Dark/Light Mode

Etana Bersama KPCDI Edukasi Masyarakat tentang Kesehatan Ginjal

Minggu, 17 September 2023 23:31 WIB
dr. Maruhum Bonar H Marbun (tengah) dan dr Mirna Nurasri Praptini (kanan) mengedukasi masyarakat tentang transplantasi ginjal dan anemia pada pasien ginjal kronik kesehatan ginjal, Minggu (17/9). (Foto: Istimewa)
dr. Maruhum Bonar H Marbun (tengah) dan dr Mirna Nurasri Praptini (kanan) mengedukasi masyarakat tentang transplantasi ginjal dan anemia pada pasien ginjal kronik kesehatan ginjal, Minggu (17/9). (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - PT Etana Biotechnologies Indonesia (Etana) bersama Komunitas Pasien Cuci Darah Indonesia (KPCDI) menyelenggarakan edukasi kesehatan ginjal dengan menghadirkan narasumber dr. Maruhum Bonar H Marbun dan dr. Mirna Nurasri Praptini, di CEO Building Jakarta, Minggu (17/9). Topik yang diangkat dalam edukasi kali ini adalah apa saja yang harus diperhatikan ketika transplantasi ginjal dan bagaimana pencegahan serta pengobatan anemia pada pasien ginjal kronik. Acara dihadiri 150 pasien gagal ginjal yang berasal dari Jakarta dan sekitarnya. 

Head of Sales & Marketing PT Etana Biotechnologies Indonesia Randy Stevian mengatakan, pihaknya secara konsisten memberikan edukasi kepada masyarakat, khususnya pasien ginjal kronik (PGK), sebagai bentuk upaya dalam meningkatkan kualitas hidup pasien. “Bersama KPCDI kami percaya upaya edukasi ini dapat terus dilakukan mengingat komunitas ini bersinggungan langsung dengan PGK yang semakin terus meningkat setiap tahunnya,” ucapnya.

dr. Maruhum Bonar H Marbun mengatakan, saat ini semakin banyak PGK yang ingin melakukan transplantasi ginjal. Sebab, metode ini memiliki kelebihan yang memberikan keuntungan seperti kesehatan dan kebugaran tubuh meningkat, batasan makan dan minum lebih longgar, dapat beraktivitas seperti sedia kala sebelum mengalami penyakit ginjal dan dapat hidup lama dibandingkan jika tetap menjalani dialisis.

Baca juga : Gelar Event Gowes 100K 2023, KAI Ajak Masyarakat Berwisata di Solo

“Akan tetapi, banyak juga pasien yang setelah melakukan transplantasi menjadi abai dengan kondisinya karena merasa sehat dan bugar sehingga tidak mengatur pola hidup dengan baik, tidak melakukan pemeriksaan secara rutin dimana hal ini sangat disayangkan,” tuturnya.

Sementara, dr. Mirna Nurasri Praptini menuturkan, anemia pada PGK harus diterapi dengan baik. Salah satunya melalui pemberian terapi utama yaitu terapi Ertythropoiesis Stimulating Agent (ESA). Pada pasien gagal ginjal, terapi ESA dimulai ketika Hb <10 g/dl.

“Sangat mudah untuk mengidentifikasi gejala anemia pada PGK seperti nafsu makan menurun, jantung berdebar-debar, sesak napas, sakit kepala serta kulit dan membran mukosa pucat,” terangnya.

Baca juga : Bertemu Masyarakat Purbalingga, Bamsoet Dorong Pengembangan Desa Wisata

dr. Maruhum Bonar menambahkan, prevalensi PGK di seluruh dunia setiap tahunnya terus meningkat. Banyak pasien sudah dinyatakan bahwa ginjalnya berada pada tingkat eternalisis atau sudah harus cuci darah pada kronik tahap 5, yang artinya mereka tidak punya pilihan lain.

Dalam kondisi tersebut, hanya ada tiga pilihan, yaitu transplantasi ginjal, hemodialisis/HD (cuci darah) dan CAPD (Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis). Di Indonesia, dari ketiga terapi ini yang paling banyak dilakukan dan dipilih para pasien gagal ginjal kronis adalah hemodialisis.

"Selain itu juga, tidak banyak pasien gagal ginjal kronik berkeinginan untuk melakukan pilihan pertama yaitu melakukan transplantasi ginjal. Berbagai alasan membuat para pasien ini bahkan enggan untuk memikirkannya, seperti biaya dan proses mencari donor yang bisa dibilang tidak mudah," pungkas dr. Bonar.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.