Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Ahli Epidemiologi Griffith University Dicky Budiman

Jangan Nunggu Peningkatan Kasus, Sudah Telat Kalau Begitu..

Sabtu, 8 Januari 2022 20:13 WIB
Ahli Epidemiologi Griffith University Dicky Budiman (Foto: Instagram)
Ahli Epidemiologi Griffith University Dicky Budiman (Foto: Instagram)

RM.id  Rakyat Merdeka - Ahli Epidemiologi Griffith University Dr. Dicky Budiman menyoroti jumlah kasus Covid di Indonesia, terutama varian Omicron, yang terus bertambah. 

Berdasarkan laporan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) per 7 Januari 2021, kasus Omicron di Tanah Air berjumlah 57. Sebanyak 50 kasus di antaranya berasal dari pelaku perjalanan luar negeri dan 7 orang transmisi lokal. Sehingga, total kasus Omicron di Indonesia kini berjumlah 318. 

"Situasi ini, disebut ringan juga tidak, disebut ancaman serius juga belum. Intinya, saat ini kita berada di level yang sangat waspada. Karena yang kita hadapi saat ini, adalah varian Delta dan Omicron. Dua-duanya punya risiko masing-masing. Omicron tetap punya potensi serius. Bukan berarti ringan. Tidak seperti itu," papar Dicky kepada RM.id, Sabtu (8/1).

Dicky juga meminta publik untuk mewaspadai mobilitas yang cukup tinggi, baik di dalam ataupun luar negeri. Sebab, hal tersebut bisa memicu kontribusi pada perbanyakan kasus. 

Baca juga : Diingatkan KPK, Jangan Coba-Coba Rintangi Penyidikan Kasus Suap Kota Bekasi

"Omicron atau Delta, punya pola penyebaran yang eksponensial. Ini harus kita hindari, karena pada gilirannya bisa merambah ke kelompok  yang berisiko tinggi," jelasnya. 

Dicky mengatakan, bukan tak mungkin Omicron sudah bersirkulasi di tengah masyarakat. Namun, tidak disadari karena jumlah orang yang memiliki imunitas sudah cukup banyak. 

Ditambah lagi, kemampuan 3T (testingtracing, dan treatment) kita masih terbatas. 

"Sangat mungkin, jumlah kasus yang ada di tengah masyarakat lebih banyak dibanding jumlah kasus yang ditemukan. Ini yang harus kita sadari," ujarnya.

Baca juga : 5 Mahasiswa President University Dapat Beasiswa Pemerintah Kuliah Di Luar Negeri

Karena itu, Dicky meminta semua pihak untuk berkontribusi meredam jumlah kasus. 

Antara lain dengan mengurangi perjalanan ke luar negeri, hanya yang esensial saja. Selain itu, pemerintah harus terus meningkatkan 3T dan cakupan vaksinasi. Begitu juga masyarakat. Harus mendukung dengan disiplin 5M (memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan dengan air dan sabun, menghindari kerumunan, dan mencegah mobilitas yang tak perlu), dan bersegera untuk divaksin bagi yang belum.

"Ingat, ketika kasus terdeteksi di bandara, bukan berarti kasus di dalam negeri aman. Ada kekuatan intervensi di pintu masuk. Orang yang datang dites PCR dan uji SGTF. Nah, kalau di masyarakat kan terbatas," lanjutnya.

Dicky pun mengingatkan, untuk mengatasi varian Delta yang kecepatan transmisinya 3x di bawah Omicron, kita perlu kombinasi PPKM Level Darurat, 3T, 5M, dan vaksinasi. 

Baca juga : Ironi, Kasus Positif Turun, Kematian Tinggi

"Logikanya, menghadapi Omicron, kesiapan dan mitigasi kita harus lebih dari itu. Saya lihat, Kemenkes sudah relatif baik dalam memitigasi. Sudah bagus. Ini harus direspon dengan baik oleh daerah. Jangan bilang tenang, belum apa-apa. Belum banyak peningkatan kasus. Kalau nunggu begitu, sudah telat," pungkas Dicky. [UMM]

 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.