Dark/Light Mode

Seru-Seruan Bareng Desainer Musa Widyatmodjo

Industri Fashion Kita Butuh Asupan Yang Pas

Senin, 6 Juli 2020 08:37 WIB
Desainer Senior Musa Widyatmodjo di acara seru-seruan ngobrol virtual yang diselenggarakan Rakyat Merdeka, Sabtu (4/7). (Foto: Istimewa)
Desainer Senior Musa Widyatmodjo di acara seru-seruan ngobrol virtual yang diselenggarakan Rakyat Merdeka, Sabtu (4/7). (Foto: Istimewa)

 Sebelumnya 
“Bukan tidak ada dukungan, tapi belum tepat. Zaman SBY, industri ini diangkat sebagai sektor ekonomi kreatif, hasilnya pemerintah dan masyarakat aware. Sekarang sudah balik ke sub sektor Pariwisata. Jadi saya melihatnya, memang belum bisa fokus untuk memberikan apa yang dibutuhkan pelaku,” beber Musa.

“Karena di industri mode, ada tingkatannya. Dari perajin, pedagang sampai pengusaha. Ada yang belum masuk level pengusaha tapi sudah dibekali ilmu gimana caranya pasarkan teknologi, jadinya fokus pecah. Jangan langsung dikasih platform, terus semua pelaku disuruh belajar.”

Musa kembali menekankan pentingnya fashion masuk sektor industri kreatif.

Baca juga : Bongkar Rahasia Fesyen Tujuh Presiden Indonesia

“Jika Paris, Milan, New York bahkan China bisa mendapat-kan devisa besar bagi negaranya melalui industri fashion, kenapa kita tidak belajar dari keberhasilan mereka menjadikan fashion sebagai usaha ekonomi yang serius?”

Alhasil, para pelaku usaha mode perlu diberikan perhatian yang tepat.

“Industri kreatif fashion di Indonesia itu unik, dan luar negeri memang tak bisa dibandingkan. Namun tetap butuh asupan yang pas untuk mengembangkan industri ini,” tandas tokoh Indonesia Fashion Week ini.

Baca juga : Musa Widyatmodjo: Di Era Covid, Fashion Tak Lagi Status Sosial

Sudah saatnya pemerintah atau lembaga terkait industri kreatif, memberikan kepercayaan kepada para pelaku riil. “Sehingga pas asupan yang digelontorkan dengan realita kebutuhannya,” tukasnya.

Musa juga menyoroti situasi pandemi yang membuat usahanya ikut berpengaruh. Namun sesulit apapun itu, ia yakin dunia fashion akan tetap mendapatkan tempat.

“Orang punya prioritas berbeda. Ada yang rela makan mie instan demi sepatu atau baju bagus. Dan fashion yang keren itu bukan melulu yang mahal. Kita bisa keren kalau kita bangga sama produk dan merek, bukan harganya,” jelas Musa.

Baca juga : Perbaikan Ekonomi Kita Sudah On The Track

“Bagi saya sukses itu bukan dilihat dari omzet yang melulu naik, atau jumlah pameran. Tolak ukur keberhasilan itu, konsistensi meningkatkan usahanya. Kalau bisa tetap eksis dan meningkatkan kualitas, untung. Apalagi di kondisi pandemi ini, dimana kita lagi diuji. Semoga seluruh dunia bisa bangkit dan bertahan di kondisi ini, termasuk dunia mode,” tandasnya.

Terkini, Musa sedang mengerjakan ‘Kisah Wastra’. Sebuah program berkelanjutan yang berangkat dari keprihatinan terhadap karya wastra Indonesia yang semakin tergerus oleh busana-busana kekinian. Dianggap terlalu jadul.

“Di sinilah kami tergerak untuk memudakan Wastra Indonesia dengan batik sebagai wastra pertama yang akan kami angkat. Singkatnya, upaya merevolusi batik kita,” beber Musa. [GO/MER]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.