Dark/Light Mode

Jumlah Kasus Berat Meningkat

Kasus Harian Nyaris 2.000, Prof. Tjandra Minta BA.4 Dan BA.5 Tak Dianggap Enteng

Kamis, 23 Juni 2022 10:27 WIB
Prof. Tjandra Yoga Aditama (Foto: Istimewa)
Prof. Tjandra Yoga Aditama (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Mantan Direktur WHO Asia Tenggara, Prof. Tjandra Yoga Aditama menyoroti jumlah kasus harian Covid-19, yang nyaris menyentuh angka 2.000 pada Rabu (22/6). Atau persisnya 1.985.

Sementara pada 22 Mei, jumlah kasus harian hanya 227, dan pada 23 Mei cuma 174.

"Jadi, dalam 1 bulan, naik sekitar 10 kali lipat. Ini tinggi sekali. Jelas perlu kewaspadaan," kata Prof. Tjandra dalam keterangannya, Kamis (23/6).

Terkait hal ini, Prof. Tjandra mengatakan, ada lima hal yang perlu mendapat perhatian ekstra. Pertama, Covid-19 masih unpredictable alias sulit ditebak.

Baca juga : Genjot Lagi Program Vaksinasi Dan Booster

Dalam konteks ini, Prof. Tjandra berpendapat, rendahnya jumlah test dan pemeriksaan whole genome sequencing/ WGS, akan membuat kita makin sulit menilai perkembangan perangai virus.

"Ini juga sebabnya, WHO menyebut ada 3 skenario virus di tahun 2022 (base, best, worse), dan kita belum tahu mana yang akan terjadi," ujarnya.

Kedua, pemakaian masker di luar ruangan jelas masih perlu. Setidaknya, untuk kelompok berisiko.

"Ada dua jenis risiko penularan. Pertama, pada mereka yang masuk kategori lansia, komorbid, dan gangguan sistem imun. Kedua, pada keadaan yang memungkinkan risiko penularan lebih besar. Seperti kerumunan banyak orang, serta kontak dengan mereka yang bergejala. Secara umum, protokol kesehatan harus jadi perhatian," jelas Prof. Tjandra, yang kini menjabat Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI/Guru Besar FKUI.

Baca juga : Cegah Krisis, Menteri Basuki Dan Dubes Fadjroel Minta Negara-negara Tak Abaikan Tata Kelola Air

Ketiga, pemerintah harus mengetatkan surveilans dan meningkatkan penyelidikan epidemiologi (PE), sebagai salah satu dasar utama pengendalian outbreak.

Kalau bisa, semua atau hampir semua kasus baru memiliki data asal virus, dan bagaimana proses penularannya.

Keempat, cakupan vaksinasi lengkap kita masih tergolong rendah. Saat ini, masih berada di angka 60 persen. Atau nomor dua terendah di ASEAN, dan hanya satu peringkat di atas Myanmar.

Cakupan vaksinasi booster, bahkan masih sekitar 23 persen.

Baca juga : Menkes: Varian Baru Omicron BA.4 Dan BA.5 Sudah Terlacak Di Indonesia

"Jadi, harus ada upaya khusus untuk meningkatkan cakupan vaksinasi tersebut," tegas Prof. Tjandra.

Kelima, sudah ada negara yang melaporkan kenaikan jumlah kasus berat, yang dirawat di rumah sakit.

"Walaupun secara umum BA.5 dan BA.4 dianggap lebih ringan, masyarakat yang akhirnya masuk RS harus terjamin perawatannya," tutur Prof. Tjandra.

"Kita juga belum sepenuhnya tahu, tentang ada tidaknya dampak jangka panjang pada ribuan orang, yang di bulan Juni ini sudah tertular Covid-19," pungkasnya. ■

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.