Dark/Light Mode
BREAKINGNEWS
- Menkes: Kesehatan Salah Satu Modal Utama Capai Target Indonesia Emas 2045
- Jangan Sampai Kehabisan, Tiket Proliga Bisa Dibeli di PLN Mobile
- Temui Cak Imin, Prabowo Ingin Terus Bekerjasama Dengan PKB
- Jaga Rupiah, BI Naikkan Suku Bunga 25 Bps Jadi 6,25 Persen
- Buntut Pungli Rutan, KPK Pecat 66 Pegawainya
Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU
RM.id Rakyat Merdeka - Deputi II Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Abetnego Tarigan menekankan, perlunya elemen kampus dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) kembali mengawal dan menyuarakan isu-isu penanganan bencana di Indonesia. Apalagi, Indonesia merupakan negara rawan bencana.
Abetnego menyebut, per 23 Mei 2022, telah terjadi bencana sebanyak 1.613. Dan sepanjang 2015 hingga 2021, tercatat 121 letusan gunung berapi di Indonesia.
"Risiko bencana sangat besar. Tentunya Pemerintah tidak bisa sendirian dalam mengurangi risiko tersebut. Peran masyarakat terutama elemen kampus dan LSM sangat dibutuhkan," kata Abetnego, di sela-sela agenda Forum Kebijakan Global Pengurangan Risiko Bencana (Global Platform for Disaster Risk Reduction/GPDRR), di Bali, Kamis (26/5).
Baca juga : Serasi Sebarkan Persatuan Lewat Musik
Abetnego menyampaikan, pengalaman terbaik dari seluruh negara menunjukan, bahwa keberhasilan penanganan bencana terletak pada peran masyarakat dan gotong royong seluruh pemangku kepentingan.
Menurutnya, masyarakat bukan sebagai objek, melainkan peserta aktif dalam upaya pengurangan risiko bencana.
Abetnego menjelaskan, keterlibatan elemen masyarakat dalam penanggulangan risiko bencana merupakan salah satu arahan Presiden Joko Widodo dalam memitigasi bencana. Hal itupun, imbuh dia, termuat dalam substansi konsep Resiliensi Berkelanjutan, yang disampaikan Presiden Joko Widodo pada GPDRR.
Baca juga : Pakar UI: Rusia Dikucilkan Dunia Buntut Serangan Rusia Ke Ukraina
"Presiden menilai bahwa setiap negara di dunia harus memperkuat budaya dan kelembagaan siaga bencana yang antisipatif, responsif, dan adaptif menghadapi bencana. Tak terkecuali untuk Indonesian. Ini butuh sinergi antara kelembagaan pemerintahan, serta kelembagaan sosial dan masyarakat," tutur Abetnego.
Seperti diketahui Presiden Joko Widodo menyampaikan konsep Resiliansi Berkelanjutan pada Forum Kebijakan Global Pengurangan Risiko Bencana (Global Platform for Disaster Risk Reduction/GPDRR) ke-7,di Bali, Rabu (25/5).
Resiliensi berkelanjutan merupakan solusi untuk menjawab tantangan risiko sistemik menghadapi berbagai bencana, termasuk pandemi dan mendukung implementasi pembangunan berkelanjutan.■
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tags :
Berita Lainnya