Dark/Light Mode

Anies Tegaskan Komit Tekan Emisi

Fenomena Cuaca Ekstrem Terjadi Tiga Tahun Sekali

Minggu, 21 Maret 2021 05:50 WIB
Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan. (Foto: Twitter/aniesbaswedan)
Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan. (Foto: Twitter/aniesbaswedan)

RM.id  Rakyat Merdeka - Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta memastikan akan terus mengurangi emisi Gas Rumah Kaca (GRK) untuk menghadapi perubahan iklim. Salah satunya dengan menerapkan kawasan zona rendah emisi.

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menuturkan, perubahan iklim berdampak pada menurunnya daya dukung lingkungan. Seperti banjir yang terjadi di awal tahun. Dan, kekeringan parah di wilayah Tanah Abang pada tahun 2018 lalu. Ditegaskannya, pihaknya tengah berupaya mengurangi emisi Gas Rumah Kaca (GRK) sebesar 50 persen pada tahun 2030. Serta, mencapai nol emisi pada tahun 2050. Dan, mengembangkan ketahanan masyarakat dalam beradaptasi dengan perubahan lingkungan dan iklim.

“Kini kami telah menurunkan emisi gas rumah kaca sebesar 26 persen. Ini akan terus kami kerjakan hingga target tersebut terpenuhi, bahkan terlampaui,” ujar Anies.

Upaya mengurangi emisi gas rumah kaca dikerjakan Pemprov DKI berkolaborasi dengan lembaga publik, entitas swasta, lembaga swadaya masyarakat (LSM) serta universitas.

Baca juga : RI Dan UAE Teken Kerja Sama Ekonomi Hingga Pertahanan

Untuk menekan emisi, dipaparkan Anies, Pemprov DKI terus mengembangkan Zona Rendah Emisi atau Low Emission Zone (LEZ) seperti menetapkan kawasan Kota Tua sebagai LEZ. Kemudian, mewajibkan setiap kendaraan pribadi lolos uji emisi, merevitalisasi trotoar, menyiapkan jalur sepeda dan tempat parkir sepeda.

“Kami telah mengubah paradigma, dari pembangunan kota berorientasi mobil menjadi pembangunan berorientasi transit dengan melakukan integrasi sistem transportasi umum massal,” terang Anies.

Menurut Anies, usaha untuk mengurangi emisi gas rumah kaca terbantu dengan adanya Pandemi Covid-19. Hal itu bisa dilihat dari keluarnya Jakarta dari 10 besar kota termacet di dunia versi TomTom Traffic Index. Sehingga secara langsung membuat peningkatan kualitas udara di Jakarta.

Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati mengatakan, perubahan iklim global merupakan hal yang nyata. Terbukti dari semakin meningkatnya fenomena alam ekstrem.

Baca juga : Muluskan Pemulihan Ekonomi Nasional, Peluang Peningkatan Ekspor Terus Digali

“Saat ini semakin sering terjadi fenomena ekstrem. Seperti kekeringan panjang akibat dampak El Nino dan musim hujan basah yang panjang dampak La Nina. Ini menunjukkan bahwa perubahan iklim global itu nyata,” kata Dwikorita dalam konferensi pers secara daring, di Jakarta, pekan lalu.

Dwikorita menerangkan, berdasarkan data historis yang dihimpun BMKG, La Nina terjadi sejak 1950 diikuti El Nino pada 1951 dan seterusnya terjadi berulang.

Fenomena tersebut mengalami pengulangan antara 5 sampai 7 tahun pada 1950-1980. Dan, pada masa 1981-2019, periode ulang La Nina dan El Nino semakin pendek menjadi 2 sampai 3 tahun.

Data dan fakta tersebut menunjukkan bahwa kejadian ekstrem terjadi beriringan dengan peningkatan temperatur udara dan berkorelasi dengan peningkatan intensitas hujan selama 30 tahun terakhir. Serta, semakin pendeknya periode ulang La Nina dan El Nino.

Baca juga : MRT Jakarta Pastikan Pompa Air Dan Drainase Berfungsi Hadapi Cuaca Ekstrem

Deputi Klimatologi BMKG, Herizal menjelaskan, BMKG mencatat perubahan iklim jangka panjang telah terjadi di Indonesia dengan beberapa indikator. Antara lain tren GRK yang diukur di udara bersih Indonesia pada Stasiun Pemantau Atmosfer Global (Global Atmosphere Watch-GAW) BMKG Bukit Kototabang.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.