Dark/Light Mode

PTM Di Tengah Lonjakan Omicron, Anak Bisa Kena Komplikasi Berat Covid

Selasa, 25 Januari 2022 09:36 WIB
Prof. Tjandra Yoga Aditama (Foto: Istimewa)
Prof. Tjandra Yoga Aditama (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara, Prof. Tjandra Yoga Aditama urun pendapat soal pelaksanaan pembelajaran tatap muka (PTM), di tengah lonjakan kasus Covid-19 saat ini. Terutama, varian Omicron

Menurutnya, ada lima hal yang dapat jadi pertimbangan, terkait kebijakan PTM.

"Pertama, pada 13 Januari 2022, ada lima Organisasi Profesi Dokter Spesialis (Anak, Paru, Penyakit Dalam, Jantung dan Anastesi) yang mengirim surat ke 4 menteri, terkait evaluasi proses PTM," ujar Prof. Tjandra dalam keterangannya, Selasa (25/1).

Surat itu antara lain meminta, pihak siswa sebaiknya tetap diperbolehkan memilih PTM atau pembelajaran jarak jauh (PJJ), anak dengan komorbid harus periksa ke dokter dulu, dan anak harus mendapatkan kelengkapan imunisasi untuk ikut PTM.

Selain itu  juga harus ada mekanisme kontrol dan buka tutup sekolah.

Baca juga : Awas, Kena Omicron Gejalanya Bisa Berat

Kedua, kita ketahui bahwa kasus Covid-19 di hari-hari ini terus meningkat. Bukan hanya jumlah absolutnya yang sudah sekitar 3000-an sehari  tetapi juga ada kecenderungan peningkatan angka kepositifan.

Di samping itu, juga perkembangan angka reproduksi (reproductive number), yang menunjukkan potensi penularan di masyarakat, juga harus diperhatikan.

Apalagi, angka transmisi lokal varian Omicron juga terus meningkat.

Ketiga, sebagaimana ditulis dalam surat 5 Organisasi Profesi Spesialis, anak berpeluang mengalami komplikasi berat akibat Covid. Istilahnya, multisystem inflammatory in children associated with Covid-19 (MIS-C). Bukan tak mungkin, juga diikuti komplikasi Long Covid.

Pendapat para pakar beberapa negara, antara lain dari South Dakota Amerika Serikat, juga mulai membicarakan kemungkinan Long Covid pada anak. Meski perlu penelitian lebih lanjut.

Baca juga : Ayo Vaksin Booster Dan Taati Prokes Ya!

"Kita tentu tidak ingin, ada dampak seperti itu pada anak-anak kita," tegas Prof. Tjandra.

Keempat, hasil penelitian di Afrika Selatan menyebutkan, berdasarkan data 56.164 kasus Covid yang masuk rumah sakit (RS),  terdapat bukti bahwa angka masuk RS (admission rate) anak di bawah 4 tahun, ternyata 49 persen lebih tinggi pada Omicron dibandingkan Delta.

Sementara data Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) yang dimuat di CNN pada 12 Januari 2022 menyebutkan, angka anak masuk RS di AS meningkat dengan rata-rata 4,3 balita per 100 ribu angka masuk RS, pada minggu awal Januari 2022.

Meningkat dari angka 2,6 per 100 ribu pada pekan sebelumnya.

Kalau dibandingkan dengan angka awal Desember  maka ada peningkatan 48 persen.

Baca juga : KSP: Pembangunan IKN Nggak Bakal Hambat Penanganan Covid

"Ini adalah peningkatan tertinggi pada kelompok usia tersebut, selama pandemi Covid-19," sebut Prof. Tjandra yang juga Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI.

Kelima, marak diberitakan, ada daerah yang disebut sebagai medan perang (battlefield) pertama melawan Omicron di negara kita.

Di daerah battlefield itu juga disebutkan, ada beberapa kecamatan yang masuk zona Merah.

"Karena itu, upaya perlindungan kesehatan di daerah zona Merah dalam medan perang tersebut harus ditingkatkan. Evaluasi pelaksanaan PTM, setidaknya dimulai dari daerah-daerah itu," pungkas Prof. Tjandra. [HES]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.