Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Pengamat Ingatkan Bahaya Partai Ojek Bagi Demokrasi

Rabu, 22 Juni 2022 22:52 WIB
CEO sekaligus Direktur Eksekutif Voxpol Center Research and Consulting Pangi Syarwi Chaniago. (Foto: Istimewa)
CEO sekaligus Direktur Eksekutif Voxpol Center Research and Consulting Pangi Syarwi Chaniago. (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - CEO sekaligus Direktur Eksekutif Voxpol Center Research and Consulting Pangi Syarwi Chaniago mengatakan Pemilu 2024 akan semakin menunjukkan kualitas partai kader, partai populis, serta partai transaksional pragmatis.

"Akan kelihatan mana yang menjadi partai ojek politik yang hanya menghantarkan calon nonpartai atau mendukung kader partai lain untuk maju kontestasi elektoral," kata Pangi dalam keterangannya, Rabu (22/6).

Misalnya saja Partai NasDem yang merekomendasikan tiga nama yani Anies Baswedan, Ganjar Pranowo dan Andika Perkasa. Memang, khususnya Anies, ada hipotesis yang menyatakan hal tersebut akan ikut memberi pengaruh terhadap elektabilitas Partai NasDem (cottail effect).

Baca juga : Embung Tingkatkan Produktivitas Petani Bawang Di Enrekang

Namun pada saat yang sama, sayangnya itu sekaligus membuktikan Partai NasDem gagal melakukan kaderisasi.

"Karena tidak mampu menghasilkan calon yang berasal dari kader internal NasDem sendiri dengan tradisi meritokrasi," sebutnya.

Diingatkan Pangi, layaknya ojek, ketika seorang tokoh berhasil maju dan dihantarkan pada kursi nomor satu pada Pilpres atau Pilkada, berdampak tidak baik bagi partai itu. Belum lagi jika ada deal-deal tertentu dengan calon-calon yang diusung nantinya.

Baca juga : Di Negeri Kaya Raya, Sepak Bola Pemersatu

"Kan mirip ojek. Setelah diantarkan ke kursi presiden atau kursi kepala daerah, lalu dapat deal-deal. Setelah itu bisa aja pada periode berikutnya pakai partai ojek yang sama atau pake partai ojek lainnya tanpa harus jadi kader, tanpa harus mengakar di partai. Ini bahaya sekali bagi demokrasi," imbuhnya.

Dia menyebutkan, apa guna partai kalau yang didukung nonpartai atau kader partai lain.

"Lama-lama orang akan bilang ngapain masuk parpol (deparpolisasi) kalau gampang jadi capres atau kepala daerah tanpa harus jadi kader partai yang mengakar? Hanya bermodal racikan elektoral, modal logistik semata," tutupnya. ■

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.