Dark/Light Mode

Gigi, Si Kecil Yang Sering Terlupakan

Kamis, 18 April 2024 11:15 WIB
Stella Lesmana. (Foto: Ist)
Stella Lesmana. (Foto: Ist)

RM.id  Rakyat Merdeka - Pernahkah anda mengalami sakit gigi? Tentu rasanya tidak nyaman, bukan? Sekarang coba bayangkan anak balita mengalami sakit gigi hebat juga seperti itu, itulah pasien saya sehari-hari. 

Hasil Riskesdas 2018 menunjukkan 97 persen anak usia 5-6 tahun mengalami karies gigi, di rentang usia 35-44 tahun sebanyak 92,2 persen dan di atas 65 tahun sebanyak 95 persen. Hanya 2,8 persen penduduk Indonesia berusia 3 tahun ke atas yang sudah memiliki perilaku menyikat gigi dua kali sehari, padahal menyikat gigi adalah salah satu contoh tindakan mudah untuk mencegah gigi berlubang.

Di negara maju seperti di Jepang, konsep perawatan gigi dan mulut pada anak sudah lebih ke arah estetik dan rehabilitatif seperti menggunakan kawat gigi untuk memperbaiki gigi yang maju atau berantakan. Mengapa bisa demikian? Karena tindakan preventif di Jepang sudah sedemikian rupa sehingga angka karies gigi atau gigi berlubang di Jepang sudah rendah.

Baca juga : Iran Sebut Hanya Bidik Situs Militer Israel Dalam Serangan Terbatas

Gigi ada di dalam mulut, mulut adalah jendela tempat makanan masuk. Gigi berfungsi untuk mengunyah makanan dan jika gigi berlubang maka ia tidak dapat berfungsi optimal dengan seharusnya, padahal anak masih dalam masa pertumbuhan dan proses makan berperan penting untuk anak bertumbuh. Gigi juga membantu proses bicara dan juga memiliki fungsi estetika. Anak yang giginya berlubang dan kehitaman dapat merasa malu dan minder.

Kita tahu bahwa kasus stunting di negeri kita sangatlah tinggi, menempati peringkat empat di dunia. Terkadang kita fokus pada kualitas dan kuantitas makanan namun melupakan organ essensial untuk mengolahnya yaitu gigi. Sakit gigi mengakibatkan gigi tidak nyaman dipakai mengunyah maka durasi makan lebih lama atau anak malas makan, akibatnya nutrisi yang masuk tidak optimal.

Pengalaman praktik di berbagai tempat dan pernah juga menjadi relawan di daerah membuat saya sampai pada satu kesimpulan: kurangnya awareness akan gigi ini tidak mengenal status sosial, ekonomi, dan tingkat pendidikan seseorang. Masih banyak yang menganggap gigi susu tidak perlu dirawat karena akan berganti menjadi gigi tetap. Bagaimana jika kita balik pola pikirnya? Justru karena masih gigi susu, inilah saatnya menanamkan kebiasaan baik pada anak kita untuk menjaga kesehatan giginya. Kelak jika ia sudah memiliki gigi permanen maka kebiasaan tersebut sudah tertanam sehingga kelak gigi permanennya akan tumbuh sehat dan kuat, anak pun dapat mandiri menjaga kesehatan giginya sendiri.

Baca juga : Sisa Ledakan Disterilkan, Warga Terdampak Aman

Cara menjaga kesehatan gigi antara lain dengan mengajarkan untuk sikat gigi rutin dua kali sehari dengan pasta gigi berfluoride, pagi setelah sarapan dan malam sebelum tidur. Ajak anak sikat gigi bersama di depan cermin, bacakan buku cerita tentang menjaga kesehatan gigi, atau bermain peran menjadi dokter gigi. Untuk anak di atas satu tahun tidak mengonsumsi apapun selain air putih setelah sikat gigi malam, batasi konsumsi makanan manis, tidak mengemut saat makan, dan kontrol rutin ke dokter gigi sejak kecil. Lubang pada gigi susu tetap perlu dirawat karena jika dibiarkan dapat menyebabkan lubang meluas sehingga menimbulkan rasa sakit, kondisi bengkak di gusi, bibir, atau pipi, serta demam.

Setelah menjadi ibu saya merasakan bahwa menanamkan kebiasaan baik jika dilakukan sejak dini tentu akan lebih mudah. Tentu ada hambatannya, terkadang anak menolak atau kita sudah lelah. Satu hal yang perlu diingat adalah kegigihan kita di saat anak kecil akan berdampak suatu hari. Konsistensi adalah kunci, ingatlah bahwa mencegah lebih baik daripada mengobati.

Melalui akun Instagram @mama.toothfairy, saya membagikan sedikit ilmu kedokteran gigi anak serta pengalaman sebagai ibu yang saya miliki untuk para orang tua. Banyak dokter gigi lain melakukan hal serupa dan kami sungguh berharap ilmu kami dapat diaplikasikan para orang tua sehingga anak-anak di seluruh Indonesia bisa memiliki gigi yang sehat.

Baca juga : Hingga Idul Fitri, Kilang Pertamina Internasional Pastikan Produksi BBM Aman

Anak adalah peniru ulung, tak hanya kebiasaan menjaga kesehatan gigi orang tua yang ditiru anak namun konsep menyepelekan gigi susu juga dapat mereka tiru. Maka dari itu tanamkan sejak dini bahwa gigi susu sama pentingnya dengan gigi permanen. Gigi susu dan gigi tetap memiliki fungsi yang sama. Ajak anak untuk menghargai, menyayangi, dan merawat seluruh bagian tubuhnya dengan baik, meski hanya sekecil sebuah gigi yang tersembunyi di dalam mulut. 

Oleh: Stella Lesmana

Penulis adalah seorang dokter gigi spesialis kedokteran gigi anak lulusan Universitas Indonesia dan pendiri Yayasan Kejora Indonesia.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.