Dark/Light Mode

Prof. Tjandra Kaget, Kisi Basi Dan Nasi Xtreme Kutu Dijual Di Turki

Minggu, 14 Mei 2023 12:26 WIB
Paket nasi Xtrems Kutu dijual di Turki (Foto: dok. Pribadi)
Paket nasi Xtrems Kutu dijual di Turki (Foto: dok. Pribadi)

RM.id  Rakyat Merdeka - Perbedaan arti kata berbagai bahasa, seringkali cukup menarik. Kadang bikin kita senyum-senyum. Kadang bikin kaget.

Inilah yang antara lain dirasakan mantan Direktur WHO Prof. Tjandra Yoga Aditama, saat berkunjung ke Istanbul, Turkiye.

"Saya lihat, ada ayam goreng yang dijual dengan tulisan 'Xtreme Kutu'. Kaget juga saya. Saya pikir, mereka menjual ayam lengkap dengan “kutu” nya. Ternyata, tidak," ujar Prof. Tjandra dalam keterangannya, Minggu (14/5).

 

 

Baca juga : Indonesia Dan Rusia Teken MoU Kerja Sama Di Bidang Hukum

Dalam bahasa Turkiye, “kutu” bermakna kotak atau box. Jadi, penjual ayam goreng Xtremen Kutu menjajakan paket ayam dengan kentang, minuman dan lain-lain dalam satu kotak.

"Mungkin kalau istilah kita, namanya paket. Tentu nggak ada kutunya sama sekali," tutur Prof. Tjandra, yang juga Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI/Guru Besar FKUI.

Prof. Tjandra kembali tercengang, saat menjumpai restoran bertulis Kisi "Basi", saat jalan-jalan di dekat Pelabuhan Beskitaz, Selat Bosphorus.

"Heran lagi saya. Kok makanan “basi” dijual ya. Siapa yang mau beli? Ternyata, “basi” ini maksudnya kepala. Jadi, ini adalah harga makanan per kepala, atau per orang," papar Prof. Tjandra.

Masih tentang makanan, tapi bukan makanan. Di bagian luar pameran lukisan Istana Dalmabache yang indah di tepi selat Bosphorus, Prof. Tjandra menemukan tulisan trolley 'bebek'.

Baca juga : Sandiaga Uno Ajak Sineas Bali, NTB, Dan NTT Ikut Festival Film Bulanan

Tentu maksudnya, bukan untuk bebek yang mau nonton pameran lukisan. Dalam bahasa Turkiye, bebek artinya bayi. Jadi, itu adalah tempat menitipkan kereta bayi.

Beberapa kata lain, di antaranya adalah 'maiydan', yang berarti lapangan atau square. Mungkin, dalam bahasa Indonesia, kata ini terserap menjadi 'medan'.

Tentunya, bukan medan kota. Tetapi, medan yang menunjukkan area / lapangan.

"Yang agak sedikit saru adalah kata 'berrak'. Ternyata, kata itu sama sekali tak ada hubungannya dengan saluran pencernaan. Dalam bahasa Turkiye, 'berrak' artinya murni. Bahasa Inggrisnya, pure atau clear," jelas Prof. Tjandra.

Selain itu, masih ada kosakata Turkiye lain, yang mirip dengan bahasa Indonesia. Yakni, kata 'kalem'. Ternyata, kata itu tidak ada hubungannya dengan perilaku lemah lembut. Kalem adalah pulpen.

Baca juga : Prof Tjandra Bahas Global Health Reset Di Simposium Internasional Turki

"Jadi, kita bisa menulis dengan 'kalem'," ucapnya.

Ada lagi kata 'hamilen', yang berarti hamil alias berbadan dua. Serta 'kitap', yang bermakna buku.

"Waktu akan pulang ke Jakarta, di Bandara Istanbul ada tulisan 'gule gule'. Wah, saya pikir ada gulai nih di bandara. Lumayan bisa disantap sebelum terbang. Tapi ternyata, dalam bahasa Turkiye,  'gule gule' artinya selamat jalan. Sama sekali tak ada hubungannya dengan makanan," pungkas Prof. Tjandra. ■

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.