Dark/Light Mode
BREAKINGNEWS
RM.id Rakyat Merdeka - Kualitas udara di Jakarta kembali memburuk memasuki musim kemarau. Bahkan, merangkak menuju level terburuk di dunia alias juara polusi.
Selasa (14/5/2024) pukul 10.30 WIB, situs pemantau kualitas udara IQAir menempatkan Jakarta berada di urutan ketiga. Jakarta kembali menempati posisi lima besar sebagai kota dengan kualitas udara terburuk di dunia.
Langit Jakarta Selasa (14/5/2024) pagi berkabut. Berwarna abu-abu. Dari ketinggian, jarak pandang tidak sampai 1 kilometer. Bahkan, sinar matahari tidak berhasil menembus lapisan polusi itu. Terasa seperti mendung, tetapi bukan karena akan turun hujan.
Pagi kemarin, Indeks Kualitas Udara (AQI) Jakarta berada pada angka 164 dengan nilai konsentrasi Particulate Matter (PM) 2.5 sebesar 74,4 mikrogram per meter kubik. Konsentrasi PM2.5 di Jakarta kemarin pagi 14.9 kali nilai panduan kualitas udara tahunan Organisasi Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO).
Kualitas udara Jakarta masuk zona merah atau kategori tidak sehat bagi kelompok sensitif. Tidak hanya pada manusia, kualitas udara Jakarta hari ini juga bisa berdampak buruk pada hewan dan tumbuhan.
Baca juga : Manchester United Vs Newcastle United, Kejar Tiket Lolos Kompetisi Eropa
Karena itu, warga disarankan untuk menghindari aktivitas luar rumah. Jika terpaksa atau ada kebutuhan mendesak, diimbau mengenakan masker saat berada di luar ruangan.
Sedangkan jika berada di dalam ruangan, dianjurkan untuk menutup jendela guna menghindari udara luar yang kotor. Selain itu, nyalakan penyaring udara.
AQI Jakarta kemarin lebih buruk dibanding Senin (13/5/2024), yang berada pada angka 153.
Sedangkan dalam monitoring Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta, pada Selasa (14/05/2024) pukul 10.00 WIB, ISPU di wilayah Bundaran Hotel Indonesia (HI) berada dalam kategori sedang dengan nilai PM2.5 di angka 80.
Itu artinya, wilayah Bundaran HI berada di zona biru. Yakni tingkat kualitas udara yang tidak berpengaruh pada kesehatan manusia ataupun hewan. Tetapi berpengaruh pada tumbuhan yang sensitif, dan nilai estetika.
Baca juga : Semifinal Playoffs NBA, Thunder Tumbangkan Mavs
Penurunan kualitas udara di Jakarta sudah diwanti-wanti Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). BMKG memprediksi musim kemarau di Jakarta pada Mei dan mencapai puncaknya pada Juni 2024. Musim kemarau disebut akan menyebabkan Jakarta dilanda polusi udara.
Wakil Ketua Komisi D Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Nova Harivan Paloh meminta Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta menyiapkan langkah antisipasi di wilayah yang kadar polusi (PM) nya yang sangat buruk.
Menurut dia, pengoptimalan 21 Stasiun Pemantauan Kualitas Udara (SPKU) sangat diperlukan untuk mengukur kualitas udara. Sehingga bisa melakukan mitigasi jika udara mulai memburuk.
Selain itu, upaya yang bisa dilakukan Dinas Lingkungan Hidup, yakni memulai sosialisasi kepada pabrik yang memiliki cerobong asap agar memasang scrubber atau alat untuk mengontrol emisi gas buang, serta menggalakan uji emisi kendaraan bermotor.
“Kami akan tinjau lagi apakah dari tahun lalu yang sudah dipantau (uji emisi dan cerobong asap) itu sampai tahun ini masih berpengaruh atau tidak,” ujarnya.
Baca juga : Tengku Dewi Putri, Bongkar Deretan Simpanan Suami
Nova berharap, Pemprov DKI bisa meningkatkan pelayanan pada seluruh transportasi umum. Sehingga dapat meningkatkan minat warga Jakarta untuk beralih dari kendaraan pribadi ke transportasi umum. Hal itu dilakukan demi mengurangi kemacetan, serta polusi udara.
“Integrasi masing-masing jalur transportasi apakah sudah memberikan kenyamanan untuk masyarakat? Dan trotoarnya juga perlu diperhatikan,” ucapnya.
Selanjutnya
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tags :
Berita Lainnya