Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Ngobrol Panjang Soal Riset Nasional Dengan Kepala BRIN

Seperti Saya, Peneliti Itu Nggak Main Politik

Kamis, 6 Januari 2022 13:39 WIB
Kepala BRIN Laksana Tri Handaka (Foto: Dok. LIPI)
Kepala BRIN Laksana Tri Handaka (Foto: Dok. LIPI)

RM.id  Rakyat Merdeka - Kepala Badan Riset Nasional (BRIN) Laksana Tri Handoko orangnya ceplas ceplos. Lucu tapi saklek.

Ngomongin soal problematika di Lembaga Eijkman sampai masa depan riset Indonesia dan peran Megawati Soekarnoputri sebagai Ketua Dewan Pengarah. Dia bicara buka-bukaan. Hampir dua jam ngobrol serius tapi santai, bersama sejumlah pemimpin media massa nasional, Selasa (4/1) malam.

Acara diselenggarakan secara hybrid. Tatap muka terbatas dan melalui virtual. Soal pemberhentian sejumlah periset di Eijkman tanpa pesangon, apa benar begitu?

Baca juga : Loading Dock Terminal 3 Internasional Bandara Soetta Sempat Tergenang, Layanan Penumpang Tak Terganggu

Jadi begini. Kata Tri, Eijkman itu secara resmi kelembagaan sebetulnya belum pernah ada. Statusnya adalah unit proyek di Kemenristek, sejak tahun 1992. Tapi, mendapatkan anggaran dari APBN, sebesar Rp 30-40 miliar tiap tahunnya.

"Itu berdasarkan data DIPA yang saya catat,” katanya. DIPA adalah Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran, sebuah dokumen yang dibuat oleh Menteri dan disahkan Kementerian Keuangan.

Karena status Eijkman unit proyek, maka para periset di situ, diperlakukan seperti tenaga administrasi.

Baca juga : Mendag: Jaga Daya Beli Agar Ekonomi Bangkit!

“Saat saya menjabat Kepala LIPI dan diberi tanggung jawab terkait PNS-PNS peneliti, periset di Eijkman pernah complain. Ini bagaimana caranya ya, supaya kami bisa diangkat jadi peneliti. Saya bilang, ya nggak bisa. Karena Eijkman itu bukan lembaga,” kata Tri, saat itu.

“Nah, ini kan kasian ya,” katanya lagi.

Dengan status seperti itu, artinya, Eijkman tidak bisa menjamin kesinambungan perisetnya. Padahal, sumber riset ada kepala manusianya.

Baca juga : Dibilang Takjub Dengan Situasi Covid RI, Seperti Apa Penanganan Corona Di Malaysia?

“Kalau tidak bisa menjamin manusianya ada di situ, kita bisa kehilangan aset, knowledge-nya,” kata Tri lagi.

Yang dibicarakan ini soal periset, bukan asisten perisetnya. Sehingga, saat pembentukan BRIN, September 2019, momentum itu digunakan untuk melembagakan Eijkman.

Itu prioritas pertama yang dikerjakan Tri, karena ingin menyelesaikan warisan masalah yang sudah sangat lama.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.