Dark/Light Mode

Muluskan Pemulihan Ekonomi Nasional, Peluang Peningkatan Ekspor Terus Digali

Kamis, 4 Maret 2021 20:57 WIB
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto (Foto: Instagram)
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto (Foto: Instagram)

RM.id  Rakyat Merdeka - Neraca perdagangan sepanjang tahun 2020 mengalami surplus 21,74 miliar dolar AS atau setara Rp 310,01 triliun. Surplus ini berlanjut di Januari 2021, sebesar 1,96 miliar dolar AS atau setara Rp 27,94 trilun. Meneruskan tren surplus selama 9 bulan berturut-turut.

Sepanjang tahun 2020, ekspor dari sektor pertanian dan industri tumbuh positif, masing-masing sebesar 14 dan 2,94 persen.

Hal ini disampaikan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dalam Rapat Kerja Kementerian Perdagangan 2021, Kamis (4/3).

“Pada saat yang sama, kita juga patut bersyukur karena harga komoditas-komoditas, minyak sawit dan pertambangan dalam kontribusi yang baik. Negara-negara tujuan ekspor kita juga masih negara yang selalu menjadi andalan. Ini bisa menjadi bukti, bahwa potensi sektor ekspor didorong oleh sektor manufaktur,” kata Menko Airlangga dalam Rapat Kerja Kementerian Perdagangan 2021, Kamis (4/3),

Minyak kelapa sawit dan fraksinya mengalami peningkatan nilai ekspor menjadi 17,36 miliar dolar AS atau Rp 247,56 dolar AS  (10.63 persen) selama tahun 2020. Kokoh di puncak klasemen sebagai kontributor utama ekspor Indonesia.

Baca juga : Dukung Pemulihan Ekonomi, BNI Pangkas Suku Bunga

Harga CPO yang meningkat pada semester II 2020, mendorong minyak sawit sebagai penopang utama ekspor Indonesia.

Dari sektor otomotif, sektor yang memiliki 1,5 juta orang pekerja langsung dan 4,5 tenaga kerja tidak langsung ini menyumbang Rp700 triliun pada PDB tahun 2019. Selain itu, juga terdapat ±7.451 pabrik yang menghasilkan produk input untuk industri otomotif. Karena itu, perlu upaya mempertahankan basis sektor otomotif nasional.

Program Pemulihan Ekonomi Nasional akan difokuskan untuk menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi tahun 2021 melalui berbagai percepatan. Salah satunya adalah insentif dalam bentuk pajak, yang diharapkan bisa jadi penyangga pertumbuhan ekonomi.

“Untuk menstimulasi masyarakat, pemerintah mendorong sektor otomotif dan sektor properti, yang tentu sangat berpengaruh dalam perdagangan. Dengan memberikan fasilitas insentif PPnBM yang sifatnya menurun, agar mampu menggairahkan konsumsi,” tegas Airlangga.

Selanjutnya, dari sektor emas, kinerja ekspor emas dan granule meningkat hingga 5.280 juta dolar AS atau Rp 75,30 triliun pada tahun 2020. Indonesia sebagai salah satu pemain besar emas dunia yang juga memiliki lokasi tambang emas terbesar di dunia, sudah selayaknya mendapatkan leverage dari posisi tersebut.

Baca juga : Pemulihan Ekonomi Bakal Lebih Cepat

“Saat ini sedang dikaji pembentukan bullion bank. Mengingat potensi yang kita miliki dapat memberikan banyak manfaat seperti menghemat devisa bagi pemerintah, sumber pembiayaan bagi industri, diversifikasi produk bagi bank, dan return bagi masyarakat," jelas Airlangga.

Pemerintah juga mendorong pengembangan industri hilir untuk meningkatkan produksi dan ekspor produk hilir. Sebanyak 19 smelter mineral telah dibangun pada tahun 2020, dan direncanakan akan terus berkembang hingga 53 smelter dibangun pada tahun 2024.

Airlangga juga menyampaikan, UMKM memiliki peran yang sangat sentral dalam perekonomian Indonesia. Total 64,2 juta UMKM berkontribusi bagi 61 persen PDB. Ini juga menjadi potensi untuk mendorong ekspor.

Saat ini, kontribusi UMKM terhadap ekspor nasional masih berada di level 15 persen, sehingga perlu ditingkatkan. Terbuka potensi untuk ditingkatkan, karena sektor ini menyerap banyak tenaga kerja.

Selain itu, pemanfaatan teknologi digital juga sangat diperlukan, karena Indonesia memiliki potensi ekonomi digital yang sangat besar. Bahkan, pertumbuhannya dinilai sebagai yang tercepat dan terbesar di Kawasan Asia Tenggara.

Baca juga : Belanja Perumahan Sumbang PDB Hingga 13,6 Persen Di Masa Pandemi

Nilai ekonomi digital Indonesia pada tahun 2025, diprediksi mencapai 124 miliar dolar AS atau Rp 1.768, 15 triliun. Tahun 2020, baru mencapai 44 miliar dolar AS atau Rp 627,41 triliun.

"Di masa pandemi Covid-19,  transformasi digital menjadi suatu keharusan. Bukan lagi sebagai pilihan. “Oleh karena itu, dalam tiga tahun ke depan, pemerintah akan mempercepat pembangunan infrastruktur digital, sekaligus mendorong peningkatan pemahaman masyarakat untuk memastikan layanan digital menjadi inklusif,” pungkas Airlangga. [HES]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.