Dark/Light Mode

Jinakkan Semburan Dusta dengan Kecerdasan Emosional

Senin, 17 Juni 2019 15:54 WIB
Ketua Umum Inovator 4.0 Indonesia Budiman Sudjatmiko (Foto: Istimewa)
Ketua Umum Inovator 4.0 Indonesia Budiman Sudjatmiko (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Maraknya sebaran informasi bohong di Indonesia semakin mengkhawatirkan. Jika terlambat diantisipasi, semburan dusta atau firehose of falsehood bisa memicu daya rusak yang dahsyat.

Sadar dengan kondisi tersebut, Ketua Umum Inovator 4.0 Indonesia, Budiman Sudjatmiko mengatakan, harus disiapkan sumber daya manusia (SDM) yang mampu membangun kapasitas kognisi dan kecerdasan emosional untuk menjinakkan semburan dusta. Semburan dusta tidak boleh dianggap remeh karena jumlah sebarannya tidak terhingga dan bisa disebarkan siapa pun menggunakan berbagai saluran.

"Sebagai bekal menghadapi Revolusi 4.0, Inovator 4.0 Indonesia siap mengerahkan orang-orang Indonesia di dalam dan luar negeri yang paham tentang hal ini," kata Budiman, di Jakarta, Senin (17/6).

Sebagai bentuk konkretnya, Inovator 4.0 Indonesia menggelar Big Questions Forum Inovator 4.0 Indonesia dengan tema ‘Kecerdasan Buatan dan Biopolitik; Membangun Masyarakat Kebal Semburan Dusta’, pada Minggu (16/6). Hadir sebagai narasumber adalah ahli neuro sains dari Tokyo University Hospital, DR Ryu Hasan; Kandidat Doktor dalam Rekayasa Genetik Universitas Oxford, Muhammad Hanifi; dan pendiri Bandung Fe Institute serta ahli kompleksitas, Hokky Situngkir.

Baca juga : Pelindo Integrasikan Sistem Pembayaran Jasa Di 4 Terminal Peti Kemas

Ada pun serial Big Questions Forum akan digelar tiap bulan oleh Inovator 4.0 Indonesia dengan mengangkat tema tentang sesuatu yang baru khas Revolusi 4.0 di Indonesia. Dalam forum tersebut, disimpulkan semburan dusta bisa dijinakkan setidaknya melalui tiga cara, mengembangkan kecerdasan emosional, mengidentifikasi bias informasi dalam diri dan mengidentifikasi bahan semburan dusta.

"Jika kita merasa tak kan mengubah apa-apa, kita tak akan menyumbang isi apa-apa untuk masa depan kita, yang dekat maupun jauh. Forum ini adalah wake up call. Bangun dan cepatlah mandi..." ungkap aktivis kelahiran Cilacap tersebut.

DR Ryu Hasan menyampaikan, kecerdasan emosional jadi salah satu langkah menangkal semburan dusta. Menurut dia, kecerdasan emosional harus dikedepankan karena otak manusia akan lebih cepat mengendorse semburan dusta dan ancaman daripada kebenaran dan harapan.

"Informasi semburan dusta sangat banyak, membuat otak kita menjadi kebingungan dan gagap. Akhirnya yang dipercayai adalah hal yang ingin dia percayai. Dia tidak mengafirmasi informasi benar atau salahnya, tapi apa yang sesuai dengan seleranya sendiri," ujar ahli neuro sains tersebut.

Baca juga : AP II Tutup Angkutan Lebaran dengan 4,2 Juta Pergerakan Penumpang

Untuk membangun kecerdasan emosional, kata Ryu, diperlukan waktu yang panjang karena selama puluhan tahun masyarakat lebih mengedepankan kecerdasan kognitif. Dia menegaskan, pesatnya kemajuan teknologi tidak akan menyelesaikan kegagapan masyarakat pada semburan dusta selama tidak dibarengi dengan kecerdasan emosional.

"Kecerdasan emosional itu perlu dikedepankan. Cerdas emosional, sosial, dan kecerdasan ekologikal. Seperti membiasakan orang antre, membuang sampah pada tempatnya, itu perlu kecerdasan emosional," ujar Ryu.

Budiman menambahkan, masyarakat Indonesia bisa mengalahkan semburan dusta pada sepanjang penyelenggaraan Pemilu 2019. Meski demikian, kata Budiman, semburan dusta tidak berhenti setelah Pemilu usai. 

Kabar bohong bertebaran dengan pola yang terstruktur, diulang-ulang, dan mengaduk-aduk emosi serta kepercayaan seseorang. Pasalnya, jumlah kabar bohong bisa tak terhingga dan bisa disebarkan siapa pun menggunakan berbagai saluran.

Baca juga : Mantap, Angkutan Lebaran DAMRI  Berlangsung dengan Zero Accident

"Semburan dusta di Indonesia tidak bisa mencapai kemenangan politik," kata Budiman.

Menurut Budiman, semburan dusta semakin subur saat masyarakat penerimanya menyukai kabar bohong asal bisa menyenangkan diri sendiri atau kelompoknya. Semburan dusta bisa bikin kecanduan tapi selalu ada cara untuk menjinakkannya.  

"Kita pasti bisa. Dulu sejarah kebebasan, lalu awal 2000 kita masuk era keadilan, sekarang Indonesia harus masuk masanya kemajuan," ujar Budiman. [USU]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.