Dark/Light Mode
BREAKINGNEWS
Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU
Sewindu UU Desa, Desa Peternakan Terpadu Berkelanjutan Siap Sokong Ketahanan Pangan Nasional
Sabtu, 15 Januari 2022 13:28 WIB
RM.id Rakyat Merdeka - Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Mendes PDTT) Abdul Halim Iskandar optimis keberadaan Desa Peternakan Terpadu Berkelanjutan, akan menjadi penyokong utama ketahanan pangan hewani Indonesia.
Soalnya, selain telah menjadi tumpuan produksi sapi lokal, ketersediaan lahan pangan di desa kian menegaskan potensi tersebut. Akhir 2021, Desa Peternakan Terpadu Berkelanjutan, mulai dijalankan 7 BUMDes Bersama, di 7 kabupaten, di 3 provinsi sebagai pilot project.
"Tahun 2022 ini, mendapatkan nafas lebih besar, didukung oleh Presiden, melalui Perpres 104 tahun 2021, bahwa 20 persen dana desa digunakan untuk program ketahanan pangan dan hewani. Saya optimis, Desa akan membuka jalan kedaulatan pangan Indonesia," tegasnya saat acara Selamatan Sewindu Undang Undang Desa, yang diselenggarakan di Kasepuhan Cipta Gelar, Desa Sirnaresmi, Kecamatan Cisolok Kabupaten Sukabumi, Sabtu (15/1).
Baca juga : Sewindu UU Desa, Kemiskinan Ekstrem Di Desa Ditargetkan Tuntas 2024
Gus Halim, sapaan akrab Halim Iskandar menjelaskan, Desa Peternakan Terpadu Berkelanjutan ini merupakan konsep peternakan komunal yang dikelola BUM Desa Bersama. Bentuknya, penggabungan beberapa komoditi unit usaha peternakan pada satu pasar di suatu daerah.
Arahnya, desa-desa yang berpotensi di sektor peternakan akan dikembangkan sebagai sentral-sentral penyedia daging baik dari sapi, kambing, hingga ayam hingga pusat holtikultura.
"Melalui program ini akan terintegrasi pengelolaan peternakan dari hulu ke hilir. Dari penggemukan hingga kotoran ternak harus memberi nilai ekonomisnya. Tujuannya jelas, selain untuk kesejahteraan masyarakat desa itu sendiri, minimal dapat menurunkan kebutuhan impor dengan meningkatkan ketahanan pangan khususnya pemenuhan kebutuhan daging dan swasembada daging sapi nasional," tuturnya.
Baca juga : Sewindu UU Desa, Gus Halim: Desa Mandiri Meningkat, Desa Tertinggal Berkurang
Dijelaskannya, berdasarkan data Kemendesa PDTT, sejak tahun 2015 sampai tahun 2020, produksi daging sapi di Indonesia mengalami fluktuasi.
Dalam rentang waktu tersebut, tahun 2016 mencapai titik tertinggi dengan produksi 518.484 ton. Naik 2,3 persen dari tahun sebelumnya. Tahun 2017 produksi daging sapi turun lagi menjadi 486.319,7 ton.
Tahun 2018, mengalami kenaikan kembali menjadi 497.971,7 ton, tahun 2019 naik menjadi 504.802,29 ton, dan pada tahun 2020 mengalami peningkatan kembali mencapai 515.627,74 ton. Namun, sudah lumrah, peningkatan produksi, selalu dibarengi dengan peningkatan kebutuhan terhadap daging sapi.
Baca juga : Sultan: Tindakan Hukum Tegas Solusi Kasus Kejahatan Pangan
"Karenanya, ikhtiar peningkatan produksi harus lebih digenjot lagi. Dan jawabannya adalah desa. Karena desa juga memiliki kelembagaan ekonomi yang memungkinkan untuk pengembangan usaha peternakan sapi secara terpadu dalam skala mikro," ucap Gus Halim.
Selanjutnya
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tags :
Berita Lainnya