Dark/Light Mode

Peluncuran Buku Membangun MRT

Willy Mewariskan Kultur Transportasi Publik Tepat Waktu

Rabu, 21 Agustus 2024 20:01 WIB
Masih dalam suasana memperingati hari kemerdekaan Republik Indonesia (RI) ke-79, Robert Adhi Ksp meluncuran buku berjudul Membangun MRT: Pengalaman Kepemimpinan William Sabandar - Seperti Diceritakan kepada Robert Adhi Ksp. (Foto: Ist)
Masih dalam suasana memperingati hari kemerdekaan Republik Indonesia (RI) ke-79, Robert Adhi Ksp meluncuran buku berjudul Membangun MRT: Pengalaman Kepemimpinan William Sabandar - Seperti Diceritakan kepada Robert Adhi Ksp. (Foto: Ist)

RM.id  Rakyat Merdeka - Masih dalam suasana memperingati hari kemerdekaan Republik Indonesia (RI) ke-79, Robert Adhi Ksp meluncuran buku berjudul "Membangun MRT: Pengalaman Kepemimpinan William Sabandar" - Seperti Diceritakan kepada Robert Adhi Ksp.

Peluncuran buku berisi 398 halaman ini digelar Rabu (21/8/2024) di Auditorium Perpustakaan Nasional, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat. Robert Adhi Ksp menuturkan alasan peluncuran buku ini. Diakui dia, meski saat ini teknologi dan media sosial berkembang pesat, eksistensi buku tetap tidak tergantikan.

Adhy juga yakin masih banyak orang yang tetap membaca buku. Dia bilang, buku ini menjadi legacy William dan tim tercacat dengan baik. Adhi berharap, buku ini dapat menjadi inspirasi generasi muda dalam kepemimpinan.

"Semoga buku ini juga  memberi inspirasi bagi pengambil kebijakan, tidak hanya di Jakarta tapi juga wilayah lain untuk membangun MRT," kata Adhi.

William Sabandar mengapresiasi peluncuran buku ini. Willy sapaan William menyebut, harga buku ini terbilang murah hanya sekitar Rp 200 ribuan.

"Buku-buku berbahasa Inggris bisa seharga 20 dolar," ujarnya.

Buku ini memuat catatan pengalaman Willy ketika memimpin MRT Jakarta, dari membereskan pembebasan menciptakan peradaban baru dan memperkenalkan kultur transportasi publik tepat waktu, bersih, nyaman, aman, saling menghargai, peduli terhadap disabilitas, dan penumpang prioritas.

Buku ini juga menceritakan bagaimana cara Willy membereskan pembebasan lahan. Selain pendekatan legal formal, Willy membangun komunikasi dari hati ke hati dengan pemilik lahan. Berempati dan mendengar seksama setiap keluhan mereka sangat membantu penyelesaian masalah.

Setelah pembebasan lahan selesai pada Desember 2016, Willy menargetkan MRT Jakarta fase ke-1 beroperasi pada Maret 2019. Willy membangun strategi percepatan, mulai dari menghitung mundur sampai "merayu" kontraktor Jepang agar bekerja siang malam.

Baca juga : Jelang 17 Agustus, Menhub Paparkan Dukungan Sektor Transportasi Di IKN

Sejak awal, Willy fokus membangun manusia dan kapabilitas organisasi, serta meyakini Indonesia bisa meniru Jepang dalam mengelola MRT dan melayani penumpangnya. Selama dua tahun, 2020 - 2021 saat pandemi Covid-19 melanda, jumlah penumpang MRT merosot. Willy memanfaatkan krisis pandemi sebagai peluang dengan melakukan transformasi dan meyakini, "Innovating out of crisis adalah sikap mental paling dibutuhkan perusahaan untuk survive dan menjadi terdepan."

Lalu, bagaimana Willy merintis pengembangan TOD di sejumlah stasiun di sepanjang koridor MRT Selatan-Utara dengan tujuan mengintegrasikan penggunaan kendaraan umum massal dengan kegiatan masyarakat sehari-hari.

Buku ini juga memuat studi JICA yang merekomendasikan pembangunan 10 line MRT di Jabodetabek sepanjang 422,5 km. Proyek MRT paket lengkap ini diharapkan terwujud saat Indonesia merayakan 100 tahun kemerdekaan pada 2045.

Willy menyebut, memimpin pembangunan MRT adalah perjalanan kepemimpinan yang dipandu oleh hati nurani, digerakkan nilai-nilai etika dan moral, dan menghasilkan sebuah karya yang manfaatnya dirasakan oleh masyarakat Indonesia.

"MRT masih jauh dari selesai, Jakarta membutuhkan lebih banyak jalur MRT," ujarnya. Willy mengaku meletakkan fondasi yang kokoh hanya sebagian upaya kecil dari pembangunan MRT. 

