Dark/Light Mode

BNPT: Khilafatul Muslimin Sama Seperti HTI, Berasal Dari NII, Berafiliasi Ke ISIS

Selasa, 31 Mei 2022 16:04 WIB
Direktur Pencegahan BNPT Brigjen Pol R Ahmad Nurwakhid (Foto: Dok. BNPT)
Direktur Pencegahan BNPT Brigjen Pol R Ahmad Nurwakhid (Foto: Dok. BNPT)

RM.id  Rakyat Merdeka - Konvoi rombongan pemotor dengan membawa atribut bertuliskan ‘Kebangkitan Khilafah’ di Brebes, Jawa Tengah, dan Cawang, Jakarta Timur, viral di media sosial. Para peserta konvoi yang menamakan diri Khilafatul Muslimin ini mengkampanyekan tegaknya sistem khilafah yang diklaim sebagai solusi bagi umat.

Menanggapi hal ini, Direktur Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Brigjen Pol R Ahmad Nurwakhid mengatakan, kelompok Khilafatul Muslimin ini sebenarnya memiliki cita-cita dan ideologi yang sama dengan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), ormas yang telah dibubarkan Pemerintah.

“Bedanya, HTI merupakan gerakan trans-nasional dan sedang memperjuangkan sistem khilafah di berbagai negara. Sementara Khilafatul Muslimin mengklaim sudah mendirikan khilafah dengan adanya khalifah yang terpilih,” jelas Nurwakhid  di Bogor, Selasa (31/5).

Baca juga : Hanura Pede Bakal Bisa Balik Ke Senayan

Nurwakhid mengurai, genealogi atau silsilah Khilafatul Muslimin tidak bisa dilepaskan dari Negara Islam Indonesia (NII). Sebagian besar tokoh kunci dalam gerakan ini adalah mantan NII. Pendiri dan pemimpinnya adalah Abdul Qadir Hasan Baraja, mantan anggota NII yang ikut ambil bagian dalam Majelis Mujahidin Indonesia (MMI) pada 2000, walaupun memilih tidak aktif.

Nurwakhid menambahkan, ada beberapa parameter yang bisa dipakai dalam melihat Khilafatul Muslimin. Pertama, aspek ideologi sangat berbahaya dengan memiliki cita ideologi khilafah di Indonesia sebagaimana HTI. “Walaupun dalam pengakuan mereka tidak bertentangan dengan Pancasila, namun ideologi mereka adalah mengkafirkan sistem yang tidak sesuai dengan pandangannya,” jelasnya.

Kedua, secara historis, pendiri gerakan ini sangat dekat dengan NII dan MMI, yang pernah terjerat kasus terorisme. Baraja telah mengalami 2 kali penahanan. Yaitu  pada Januari 1979 berhubungan dengan Teror Warman, ditahan selama 3 tahun, kemudian ditangkap dan ditahan kembali selama 13 tahun, berhubungan dengan kasus bom di Jawa Timur dan Borobudur pada awal tahun 1985.

Baca juga : Amandemen Konstitusi Saat Pandemi, Seperti Mengail Di Air Keruh

Ketiga, dampak ideologis, gerakan ini yang memiliki cita-cita ideologi perubahan sistem sangat rentan bermetamorfosa dalam gerakan teror. “Lihatlah kasus penangkapan NAS, tersangka teroris di Bekasi, yang ditemukan di kontrakannya kardus berisi Khilafatul Muslimin dan logo bordir Khilafatul Muslimin,” ungkapnya.

Selain itu, lanjut Nurwakhid, gerakan Khilafatul Muslimin mudah berafiliasi dengan jaringan kelompok teror seperti ISIS. Bahkan, pada masa kejayaan ISIS di 2015, peneliti terorisme dari Singapura Rohan Gunaratna menggolongkan Khilafatul Muslimin telah berbaiat kepada ISIS. 

Terkait masalah ini, Nurwakhid memaparkan, BNPT yang diamanatkan sebagai leading sector untuk melakukan koordinasi pencegahan terhadap paham yang dapat mendorong terorisme telah mengkoordinasikan Pemerintah Daerah, Forkopimda di seluruh wilayah NKRI untuk mewaspadai gerakan ini karena bertentangan dengan falsafah bangsa dan berpotensi melahirkan gerakan terorisme.

Baca juga : Kejagung Sita Proyek Properti Tersangka Asabri Di Kendari

“Koordinasi ini akan terus dikuatkan. Tujuannya untuk terus melakukan deteksi sedini mungkin terkait potensi munculnya akar radikalisme dan terorisme di tengah masyarakat,” tandas Nurwakhid.■

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.