Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Prevalensi Omicron BA.2 Tertinggi Di Asia Tenggara, RI Perlu Waspada

Senin, 28 Februari 2022 09:09 WIB
Prof. Tjandra Yoga Aditama (Foto: Istimewa)
Prof. Tjandra Yoga Aditama (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Mantan Direktur WHO Asia Tenggara Prof. Tjandra Yoga Aditama menyoroti fenomena dunia, yang sedang dilanda Covid-19 varian Omicron. Yaitu B.1.1.529 dengan berbagai bentuknya: BA.1, BA.1.1, BA.2 dan BA.3.

Yang dominan di dunia dan di Indonesia sekarang ini adalah BA.1. Tapi belakangan, banyak sekali dianalisis tentang jenis BA.2, dengan segala kompleksitas dan kemungkinan dampaknya.

Prof. Tjandra menyebut, angka rata-rata BA.2 dunia mencapai 21,09 persen dari semua Omicron. Jadi, satu dari lima Omicron di dunia sekarang ini adalah jenis BA.2.

"Tapi, sudah ada beberapa negara yang BA.2 nya dominan, lebih dari 50 persen. Antara lain, negara tetangga kita Brunei Darussalam. Serta Filipina, Bangladesh, China, India, , Nepal, Pakistan, dan sebagainya," kata Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI yang juga Guru Besar FKUI ini dalam keterangannya, Senin (28/2).

Baca juga : Kasus Omicron Bisa Lebih Tinggi Dari Delta, Menkes Imbau Masyarakat Disiplin Prokes

WHO menyebutkan, prevalensi tertinggi BA.2 terjadi di daerah Asia Tenggara, dengan angka 44,7 persen. 

Dampak BA.2 masih terus dipelajari. Antara lain, lebih mudah menular daripada BA.1 yang sekarang. Berdasarkan laporan WHO sampai 22 Februari 2022, belum ada bukti bahwa BA.2 menimbulkan dampak kasus menjadi lebih berat.

Laporan ini sesuai dengan data dari Afrika Selatan, Inggris dan Denmark yang menunjukkan beratnya penyakit sama saja pada BA.1 dan BA.2.

Namun, publikasi pra-cetak 16 Februari 2022 dari Jepang yang berjudul Virological Characteristics of SARS-CoV-2 BA.2 Variant menyebut, BA.2 dapat lebih berat.

Baca juga : Cegah Omicron, Kemenag Terbitkan Aturan Baru Tata Laksana Peribadatan

"Uji coba pada binatang memang menunjukkan bahwa BA.2 dapat menimbulkan dampak klinik lebih berat. Tapi, itu belum tentu terjadi pada manusia," jelas Prof. Tjandra.

WHO juga masih menyatakan, efikasi vaksin terhadap BA.2 dan BA.1 masih sama. Sementara penelitian di Jepang menduga, efektivitas vaksin menurun. Meski dapat meningkat kembali sampai 74 persen dengan booster.

Penelitian di Jepang ini juga menyajikan data, bahwa infeksi BA.2 dapat mengakibatkan penurunan efektivitas obat antibodi monoklonal seperti sotrovimab.

"BA.2 tidak memiliki fenomena SGTF (S gene target failure), sehingga penggunaan PCR SGTF jadi terbatas. Karena itu, perlu memperbanyak pemeriksaan whole genome sequencing," papar Prof. Tjandra.

Baca juga : BA.2, Si Omicron Siluman Kini Terdeteksi Di 5 Negara Afrika

"Indonesia perlu waspada dan mengambil langkah antisipasi yang tepat, kalau-kalau BA.2 juga akan meningkat di negara kita," pungkas mantan Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit yang juga pernah memimpin Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kementerian Kesehatan. [HES]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.