Dark/Light Mode
BREAKINGNEWS
Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU
Ahli Epidemiologi Griffith University Australia, Dicky Budiman
Kapan Swab Test Antigen Masuk Data Covid? Jangan Kelamaan
Selasa, 2 Maret 2021 18:26 WIB
RM.id Rakyat Merdeka - Setahun sudah usia pandemi Covid-19 di Tanah Air. Tanggal 2 Maret 2020, pemerintah mengumumkan kasus pertama Covid di bumi pertiwi. Meski banyak nestapa karena pandemi ini sangat memukul sektor perekonomian, ada hal-hal yang patut kita syukuri dalam situasi ini.
Salah satunya yang paling nyata, adalah telah bergulirnya program vaksinasi Covid-19 sejak 13 Januari lalu. Ditambah lagi, belakangan ini, jumlah kasus positif turun jumlah kasus sembuh naik? Adakah ini menjadi pertanda bakal minggirnya Covid dengan segera, atau hanya ilusi di tengah padang pasir? Mari kita simak penjelasan Ahli Epidemiologi Griffith University Australia, Dicky Budiman kepada wartawan Rakyat Merdeka, Muhammad Ade Al Kautsar.
Bagaimana pandangan Bapak mengenai situasi Covid di Tanah Air, yang hari ini genap setahun?
Secara resmi, pandemi di Indonesia memang sudah setahun. Walaupun sesungguhnya, bisa saja lebih awal dari itu. Ini kan cuma perkara data temuan awal saja.
Yang jelas, setelah setahun ini, perang kita melawan Covid-19 ini belum selesai. Kita masih memerlukan waktu, setidaknya 2 tahunan untuk Indonesia. Karena dampaknya sudah besar, bukan cuma sektor kesehatan saja. Tetapi juga sektor-sektor lainnya. Multi efek.
Baca juga : Digital Tracing Kian Mendesak, Klinik Demam Harus Disegerakan
Dalam hal ini, pemerintah di setiap level, dengan dukungan semua stakeholder, tentu harus bergerak dengan cepat dan tepat.
Apa yang menjadi catatan penting dalam hal ini?
Yang pertama, seperti dirilis Jurnal Kedokteran The Lancet dalam jurnal ilmiahnya, negara-negara tidak boleh merujuk hanya kepada jumlah kasus harian, dalam melihat performa ataupun tren pengendalian pandemi Covid.
Kita tidak boleh terpukau dan terpaku pada turunnya kasus harian, karena itu tidak valid. Apalagi, di negara-negara seperti Indonesia yang cakupan testing dan tracing-nya rendah.
Itu berbahaya karena itu akan terjadi misinterpretasi dan membuat ekspektasi jadi keliru. Kesannya baik, padahal belum tentu.
Baca juga : Perlu Pembatasan Lebih Besar Untuk Cegah Klaster Pilkada, Prokes 3M Saja Tak Cukup
Menurut Bapak, bagaimana situasi Indonesia saat ini?
Indonesia saat ini masih dalam status pandemi belum terkendali, positivity rate kita masih tinggi. Ini PR yang terus numpuk. Nggak bisa dikerjakan semalam. Harus diselesaikan secara bertahap, dengan strategi dan kompetensi dasar yang tepat.
Jadi, kita harus bagaimana?
Catatan saya dalam setahun ini, kita masih harus menyempurnakan strategi nasional. Kalau kita lihat negara-negara yang berhasil, tahapan-tahapan mereka jelas. Baik jangka pendek, jangka panjang, jangka menengah. Termasuk, bagaimana testing, tracing, karantina, dan vaksinasi dalam setiap tahapan strategi itu.
Ini adalah PR besar yang masih harus kita sempurnakan.
Baca juga : Belum Ada Tanda Pandemi Covid-19 Segera Berakhir
Kita harus berusaha meminimalisir performa negatif, supaya kita masuk dalam golongan negara-negara yang bisa segera keluar dari pandemi Covid.
Kita bisa lihat, bagaimana negara-negara lain merespon Covid dalam tataran global, nasional ataupun lokal. Itu kan sebetulnya sama strateginya: 3M dan 3T juga.
Kita harus punya kolaborasi untuk mengendalikan situasi pandemi. Itu penting untuk menuju keberhasilan mengatasi pandemi. Misalnya, dengan menciptakan travel bubble di kawasan ASEAN. Strategi harus diperkuat, tak ada yang perlu ganti. Kita bisa mencontoh keberhasilan New Zealand, Uni Eropa, dan beberapa kawasan di Asia Pasifik.
Di level nasional, kita juga harus memantapkan respon politik, kesehatan, dan perekonomian. Kita harus bisa merespon persoalan dengan tepat.
Selanjutnya
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tags :
Berita Lainnya