Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

AJPLI Ngobrolin Pentingnya Edukasi Warga Kelola Limbah Corona

Jumat, 17 Desember 2021 22:12 WIB
Ngobrol Peduli Lingkungan (Ngopling) Aliansi Jurnalis Peduli Lingkungan Indonesia (AJPLI), di Menteng, Jakarta (17/12). (Foto: Ist)
Ngobrol Peduli Lingkungan (Ngopling) Aliansi Jurnalis Peduli Lingkungan Indonesia (AJPLI), di Menteng, Jakarta (17/12). (Foto: Ist)

RM.id  Rakyat Merdeka - Pengelolaan limbah medis selama Pandemi Covid-19 menjadi hal penting. Tata kelola yang baik, bisa menekan penyebaran virus asal Wuhan ini.

"Yang terpenting itu edukasi kepada masyarakat bagaimana mengelola limbah sehari-hari, seperti masker, tisu, atau sarung tangan sekali pakai," ujar Anggota Bidang Penanganan Kesehatan Covid-19, Lia G Partakusuma, di acara Ngobrol Peduli Lingkungan (Ngopling) yang digelar Aliansi Jurnalis Peduli Lingkungan Indonesia (AJPLI), di Menteng, Jakarta (17/12).

Di acara bertajuk “Kilas Balik Covid-19 : Pengelolaan Limbah Medis Selama Pandemi”, Lia menekankan edukasi mengolah limbah itu penting. Faktanya, saat ini ada saja masyarakat yang membuang masker sembarang. Padahal, ini termasuk limbah medis.

Harapannya, masyarakat mulai diedukasi memisahkan limbah medis minimal dibungkus plastik dan diikat rapat. Jika tidak, berpotensi terjadi penularan virus. Faktanya, virus itu bisa hidup 1-5 jam, bahkan sampai ada yang tiga hari.

"Ada laporan, di sungai, laut, itu ada masker. Kenapa di Indonesia buang ke mana-mana. Bahkan, di Tangerang, sampah masker itu ada di pasar. Kok orang ngga peduli banget ya," geregetnya. "Ini bisa membuat gangguan psikologis loh," tekannya.

Baca juga : Austria Bakal Denda Warga Yang Belum Divaksin Corona

Pun dengan limbah medis seperti di Rumah Sakit, hingga tempat isolasi mandiri yang dikelola Pemerintah maupun isolasi mandiri di rumah. Semua harus terus diedukasi. Sekalipun, itu di tempat superketat seperti Wisma Atlet.

"Pegawai cleaning service belakangan terpapar Omicron, padahal itu sudah mendapatkan edukasi yang besar, itulah virus," sebutnya.

Selain edukasi, hal terpenting lainnya adalah bagaiamana caranya memusnahkan limbah medis ini. Paling itu adalah menggunakan metode pembakaran alias insenerator. Masalahnya, alat ini harus memenuhi aspek ramah lingkungan. Di antaranya, dibakar dengan suhu di atas 800 derajat celcius, dan menggunakan cerobong asap setinggi 14 meter.

Saat ini, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) memiliki lima buah insinerator, dan sejumlah rumah sakit bekerja sama dengan perusahaan pihak ketiga. Meski begitu, tidak semua limbah medis ini termusnahkan dengan baik.

Konon, jumlah limbah medis terus bertambah. Sebelum pandemi, limbah medis itu rata-rata 1 kg per-pasien. Saat ini mencapai 1,88 kg per-pasien.

Baca juga : Jokowi: Penindakan Hukum Jangan Sasar Yang Heboh Aja

"Jika ditotal, perhari itu mulai 75 ton menjadi 300 ton, bahkan sampai 403 ton per-hari. Ini harus ada salurannya. Padahal, daya olah secara nasional itu perharinya hanya 225 ton, kemana coba sisanya," katanya.

Gayung bersambut, General Manajer PT. Prasadha Pamunah Limbah Industri (PPLI) Yurnalisdel, menjawab sistuasi itu dengan kehadiran insenerator terbesar di Indonesia. Berada di Nambo, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, alat ini mampu memusnahkan limbah hingga 50 ton perhari.

"Kita melakukan pengangkutan hingga pengolahan, sejauh ini sudah bekerja sama dengan sejumlah rumah sakit, dan perusahaan," ujar Yurnalisdel.

Lebih dari itu, limbah bahan berbahaya beracun (B3), yang di dalamnya termasuk limbah medis, dapat dimusnahkan tidak hanya dibakar. Tetapi abunya dapat ditimbun menggunakan mekanisme eco-landfill.

Pria yang akrab disapa Fadel ini juga menyarankan, masalah limbah ini diserahkan kepada ahlinya yang memiliki kemampuan baik. Pasalnya, saat ini muncul insenerator berskala kecil untuk melakukan pembakaran. Menurutnya, ini bisa mengorbankan lingkungan jika tidak diawasi baik.

Baca juga : PPKM Level 3 Batal, Menteri Johnny Ingatkan Warga Tetap Waspada Omicron

"Kami tidak menyebut abal-abal, tetapi ini harus sesuai regulasi. Kita berbasis regulasi, apapun hasilnya kita laporkan ke regulator," sebutnya.

Siap Bersinergi Dengan AJPLI Sementara itu, Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta, Asep Kuswanto menyambut baik acara diskusi ini, dan siap bersinergi dengan AJPLI. Agar, isu lingkungan ini bisa mendapat perhatian yang baik di tengah masyarakat.

"Isu lingkungan ini kurang mendapat perhatian. Kami bisa bersinergi dengan AJPLI, program ke masyarakat, kami membutuhkan teman aliansi. Segera bersinergi, ini isu menarik. Usia muda, ini menandakan isu lingkungan sudah konsen generasi milenial," ujar Asep.

Asep menceritakan, perlu kerja keras mengedukasi masyarakat tentang limbah medis ini. Paling sulit, katanya, mengedukasi masyarakat yang melakukan isolasi mandiri di rumah. Misalnya, masker yang mereka gunakan, dibuang begitu saja, tanpa dipisahkan dan diikat.

Alhasil, sebanyak 120 petugas di pembuangan sampah akhir, Bantar Gebang, terpapar Covid-19. Ini menandakan, edukasi sangat penting untuk terus digalakkan. "Edukasi tanggung jawab menjadi kunci, kita nyampah tiap hari apa sudah dilakukan sesuai prosedur. Edukasi harus dilakukan kapan saja oleh siapa saja," tutupnya. [BSH]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.