Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Buya Syafii Wafat, Yusril: Sosok Kritis & Sederhana

Jumat, 27 Mei 2022 13:47 WIB
Buya Ahmad Syafii Ma’arif
Buya Ahmad Syafii Ma’arif

RM.id  Rakyat Merdeka - Pakar Hukum Tata Negara (HTN) Yusril Ihza Mahendra bersaksi bahwa sepanjang hidupnya Buya Ahmad Syafii Ma’arif menghabiskan usianya untuk mengabdi kepada agama, masyarakat dan bangsa, baik melalui pendidikan, dakwah maupun pergerakan sosial dan keagamaan. Buya telah menulis puluhan buku dan ratusan artikel yang menjadi rujukan dan warisan intelektual bangsa kita.

Di mata Yusri, kehidupan Buya begitu sederhana dan bersahaja, sering bergurau tetapi pemikirannya tajam dan kritis. Tak semua orang sepandangan dengan Buya, terutama dalam menganalisis kemajemukan bangsa kita. Namun Buya tetap hangat, menghargai siapapun, walau beda pendapat bahkan mengkritik pandangannya.

“Satu hal yang harus kita pegang teguh dari warisan pemikiran Buya. Islam itu universal dan rahmatan lil alamin. Aqidah dan etik yang diajarkan Islam adalah pegangan utama, berlaku abadi. Namun terhadap ajaran sosial dan politik, Islam membuka diri terhadap penafsiran,” tulis Yusril dikutip dalam akun twitternya pada Jumat (27/5).

Baca juga : Mahfud MD: Bangsa Indonesia Kehilangan Tokoh Besar

Selain itu, Buya memiliki pandangan bahwa Islam tetap relevan dengan zaman yang terus berubah dan di tengah masyarakat yang majemuk. Islam menghargai kemajemukan itu dan menyuruh semua komponen masyakat bekerjasama berbuat kebajikan demi kepentingan bersama.

Secara politik, kata Yusril, Buya memandang tidak ada tabrakan antara Islam dan Pancasila, sepanjang Pancasila itu dikembalikan kepada pemikiran para perumusnya yang merumuskannya sebagai sebuah kompromi antara golongan Kebangsaan dan Golongan Islam. 

Pancasila bagi Buya adalah falsafah negara yang sesuai dengan masyarakat majemuk yang menghargai dan menghormati keberadaan berbagai agama, etnik dan budaya. Pemikiran Buya mengenai Islam dan masalah-masalah Kenegaraan, sangat penting untuk dijadikan rujukan bagi membangun masa depan bangsa.

Baca juga : JK: Buya Syafii Wafat, Seluruh Bangsa Kehilangan

“Saya mengenal Buya Syafii tahun 1985 ketika sama-sama duduk dalam PP Muhammadiyah di bawah pimpinan Alm AR Fachruddin. Seingat saya, saya mungkin orang pertama memanggilnya Buya karena waktu itu beliau tergolong masih relatif muda (50 tahun). Saya memanggil demikian sambil bercanda,” terang Yusril.

Yusril mengaku, berhutang budi kepada Buya. Terutama ketika dirinya ujian Doktor Ilmu Politik membahas Partai Masyumi (1992), Buya Syafii termasuk salah seorang pengujinya bersama Muhammad Kamal Hassan (Malaysia). Buya sering menasehati Yusril kalau bertemu, tentang banyak hal tentunya.

“Mari kita doakan Buya, semoga Allah SWT mengampuni segala khilaf dan salahnya dan menerima segala amal kebajikan selama hidupnya serta memasukkannya ke dalam surga Jannatun Na’im,” doa Yusril.

Baca juga : Innalillahi, Buya Syafii Maarif Tutup Usia

Buya Ahmad Syafii Ma’arif telah wafat dalam usia 87 tahun di Yogyakarta hari ini, Jum’at (27/5). Almarhum merupakan mantan Ketum Muhammadiyah, akademisi, intelektual dan budayawan bangsa kita. Kepergiannya merupakan kehilangan besar bagi bangsa kita.■
 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.