rendah akibat kerusakan sel beta pankreas. Pengidap penyakit ini harus mendapatkan suntik insulin secara rutin untuk mencegah komplikasi. Sedangkan diabetes tipe 2 disebabkan oleh kelenjar pankreas yang tidak dapat mencukupi kebutuhan insulin pada tubuh, sehingga insulin tidak berfungsi dengan optimal.

Dokter spesialis anak dari IDAI Dana Nur Prihadi menyebutkan, diabetes pada anak seringkali tidak menimbulkan gejala yang jelas. Diagnosis diabetes pada umumnya terlewatkan di awal. 

“Orang tua mesti curiga jika anak mengalami penurunan berat badan padahal di saat yang sama anak lebih banyak minum dan lebih banyak makan. Tiba-tiba mengompol di malam hari padahal sebelumnya tidak. Umumnya inilah gejala diabetes tipe 1 pada anak-anak. Segera cek gula darah dan konsultasikan ke dokter,” ucapnya, dalam diskusi “Pencegahan Diabetes pada Anak dengan Pola Makan dan Gaya Hidup yang Tepat”, di Jakarta, Rabu (8/3).

Baca juga : Orang Pajak Pake Konsultan Pajak Ramaikan Jagat Maya

Anak diabetes tetap bisa melakukan aktivitas dan mencapai cita-citanya. Jika kontrol metaboliknya bagus, tumbuh kembang anak diabetes akan sebaik anak sehat. Kontrol metabolik meliputi pengukuran kadar HbA1C setiap tiga bulan sekali. “Upayakan agar kadar gula darah senormal mungkin,” lanjutnya.

Lonjakan kasus diabetes pada anak memang memprihatinkan. Untuk mengatasi persoalan tersebut, Pemerintah telah melakukan upaya pencegahan. Salah satunya dengan menekankan pentingnya screening secara berkala sehingga jika ditemukan gejala penyakit tertentu dapat segera ditangani. Menjaga kesehatan selama kehamilan dengan cara rutin memeriksakan kandungan ke dokter atau bidan, serta mengonsumsi makanan bergizi seimbang juga turut berpengaruh pada kesehatan janin sehingga risiko infeksi bisa ditekan.

“Perhatikan kesehatan anak kita dimulai dari pola asuh orang tua yang sehat. Jadi orang tua memiliki peran sentral dalam membentuk anak-anak yang tumbuh sehat sehingga bisa terhindari dari risiko penyakit, termasuk diabetes ini,” ujar Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementrian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi, di tempat yang sama.

Walaupun diabetes bukan penyakit menular, tetapi dapat menimbulkan berbagai komplikasi, seperti pada saraf, mata, dan juga gangguan pada tumbuh kembang anak. Berbeda dengan tipe 1 yang tidak bisa dicegah, kejadian diabetes tipe 2 pada anak dapat dicegah atau ditunda dengan pola makan seimbang dan olahraga yang teratur.

Baca juga : Merespons Pesan Anak Desa Tentang Pembangunan SDM

Program Pemerintah untuk mengatasi balita obesitas dilakukan dengan memonitor perkembangannya dengan menimbang badan sebulan sekali. “Pemerintah juga melakukan penyediaan antropometri standar di Puskesmas dan Kartu Pantau Berat Badan,” ujar Nadia.

Guru Besar Perilaku Konsumen, Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor, Prof Ujang Sumarwan, menegaskan bahwa saat ini konsumsi gula harian masyarakat, baik yang didapat dari makanan atau minuman, sudah tergolong berlebihan. Tingginya konsumsi makanan dan minuman manis tergambar pada hasil Riset Kesehatan Dasar 2018. Sebanyak 47,8 persen responden mengonsumsi makanan manis 1-6 kali per minggu. Kemudian, 59,6 persen anak usia 3-4 tahun mengonsumsi makanan manis lebih dari satu kali sehari dan 68,5 persen mengonsumsi minuman manis lebih dari satu kali sehari. 

“Konsumsi gula yang berlebihan ini tentu saja menambah besar risiko penyakit diabetes. Karena itu perlu tindakan preventif yang sangat serius dan tegas dalam membatasi kandungan gula dalam produk makanan dan minuman yang dijual di pasaran,” tegas Prof Ujang. 

Lebih rinci Prof Ujang menyebutkan, gula terburuk terdapat pada makanan olahan, minuman olahraga, makanan penutup, dan jus buah. Anak yang dibebaskan untuk mengasup makanan atau minuman tinggi gula setiap hari tentu dapat berdampak pada asupan kalori dan zat gizi secara berlebihan. Ini karena camilan yang disukai anak pada umumnya tinggi gula dan garam, namun rendah protein dan vitamin.

Baca juga : Dubes RI Iwan Bogananta Dorong Pengusaha Makanan Jajaki Pasar Eropa

Kementerian Kesehatan menyarankan batas asupan gula per hari sekitar 50 gram atau 4 sendok makan untuk orang dewasa sehat. Asosiasi Ahli Jantung Amerika Serikat (AHA) menyebut, batas maksimal konsumsi gula untuk anak usia 2 hingga 18 tahun kurang dari 24 gram per hari.■

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.