Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Ahli Epidemiologi Dicky Budiman

Skenario Terburuk, Terapkan PSBB Jawa Bali Dan Sebagian Kota Raya Lainnya

Senin, 14 Juni 2021 12:16 WIB
Ahli Epidemiologi sekaligus Pakar Global Health Security dari Griffith University, Dicky Budiman (Foto: Instagram)
Ahli Epidemiologi sekaligus Pakar Global Health Security dari Griffith University, Dicky Budiman (Foto: Instagram)

RM.id  Rakyat Merdeka - Melonjaknya kasus Covid, yang diikuti kenaikan tingkat okupansi tempat tidur atau bed occupancy ratio (BOR) di sejumlah wilayah seperti Kudus, Bangkalan, sebagian Jawa Barat, dan DKI Jakarta adalah alarm bahaya yang tidak boleh diabaikan.

Seperti disampaikan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan via laman Instagramnya, dalam sepekan, telah terjadi lonjakan kasus aktif hingga 50 persen di wilayah Ibu Kota.

Selain itu, juga terjadi lonjakan positivity rate dalam sepekan. Dari 9 persen menjadi 17 persen.

"Padahal, kapasitas testing sudah kami tingkatkan dari 4x standar WHO, menjadi 8x lipat. Tapi, tetap saja positivity rate-nya tinggi," kata Anies, Minggu (13/6).

Sementara BOR, meningkat 30 persen dalam sepekan. Dari 45 persen menjadi 75 persen.

Baca juga : Cak Imin Minta Semua Perusahaan Sertakan Karyawannya

Lewat akun Instagram-nya pada Minggu (13/6), Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil melaporkan, BOR di Kota Bandung kini sudah 85 persen. Sedangkan BOR Jawa Barat naik dari 30 hingga 68 persen.

Sementara Pandemic Talks melaporkan, angka BOR Covid di Kudus kini sudah menyentuh angka 91 persen.

Sedangkan BOR di Bangkalan kini sudah tembus 70 persen.

Merespon hal ini, Ahli Epidemiologi sekaligus Pakar Global Health Security dari Griffith University Dicky Budiman mengatakan, memburuknya situasi Covid saat ini harus direspon oleh seluruh wilayah.

Dalam hal ini, pemerintah pusat harus betul-betul mengubah strategi. Karena yang terjadi di Jakarta, merupakan representasi dari apa yang terjadi di Jawa. Bahkan, ada yang jauh lebih buruk potensinya.

Baca juga : Efektivitas Vaksin Kudu Diukur Secara Berkala, Terutama Kalau Ada Varian Baru

"Jakarta bisa memiliki data seperti itu, karena situasi masalahnya lebih jelas. Apalagi, menurut WHO, Jakarta adalah wilayah dengan kapasitas testing yang sudah memenuhi standar global," jelas Dicky kepada RM.id, Senin (14/6).

Ia menyebut, berdasarkan evaluasi akhir Mei 2021, hanya 3 wilayah di RI yang memenuhi syarat tersebut. Yaitu DKI Jakarta, Yogyakarta, dan Sumatera Barat. Walaupun kapasitas Jakarta jauh melebihi 2 kota itu.

"Di luar itu, kita betul-betul prihatin karena testing dan tracing-nya minim. Tidak memahami situasi yang sebenarnya. Mengenai perburukan situasi Covid, ini sudah kondisi nasional. Setidaknya di Jawa Bali, dan sebagian Sumatera," tutur Dicky.

"Kesalahan kita yang selalu berlangsung setahun ini, pendekatan kita tidak berbasis sains. Karena datanya saja minim, bagaimana kita mau memberikan respon strategi?" imbuhnya.

Dicky menegaskan, walaupun banyak pemerintah pusat atau daerah tidak melakukan penemuan kasus secara aktif lewat testing dan tracing yang masif, pada akhirnya virus akan memaksa semua pemerintah di dunia, untuk melakukan hal tersebut. Atau menerima akibatnya. Karena angka kesakitan atau kematiannya akan terus meningkat.

Baca juga : Awasi Ketat WN India Yang Kadung Masuk, Jangan Sampai Sebarkan Varian Baru

Menurutnya, varian delta yang pertama kali terdeteksi di India, yang menjadi pencetus ledakan kasus di Indonesia, telah memenuhi kriteria sebagai super strain.

Karena selain cepat menular, juga menyebabkan keparahan. Risiko rawatnya 2,5 lipat dibanding varian alpha. Selain itu, varian delta juga bisa menyiasati sistem imun. Yang sudah divaksinasi penuh, bisa tetap kena. Apalagi, yang baru disuntik sekali.

"Ini jadi ancaman epidemi di tengah pandemi. Amat serius. Kita harus mengubah strategi. Daerah-daerah tidak bisa terus melakukan testing dengan kapasitas rendah, tak sesuai jumlah penduduk dan eskalasi pandemi," jelas Dicky.

"Perbaikan respon 3T, 5M, vaksinasi, dan genome sequencing ini harus kita lakukan secara bersama-sama. Skenario terburuk, ya PSBB Jawa Bali dan sebagian Kota Raya Di luar Jawa Bali," pungkasnya. [FAQ]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.