Dark/Light Mode

Bentuk Tim Multidisiplin, Penanganan Kanker di RSPP Makin Komprehensif

Kamis, 28 Maret 2024 15:05 WIB
Penanganan kanker di Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP) kini lebih komprehensif. (Foto: Ilustrasi Istimewa)
Penanganan kanker di Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP) kini lebih komprehensif. (Foto: Ilustrasi Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Penanganan kanker di Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP) kini lebih komprehensif, karena menggunakan pendekatan multidisiplin. Bukan hanya satu, tetapi 6 ahli sekaligus.

Dokter Spesialis Penyakit Dalam, Konsultan Hematologi & Onkologi Medik RSPP, Alvin T Harahap kepada media dalam Silaturahmi Sehat, di Jakarta, Rabu (27/3/2024).

Alvin menyebut, 6 ahli yang masuk dalam Tim Kanker Multidisiplin RSPP yaitu Ahli Onkologi Medis, Ahli Onkologi Radiasi, Ahli Bedah Onkologi, Perawatan Onkologi, Ahli Gizi dan Psikolog.

"Tim Kanker Multidisiplin ini akan bertemu secara teratur guna membahas kasus pasien dan rencana perawatan yang dipersonalisasi," ujarnya.

Baca juga : Bursa Ketum Golkar Mulai Ramai, Airlangga Makin Kokoh Di Beringin

Selain itu, Tim juga akan memantau kemajuan pasien dan membuat penyesuaian pada rencana perawatan. Serta memberi dukungan dan informasi kepada pasien dan keluarganya.

Lebih lanjut Alvin menjelaskan,  penanganan pasien kanker akan lebih komprehensif dan terkoordinasi. Karena akses ke berbagai macam keahlian, maka pengambilan keputusan menjadi lebih baik.

"Diharapkan terjadi peningkatan hasil dan kualitas hidup pasien kanker. Karena pasien terhindar dari stress yang berlebihan akibat penanganan yang tidak optimal," katanya.

Data Kementerian Kesehatan tahun 2022 memperlihatkan angka kejadian penyakit kanker di Indonesia sebesar 136 orang per 100.000 penduduk dan menempati urutan ke-8 di Asia Tenggara.

Baca juga : Kunjungi IIMS 2024, Moeldoko Sebut Perkembangan Kendaraan Listrik Makin Kompetitif

Sedangkan di Asia berada di urutan ke-23. Angka kejadian tertinggi di Indonesia untuk laki-laki adalah kanker paru yaitu sebesar 19,4 per 100.000 penduduk dengan rata-rata kematian 10,9 per 100.000 penduduk.

Lalu diikuti kanker hati sebesar 12,4 per 100.000 penduduk dengan rata-rata kematian 7,6 per 100.000 penduduk. Sedangkan angka kejadian untuk perempuan yang tertinggi adalah kanker payudara yaitu sebesar 42,1 per 100.000 penduduk dengan rata-rata kematian 17 per 100.000 penduduk yang diikuti kanker leher rahim sebesar 23,4 per 100.000 penduduk dengan rata-rata kematian 13,9 per 100.000 penduduk.

Alvin menjelaskan dari sudut pandang medis, pasien yang sedang menjalani pengobatan terapi sistemik kanker dan memerlukan cairan infus mungkin tidak dapat berpuasa karena cairan infus mungkin diberikan pada siang hari.

"Kecuali terapinya dilakukan pada malam hari, hal itu memungkinkan dilakukan, namun perlu diingat ada efek samping pengobatannya," ujarnya.

Baca juga : Berkat Kegigihan Kader, PPP Yakin Lolos Ke Senayan

Ditegaskan, efek samping terapi sistemik tidak ringan dan dapat menimbulkan masalah seperti mual dan muntah. Karena itu, disarankan pasien untuk tidak berpuasa selama menjalani terapi sistemik.

"Jika pasien sedang menjalani pengobatan secara oral (minum obat), periksa apakah obat tersebut dapat disesuaikan dan dirotasi. Misalkan, harus diminum pagi dan sore, bisa diubah menjadi buka puasa dan sahur," katanya.

Alvin menyarankan, jika pasien merasa tidak kuat lebih baik dibatalkan atau tidak berpuasa. Informasi seputar RSPP juga bisa diakses melalui https://www.rspp.co.id.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.