Dark/Light Mode

Yuk, Putus Mata Rantai Penularan

Serem, Puluhan Ribu Warga DKI Kena TBC

Senin, 1 April 2024 06:50 WIB
Tangkapan layar Plt. Wakil Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta Dwi Oktavia dalam seminar daring Peringatan Hari Tuberkulosis Sedunia DKI Jakarta 2024, Kamis (28/3/2024). (Foto: ANTARA/Lia Wanadriani)
Tangkapan layar Plt. Wakil Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta Dwi Oktavia dalam seminar daring Peringatan Hari Tuberkulosis Sedunia DKI Jakarta 2024, Kamis (28/3/2024). (Foto: ANTARA/Lia Wanadriani)

RM.id  Rakyat Merdeka - Jumlah warga Ibu Kota mengidap penyakit Tuberkulosis atau TBC masih tinggi. Tahun lalu, jumlah pasien TBC di Jakarta mencapai 60.420 orang.

Berdasarkan data Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Ja­karta, dari jumlah pasien terse­but sekitar 16 persen atau 9.684 pasien adalah anak-anak.

Pelaksana Tugas (Plt) Wakil Kepala Dinkes DKI Jakarta Dwi Oktavia mengungkapkan, kesalah­pahaman dan kekeliruan informasi terkait TBC menjadi tantangan dalam menanggulangi TBC.

“Sebagian orang merasa TBC sudah tidak ada sehingga mereka merasa tidak mungkin kena TBC atau terjadi pada keluarganya,” kata Dwi di Jakarta, akhir pekan lalu.

Baca juga : Erick: Demi Jaga Timnas Dan Klub

Padahal, lanjut Dwi, semua orang baru terkena TBC harus segera berobat sampai sembuh, sehingga rantai penularan bisa diputus.

Dwi menjelaskan, penang­gulangan TBC harus dimulai dari upaya mencegah penularan, menemukan kasus dan mengo­bati pasien TBC sampai tuntas.

“Biasanya enam bulan pasien bisa sembuh,” terangnya.

Diungkapkan Dwi, ada pasien TBC yang mengalami resisten atau kebal terhadap obat TBC atau disebut TB RO. Pasien ini membutuhkan pengobatan lebih panjang ketimbang pasien lain­nya. Disebutkan Dwi, jumlah pasien TB RO diketahui sekitar 1.200 pasien atau dua persen dari kasus TBC baru yang ditemukan di Jakarta pada 2023.

Baca juga : KPK Pastikan Jerat Pidana Sang Direktur

Untuk menanggulangi TBC, Dinkes DKI Jakarta meminta setiap kelurahan mempunyai satu Rukun Warga (RW) me­miliki kampung percontohan bebas TBC.

“Kami harapkan dari setiap kelurahan menunjuk satu RW. Kami sama-sama siapkan dari sekarang untuk sampai pada kondisi implementasi yang utuh tentang kampung bebas TBC,” kata Dwi.

Dwi membeberkan, satu RW bisa memiliki penduduk 4.000-5.000 orang.Jumlah warga yang besar ini diharapkannya dapat menjangkau upaya promosi ke­sehatan, pencegahan kasus TBC, penemuan kasus dini, investigasi kontak dan pemberdayaan masyarakat secara ideal.

Selain itu, adanya kampung percontohan bebas TBC dapat mendorong optimisme masyarakat dan pihak-pihak ter­kait bahwa TBC bisa diatasi bersama-sama.

Baca juga : Merasa Manuver Politiknya Ditekan, Banteng Mulai Gelisah

“Ini salah satu yang mempri­hatinkan dan perlu kita putus rantai penularannya. Karena paling banyak paparan terjadi pada masa anak-anak,” ujar Dwi.

Dia mengatakan, anak yang terkena TBC bisa mengalami gangguan gizi. Jika tak diatasi dapat menyebabkan stunting.

“Kita sebenarnya ingin agar generasi penerus lebih baik kondisinya dari sisi kesejahteraan, kecerdasan, kesehatan, peluang mendapatkan kesempatan lebih baik dari orangtua atau generasi sebelumnya,” tandasnya.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.