Dark/Light Mode

Krisis Pangan Dan Energi Di Depan Mata

Urusan Politik Lupakan Sejenak

Rabu, 22 Juni 2022 07:58 WIB
Presiden Jokowi saat mengingatkan mengenai ancaman krisis pangan dan krisis energi dalam Sidang Kabinet Paripurna, Senin (20/6). (Foto: Setpres)
Presiden Jokowi saat mengingatkan mengenai ancaman krisis pangan dan krisis energi dalam Sidang Kabinet Paripurna, Senin (20/6). (Foto: Setpres)

RM.id  Rakyat Merdeka - Setelah pandemi Covid-19, krisis pangan dan energi jadi ancaman serius bagi dunia, juga Indonesia. Ini bukan nakut-nakutin, tapi ancaman krisis ini sudah ada di depan mata.

Presiden Jokowi dalam berbagai forum sudah berkali-kali mengingatkan masalah ini. Dampaknya sangat mengerikan. Ratusan juta orang di dunia terancam kelaparan. Banyak negara juga terancam bangkrut akibat krisis ini. Menghadapi masalah yang serius ini, sebaiknya para politisi di negeri jangan sibuk ngurusin pilpres, lupakan saja sejenak urusan politik. Fokus urus masalah bangsa.

Perang yang masih berlangsung antara Rusia vs Ukraina, jadi pemicu terjadinya krisis pangan dan energi. Akibat perang ini, ekspor sejumlah bahan pangan dari kedua negara tersebut jadi tersendat. Padahal, kedua negara ini merupakan penghasil gandum, biji-bijian, dan pupuk nitrogen terbesar di dunia.

Baca juga : Bupati Muna Mangkir Dari Panggilan Penyidik KPK

Tak hanya bahan pangan, perang Rusia-Ukraina juga berimbas pada ketersediaan energi di dunia. Dunia, khususnya negara-negara Eropa, saat ini sedang terancam krisis energi, akibat pasokan minyak dan gas yang seret imbas pemangkasan impor dari Rusia. Sanksi berupa embargo minyak dan gas dari Rusia ini membuat negara-negara di Eropa kelimpungan menutupi kebutuhan gas di negaranya.

Tak hanya itu, embargo yang dijatuhkan AS dengan sekutunya itu juga membuat harga minya dunia melambung tinggi. Dalam perdagangan kemarin, minyak mentah berjangka Brent tembus 113,04 dolar AS per barel. Sementara harga minyak mentah West Texas Intermediate AS berada di angka 109,49 dolar AS per barel.

Tak hanya minyak, batu bara yang saat ini jadi sumber energi bagi sejumlah engara Eropa juga mengalami lonjakan harga yang tajam. Harga batu bara dari semula 99,3 dolar AS per metrik ton (MT) menjadi 280 dolar per MT. Sedangkan pada perdagangan Senin (20/6), harga batu bara kontrak Juli di pasar ICE Newcastle (Australia) ditutup di 382,25 dolar AS per MT.

Baca juga : NasDem Hadirkan Politik Santun, Tanpa Gesekan

Dalam kelompok pangan, minyak kelapa sawit (CPO) dari 1.136 dolar AS per MT menjadi 1.716,9 dolar AS per MT atau naik 51,08 persen (yoy). Kopi mengalami kenaikan 29,39 persen menjadi 2,3 dolar AS per kg, gandum naik 75,71 persen menjadi 522,3 dolar AS per MT, kedelai naik 11,95 persen menjadi 724,1 dolar AS per MT dan daging sapi naik 10,9 persen menjadi 6,1 dolar AS kg.

Seperti halnya minyak mentah dan batu bara, lonjakan harga pangan merupakan imbas dari perang Rusia-Ukraina yang diikuti larangan ekspor terhadap barang tertentu di beberapa negara. Seperti Rusia menahan pasokan gandum, biji bunga matahari, pupuk, pupuk nitrogen.

India juga melarang ekspor gandum. China juga ikut melarang ekspor pupuk. Ukraina membatasi ekspor unggas, telur, minyak bunga matahari dan daging sapi. Indonesia sendiri sempat melarang ekspor CPO dan turunannya. Namun sudah dibuka kembali.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.