Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Atasi Stunting, Edukasi Gizi Harus Jadi Prioritas Di NTT

Kamis, 17 Maret 2022 13:27 WIB
Sosialisasi dan edukasi penanganan stunting yang digelar YAICI bersama PP Muslimat NU, di Kupang, Rabu (16/3). (Foto: Dok. YAICI)
Sosialisasi dan edukasi penanganan stunting yang digelar YAICI bersama PP Muslimat NU, di Kupang, Rabu (16/3). (Foto: Dok. YAICI)

RM.id  Rakyat Merdeka - Berdasarkan studi status gizi Indonesia (SSGI) 2021, Nusa Tenggara Timur (NTT) memiliki 15 kabupaten berkategori merah. Pelabelan status merah tersebut berdasarkan prevalensi stunting yang masih di atas 30 persen. Karena itu, edukasi harus jadi prioritas di NTT.

Data yang dikeluarkan Biro Umum dan Humas Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) juga menunjukkan, 5 Kabupaten di NTT masuk dalam prevalensi 10 daerah dengan angka kekerdilan atau stunting tertinggi dari 246 kabupaten/kota yang menjadi prioritas percepatan penurunan stunting di Indonesia.

Ahli dari Dinas Kesehatan Kota Kupang Riris Yunita Damanik mengatakan, sudah seharusnya edukasi gizi menjadi prioritas di NTT. Mengingat angka kejadian stunting masih sangat tinggi. Selain itu, kebiasaan-kebiasaan masyarakat terkait gizi anak juga mengkhawatirkan.

“Masih banyak anak yang belum 6 bulan tapi sudah diberi pisang dan bubur," kata Riris, saat sosialisasi dan edukasi yang digelar Yayasan Abhipraya Insan Cendekia Indonesia (YAICI) bersama PP Muslimat NU, di Kupang, Rabu (16/3).

Baca juga : Lestari: Revisi UU Sisdiknas Harus Tingkatkan Kualitas SDM

"Juga yang menjadi persoalan adalah ibu-ibu lebih suka memberi MPASI (Makanan Pendamping ASI) untuk anak berupa bubur instan. Termasuk susu kental manis, masyarakat masih terbiasa menggunakannya sebagai minuman susu untuk anak,” sambungnya.

Ia melanjutkan, pihaknya juga akan mendorong perhatian terhadap edukasi mengenai cara konsumsi susu kental manis. Sebab, selama ini belum ada sosialisasi mengenai bahaya konsumsi kental manis.

Ketua Bidang Kesehatan PP Muslimat NU Erna Yulia Soefihara, yang hadir sebagai pembicara, mengatakan bahwa pihaknya akan terus menyampaikan edukasi mengenai gizi kepada masyarakat terutama kader-kader NU. Sebab, pemahaman mengenai gizi berkaitan langsung dengan kesehatan anak dalam keluarga.

"Kami di NU tidak hanya concern di bidang agama saja, tetapi juga di bidang pendidikan. Salah satunya kesehatan. Sehingga kami merasa bahwa stunting ini perlu ditangani bersama,"  jelas Erna.

Baca juga : Masih Cedera, Fedex Bakal Gigit Jari Di 2022

Ia menambahkan, selain di Kupang, PP Muslimat NU bersama YAICI juga telah melakukan edukasi di Jawa Timur, yakni di Banyuwangi dan Sidoarjo. Erna menegaskan, edukasi ini dilakukan untuk membatasi konsumsi gula harian.

“Gula adalah media yang paling disenangi sel-sel kanker. Jadi, sebaiknya konsumsi makanan minuman tinggi gula ini dihindari. Makanya, penderita kanker sebaiknya membatasi konsumsi gula, apalagi susu kental manis. Ini sangat disukai oleh sel-sel kanker untuk tumbuh,” tandasnya.

Ketua Harian YAICI Arif Hidayat menjelaskan, edukasi yang telah dilakukan YAICI bersama PP Muslimat NU dilakukan melalui kader dan langsung ke masyarakat. Selain itu, pihaknya juga melakukan penelitian hingga penggalian data langsung ke masyarakat yang mengkonsumsi susu kental manis.

“Persoalan-persoalan yang kami temukan di lapangan itu beragam. Ada yang orang tua memang tidak tahu mengenai kandungan susu kental manis, atau bahkan ada yang sudah tahu tapi masih memberikan susu kental manis untuk anaknya. Alasannya juga macam-macam. Ada yang karena lebih murah atau anaknya lebih suka,” jelas Arif.

Baca juga : Asyik, Suntik Vaksin Berhadiah Sembako Dan Migor Di Polsek Matraman

Berdasarkan Studi Status Gizi Indonesia (SSGI), lima kabupaten tersebut, antara lain Timor Tengah Selatan, Timor Tengah Utara, Alor, Sumba Barat Daya, dan Manggarai Timur. Bahkan, Kabupaten Timor Tengah Utara menempati urutan kedua yang memiliki prevalensi stunting tertinggi di Indonesia karena berada di atas 46 persen. Tingginya angka stunting di NTT menjadi perhatian khusus bagi Dinas Kesehatan Kota Kupang dalam penanganan stunting. [SAR]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.