Dark/Light Mode

President University Gelar Pelatihan Kepemimpinan Di Perguruan Tinggi

Rabu, 6 September 2023 21:00 WIB
Pelatihan kepemimpinan perguruan tinggi yang digelar President University. (Foto: Ist)
Pelatihan kepemimpinan perguruan tinggi yang digelar President University. (Foto: Ist)

RM.id  Rakyat Merdeka - Perguruan tinggi perlu mereformasi dirinya sendiri. Saat ini, banyak materi perkuliahan yang diajarkan kampus ternyata sudah tidak sejalan lagi dengan kebutuhan Dunia Usaha Dunia Industri (DUDI). 

Begitu kata Rektor Presuniv Prof. Dr. Chairy saat membuka pelatihan Kepemimpinan di Perguruan Tinggi yang diselenggarakan President University (Presuniv) selama sepekan pada Agustus 2023 lalu. 

Hadir pula pada pembukaan pelatihan tersebut Ketua Yayasan Pendidikan Universitas Presiden Prof. Dr. Ir. Budi Susilo Soepandji, DEA. Pelatihan ini diikuti oleh para dekan, ketua program studi, para kepala biro dan jajaran manajerial lainnya di Presuniv. Hadir pula beberapa perwakilan dari universitas lain, seperti Universitas Indonesia, Universitas Yarsi dan Universitas Krisnadwipayana dari Jakarta, dan International Women University dari Bandung.

Menurut dia, DUDI tengah mereformasi bisnisnya dari yang semula berbasis Industry 3.0 menuju Industry 4.0, bahkan Society 5.0. Kondisi tersebut menuntut perguruan tinggi untuk berani merombak sistem pendidikannya agar lebih sejalan dengan kebutuhan DUDI.

Baca juga : Srikandi Ganjar Gelar Pelatihan Merias Penari Di Kediri

Kata dia, salah satu isu penting dalam reformasi sistem pendidikan adalah masalah pemimpin dan kepemimpinan. Pemimpin harus berani mereformasi dirinya sendiri terlebih dahulu, termasuk kepemimpinannya. Hanya dengan cara seperti, suatu perguruan tinggi akan bisa melakukan reformasi guna menghasilkan lulusan yang berkualitas dan selaras dengan kebutuhan DUDI.

“Universitas harus berani meninggalkan beragam pengetahuan, keterampilan, dan kompetensi lama yang sekarang ini sudah tidak dibutuhkan lagi. Apalagi sekarang ini semakin banyak saja jenis-jenis pekerjaan yang hilang, dan digantikan oleh mesin. Maka, untuk merespon perkembangan tersebut, universitas harus adaptif dan berani mendisrupsi dirinya sendiri,” kata Prof. Chairy.

Pelatihan ini merupakan bagian dari program yang dikelola oleh konsorsium iHiLead atau Indonesia Higher Education Leadership. Konsorsium ini terdiri dari tujuh universitas asal Indonesia, dan tiga universitas dari Uni Eropa.

Tujuh universitas dari Indonesia tersebut adalah President University dan Universitas Padjajaran dari Jawa Barat; Universitas Ahmad Dahlan dan Universitas Islam Indonesia dari Yogyakarta; Universitas Brawijaya dan STIE Malangkucecwara dari Malang, Jawa Timur; dan Universitas Negeri Semarang dari Semarang. 

Baca juga : Dubes RI Di Brunei Gelar Pemeriksaan Kesehatan Gratis Bagi Pekerja Migran

Sementara, tiga universitas asing terdiri dari University of Gloucestershire dari United Kingdom, International School for Business and Social Studies (ISBSS) dari Slovenia; dan University of Granada dari Spanyol. Konsorsium ini berada di bawah supervisi Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset dan Teknologi dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek).

Dalam pelaksanaannya, konsorsium iHiLead mendapat dukungan dari Education, Audiovisual and Culture Executive Agency (EACEA), sebuah badan yang berada di bawah Eramus+ dari Uni Eropa. Erasmus+ adalah komisi di Uni Eropa yang mendukung berbagai kegiatan dalam bidang pendidikan, pelatihan, kepemudaan dan olahraga di berbagai negara di dunia.

Pelatihan Kepemimpinan di Perguruan Tinggi bertujuan meningkatkan kualitas pendidikan tinggi di Indonesia melalui reformasi pemimpin dan kepemimpinannya. Sasaran akhir pelatihan adalah agar kualitas lulusan universitas semakin mampu menjawab kebutuhan DUDI yang sangat dinamis.

Materi pelatihan mencakup enam topik. Mulai dari Authentic Leadership, Managing People, Managing Resources yang terbagi atas dua sub topik, yakni finance dan aset-aset fisik, Managing Change, dan Managing Conflict. Pada sesi terakhir, setiap peserta diminta untuk menyusun Action Learning Set.

Baca juga : Kowarteg Ganjar Gelar Pelatihan Kerajinan Tangan Untuk Dorong Ekonomi MandiriĀ 

Prof. Budi Susilo mengatakan, Indonesia saat ini memasuki era Industry 4.0 yang dipicu oleh perkembangan teknologi, khususnya teknologi digital. Namun di sisi lain, masih banyak perguruan tinggi di Indonesia yang dikelola dengan cara-cara lama. 

“Sistem pendidikannya masih memakai pola-pola yang merupakan peninggalan masa lalu. Belum adaptif terhadap kemajuan yang terjadi di dunia industri dan mengadopsi perkembangan teknologi,” ungkap Prof. Budi Susilo.

Maka, kata dia, tak heran jika banyak pengetahuan dan keterampilan lulusan perguruan tinggi yang kurang sesuai dengan kebutuhan DUDI. Ini kemudian tercermin dari masih tingginya lulusan perguruan tinggi yang menganggur.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.