Dark/Light Mode

Prokes Jangan Kendor

Waspada Hepatitis Akut Misterius, IDI & IDAI Tekankan Pentingnya Deteksi Dini

Selasa, 3 Mei 2022 15:50 WIB
Ketua Umum PB IDI Mohammed Adib Khumaidi (Foto: Istimewa)
Ketua Umum PB IDI Mohammed Adib Khumaidi (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB-IDI) Mohammed Adib Khumaidi mengimbau tenaga kesehatan dan masyarakat, agar senantiasa meningkatkan kewaspadaan dini terhadap penyakit hepatitis akut misterius yang kini menjadi kasus global.

Secara resmi, penyakit tersebut telah dipublikasikan sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) oleh WHO, karena jumlah kasusnya terus bertambah.

Lebih dari 170 kasus, dilaporkan oleh 12 negara di dunia.

"PB IDI bersama Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mengimbau seluruh tenaga kesehatan dan lapisan masyarakat, terutama para orang tua dan anak, agar tetap melakukan protokol kesehatan secara ketat. Apalagi, di masa mudik Lebaran ini," kata Adib dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Selasa (3/5).

Imbauan tersebut disampaikan PB IDI kepada seluruh jajaran, menindaklanjuti Surat Edaran dari Badan Kesehatan Dunia (WHO). Serta Surat Edaran Kementerian Kesehatan melalui Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit dengan nomor Surat HK.02.02/C/2515/2022 tentang Kewaspadaan Terhadap Penemuan Kasus Hepatitis Akut Yang Tidak Diketahui Etiologinya (Acute Hepatitis Of Unknown Aetiology), pada 27 April 2022.

Baca juga : Alert!! 3 Anak Penderita Hepatitis Akut Misterius Di Jakarta Meninggal

Adib meminta seluruh organisasi profesi medis di bawah PB-IDI serta seluruh dokter dan tenaga kesehatan di berbagai jenis fasilitas kesehatan tingkat pertama (puskesmas, posyandu, klinik praktek mandiri, serta dokter praktek perorangan), agar turut mewaspadai setiap gejala hepatitis pada anak dan dewasa.

Hepatitis akut misterius dikeluhkan dengan gejala perubahan warna urine (gelap) dan/atau feses (pucat), kuning, gatal, nyeri sendi atau pegal-pegal, demam tinggi, mual, muntah, nyeri perut, lesu, hilang nafsu makan, diare, dan kejang.

Selain itu, juga ditandai oleh Serum Aspartate transaminase (AST) atau Alanine transaminase (ALT), yang nilainya melebihi 500 U/L.

"Dari hasil pemeriksaan laboratorium, tidak ditemukan adanya virus hepatitis A, B, C, D, dan E. Namun, pada beberapa kasus, ditemukan SARS-Cov-2 dan/atau adenovirus. Oleh karena itu, perlu dilakukan pemeriksaan patogen (biologis maupun kimiawi) lebih lanjut," papar Adib.

Deteksi Dini

Baca juga : Singapura Laporkan Kasus Hepatitis Akut Misterius, Korbannya Bayi 10 Bulan

Ketua Umum Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Seluruh Indonesia (IDAI) dr Piprim Basarah Yanuarso meminta seluruh dokter anak dan residen dokter anak, agar turut mengawasi kemungkinan gejala hepatitis akut misterius pada pasien anak.

IDAI mengimbau agar masyarakat tetap tenang dan berhati-hati, mencegah infeksi dengan mencuci tangan, meminum air bersih yang matang, makan makanan yang bersih dan matang, membuang tinja atau popok sekali pakai pada tempatnya, menggunakan alat makan pribadi, serta memakai masker dan menjaga jarak.

"Penting dilakukan deteksi dini. Terutama, jika ada pasien anak yang mengalami gejala-gejala seperti kuning, mual muntah, diare, nyeri perut, penurunan kesadaran kejang, lesu, demam tinggi. Orangtua harus segera memeriksakan ke fasilitas layanan kesehatan terdekat," jelas Piprim.

Sejauh ini, respon klinis dan kesehatan masyarakat telah diterapkan di Inggris Raya dan sejumlah negara yang melaporkan kasus tersebut.

Kementerian Kesehatan dan Dinas Kesehatan kini juga sedang menyelidiki lebih lanjut untuk memasukkan riwayat perjalanan yang lebih rinci, berikut tes virologi/mikrobiologi tambahan.

Baca juga : Sore Ini Lawan Barito, Pendekar Cisadane Siap Mati-matian Amankan Peringkat

IDI dan IDAI mendukung penuh upaya pemerintah, dan akan segera berkoordinasi dengan para ahli kedokteran, terkait penyelidikan menyeluruh atas kasus-kasus yang dicurigai sebagai hepatitis akut yang belum diketahui etiologinya.

IDI dan IDAI juga meminta bantuan dan dukungan dari setiap tenaga medis dan tenaga kesehatan, agar aktif mengedukasi masyarakat setempat, untuk segera mengunjungi Fasilitas Layanan Kesehatan (Fasyankes) terdekat, apabila ada anak atau anggota keluarga yang mengalami gejala.

Serta berkoordinasi dengan dokter spesialis anak terkait, untuk menindaklanjuti dan mengawasi dengan ketat penyakit tersebut, dan melaporkan kepada Dinas Kesehatan setempat. [HES]

 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.