"Karya monumental ini diharapkan dilanjutkan, dipelihara dan dikembangkan untuk menjadi tulang punggung sistem transportasi di berbagai kota di Indonesia," ucapnya.

Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi menyebut, Willy seorang profesional yang berhasil memimpin MRT. Budi menuturkan, MRT merupakan proyek kolaborasi pemerintah pusat denga Pemprov DKI Jakarta. 

"Kolaborasi ini format yang baik antar pemangku kepentingan, sehingga tercipta angkutan perkotaan yang modern dan ramah lingkungan," ujarnya.

Sejak dioperasikan pada 2019, lanjut Budi, keberadaan MRT telah dirasakan masyarakat Jabodetabek.

Baca juga : Kurangi Macet, Manfaatkan Fasos-Fasum Untuk Shelter Transportasi Online

"Masyarakat merasakan aman, nyaman dan efisien dengan menggunakan MRT," pungkasnya.

Komisaris Utama PT MRT Jakarta periode 2013-2019 Erry Riyana Hardjapamekas mengatakan, Willy adalah orang yang tepat pada waktu yang tepat dengan kompetensi yang cocok.

"Orang tak akan bekerja keras jika tidak mencintai pekerjaannya. Willy mencintai pekerjaannya dan perhatiannya sepenuh hati," kata mantan Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) itu.

Diungkap Erry, Willy sering pulang malam, bahkan begadang untuk mencapai tujuannya yang teknis maupun strategis.

"Secara keseluruhan, saya senang Willy mampu mempertahankan integritas MRT Jakarta sebagai lembaga. Mempertahankan disiplin dan kebersihan karena hal itu merupakan wajah MRT," ucapnya.

Diakui Erry, Willy berhasil memanage stakeholder yang memiliki beragam kepentingan. Salah satunya, pembebasan tanah.

"Banyak orang ingin mendapat keuntungan tanpa melihat ini untuk kepentingan siapa. Namun dengan kelugasan yang dimilikinya Willy bisa mengatasi itu," pungkasnya 

Direktur Operasi, Pemeliharaan, Pengembangan Bisnis PT MRT Jakarta (2016-2018) Agung Wicaksono bilang, Willy  adalah sosok pemimpin yang berbasis misi.

"Pak Willy sosok pemimpin yang membawa misi yang harus diselesaikan. Jika masuk ke satu tempat, Pak Willy bukan sekadar menjalankan organisasi, tetapi ada misi yang harus dituntaskannya, dan itu dilakukannya dengan sangat baik," kata Agung.

Baca juga : 10 Tahun Terakhir, Pembangunan Transportasi Seluruh Indonesia Relatif Meningkat 

Diceritakan Agung, saat bergabung dengan PT MRT Jakarta, proyek pembangunan MRT terlambat sekitar enam bulan akibat persoalan pembebasan lahan di Jalan Haji Nawi yang belum beres.

"Pak Ahok (Gubernur DKI Jakarta saat itu) ingin persoalan segera diselesaikan. Sebenarnya masalah pembebasan lahan adalah urusan pemda. Tapi Pak Willy meminta semua direksi dan jajaran MRT untuk turun tangan, menyelesaikan persoalan ini sampai akhirnya masalah pembebasan lahan betul-betul beres," bebernya.

Agung yang kini menjabat sebagai Deputi Otorita IKN mengingat, saat itu kepanjangan MRT pun diplesetkan menjadi "Masih Rapat Terus".

"Hasilnya tidak kelihatan dan banyak keluhan macet akhirnya berjalan di masa Pak Willy," ujarnya.

Direktur Utama PT MRT Jakarta Tuhiyat mengaku pernah bekerja bersama dengan Pak Willy selama hampir lima tahun. Tuhiyat menyebut, ada dua kunci utama Willy ketika menjabat Direktur Utama PT MRT Jakarta.

Pertama, menyelesaikan masalah pembebasan tanah di sekitar area Jalan Fatmawati.

"Beliau memiliki pengalaman kerja dalam penanganan pascatsunami di Aceh-Nias. Pengalaman itu membantu MRT menyelesaikan persoalan pembebasan lahan lebih cepat," tuturnya.

Kedua, lanjut Tuhiyat, komunikasi yang sangat efektif.

"Hal ini semua membantu MRT mempercepat penyelesaian pengerjaan konstruksi. Proyek MRT dari tahun 2016 hingga 2019 dikebut dan penyelesaiannya mendekati 99,9 persen. Semua persoalan tanah sudah dibereskan sehingga pada 24 Maret 2019, pengoperasian pertama MRT dapat dilaksanakan. Itu pun sudah melalui testing and commissioning sesuai peraturan," pungkasnya. (DRS)

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.