Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Kisah Seru Pendakian Puncak Merbabu

Dari Diganggu Lalat Pikat, Sampai Ditemani Badai Angin

Sabtu, 6 November 2021 23:05 WIB
Reporter Rakyat Merdeka Didi Rustandi (kanan) bersama dua kawannya saat mendaki Gunung Merbabu, Jawa Tengah. (Foto: Didi Rustandi/Rakyat Merdeka)
Reporter Rakyat Merdeka Didi Rustandi (kanan) bersama dua kawannya saat mendaki Gunung Merbabu, Jawa Tengah. (Foto: Didi Rustandi/Rakyat Merdeka)

RM.id  Rakyat Merdeka - Badai angin tanpa hujan menemani perjalanan tiga pendaki menuju tiga puncak Gunung Merbabu, Magelang, Jawa Tengah. Salah satunya, saya.

Jumat (22/10) siang, selepas shalat Jumat, kami bertiga memutuskan naik ke Gunung Merbabu melalui jalur Wekas.

Berbekal logistik, semangat, dan doa, kami mulai melangkah di jalur beton yang dibangun warga. Di sepanjang jalur, terdapat rumah tinggal dan kebun daun bawang seledri.

Setelah sekitar 15 menit melalui jalan beton, kami memasuki jalur setapak beralas tanah. Sepanjang perjalanan menuju ke pos 1, jalur pendakian didominasi dengan tanjakan yang cukup melelahkan.

Baca juga : Faskes Yang Nakal Bakal Ditandai Nih

Saat menuju pos 1 dari batas jalan beton, ada serangga yang dikenal dengan nama lalat pikat. Bentuknya sih seperti lalat biasa pada umumnya. Bedanya, ada pada ukurannya yang lebih besar. Juga, pada warnanya yang cokelat.

Tapi perbedaan paling mencolok dengan lalat biasa ada pada makanannya. Lalat pikat ini, mengisap darah layaknya nyamuk.

Kami kewalahan saat lalat-lalat ini mengincar darah kami. Soalnya, karakter lalat ini tidak mudah menyerah, meski berulang kali dihalau dengan kayu.

Jadi alangkah baiknya, pendaki memakai celana dan kaos lengan panjang. Lalat ini memang tak beracun. Tapi, gigitannya, cukup sakit lho!

Baca juga : 5 Kecamatan Di Samarinda Dilanda Banjir

Kembali ke perjalanan, trek ke pos I dari basecamp memakan waktu sekitar 1 jam. Itu sudah termasuk istirahat kecil. Istirahat kecil tidak berarti duduk dan bersantai. Hanya berdiri, untuk sekadar mengatur napas dan mengendurkan otot paha serta betis yang mulai kencang.

Lanjut jalan lagi, jalur menuju pos I dipenuhi dengan tumbuhan yang tidak terlalu tinggi. Hanya ada beberapa pohon besar. Jadi tampak mencolok di antara pohon-pohon kecil, bak raksasa di antara kurcaci. 

Setelah melewati pos 1, jalurnya lebih melelahkan. Soalnya, tanjakannya cukup terjal. Di pertengahan pos 1 dan 2, terdapat jalur tanah merah.

Beruntung saat itu cuaca cerah. Jadi, jalur tidak licin. Bayangkan tenaga yang akan kami keluarkan, jika langit menumpahkan airnya.

Baca juga : Mau Pandemi Berakhir, Wapres Ajak Warga Taat Prokes Dan Vaksinasi

Perjalanan dari pos I ke pos 2 ditempuh dalam waktu sekitar 1,5 jam, yang diselingi istirahat. Kali ini, ada duduknya. Hehehe...

Sesampainya pos 2, kami memutuskan beristirahat sekitar 30 menit untuk berdiskusi; bermalam di pos 2, atau lanjut ke pos 3? Saat itu, jam di pergelangan tangan saya sudah menunjukkan pukul 15.30 WIB.

Diskusi tak berlangsung lama. Kami sepakat melanjutkan perjalanan ke pos 3. Sebelum melangkah, kami terlebih dahulu mengisi air untuk bekal bermalam di pos 3. Di pos 2, ada saluran air dari pipa paralon. Areanya juga memiliki tanah datar. Sangat ideal untuk ngecamp.

Perjalanan Ke Pos 3
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.