Dark/Light Mode

Relawan Satukan Komando Di Istana

Jokowi 5 X Sebut Ojo Kesusu Soal Nama Capres

Minggu, 31 Juli 2022 07:35 WIB
Jokowi saat bertemu dengan relawannya belum lama ini. (Foto: ist)
Jokowi saat bertemu dengan relawannya belum lama ini. (Foto: ist)

 Sebelumnya 
Apakah Jokowi akan hadir di Musra? Mustar mengakui, dalam pertemuan itu, relawan sudah memberi tahu sekaligus mengundang Jokowi untuk hadir di Musra. Namun, Jokowi belum bisa memastikan kehadirannya. Jokowi mempersilakan agenda tersebut. Namun, kata dia, Jokowi keberatan kalau dalam agenda tersebut nama capres-cawapresnya disebutkan ke publik. 

"Karena kalau Presiden hadir lalu Musyawarah Rakyat menyebutkan nama capres dan cawapres, itu sama membenturkan presiden dengan partai. Itu tidak baik,” kata Mistar, mengutip omongan Jokowi. 

Senada disampaikan Ketua Umum DPP Forum Relawan Demokrasi (Foreder) Aidil Fitri. Kata dia, Jokowi mewanti-wanti betul kepada relawan agar tidak buru-buru dalam menentukan nama calon presiden dan wakil presiden. "Arahan Pak Jokowi  'ojo kesusu' (jangan tergesa-gesa) jangan buru-buru menentukan capres-cawapres. Saya dengar langsung dan diucapkan sampai lima kali," kata Aidil, kemarin.

Aidil mengatakan, Jokowi ingin semua fokus memulihkan ekonomi. Jokowi tak mau diganggu oleh hal-hal yang dapat menjerumuskan. "Pak Jokowi memberi komando agar satu napas, satu komando dalam menentukan sikap. Soal capres, tunggu waktunya beliau akan umumkan sendiri," kata Aidil.

Ketua Umum Sekretaris Nasional Jokowi, Rambun Tjajo menyampaikan hal serupa. Kata dia, pesan Jokowi kepada relawan adalah jangan terpancing masuk politik terutama terkait pilpres. Tetap tenang dan ojo kesusu. 

Bagaimana tanggapan parpol koalisi terkait pertemuan Jokowi dan para relawan itu? Politisi senior PDIP Hendrawan Supratikno tak mempersoalkannya. Ia pun tak khawatir dengan pertemuan tersebut. 

Baca juga : Di Mata Banteng, Jokowi Serba Salah

Kata dia, saat kampanye dulu banyak relawan yang dijanjikan, jika beliau menang, sesekali akan diajak bertemu di Istana. 

"Sesekali melihat-lihat Istana dan merasakan aura Istana Bogor. Jadi janji tersebut sekarang sudah digenapi," kata Hendrawan, kepada Rakyat Merdeka, tadi malam. 

Senada disampaikan politikus senior NasDem Effendi Choirie atau akrab disapa Gus Choi. Ketua DPP NasDem ini melihat pertemuan tersebut sebagai hal yang wajar. Kata dia, diakui atau tidak, salah satu kekuatan Jokowi adalah keberadaan kelompok relawan. 

"Pak Jokowi kan bukan pimpinan partai, tidak mendirikan partai. Tidak punya partai. Punyanya ya relawan. Jadi yang bisa diatur, dikonsolidasikan, dimobilisasi ya relawan," kata Gus Choi, saat dikontak Rakyat Merdeka, tadi malam. 

Ia pun tak curiga dengan manuver relawan Jokowi. Kata dia, sudah jadi rahasia umum kekuatan politik relawan ini nantinya akan dijadikan alat untuk mendukung figur yang akan dipilih Jokowi nanti. Meski belum dipilih, publik pun sudah bisa menerka ke mana Jokowi akan melabuhkan pilihannya. 

Pertemuan ini, lanjutnya, merupakan bagian dari politik setelah Jokowi nanti lengser. Jokowi tentunya ingin pemimpin selanjutnya melanjutkan program atau kebijakannya. "Kami tidak iri. Wajar-wajar saja. Arahannya ke mana sudah jelas," kata Gus Choi. 

Baca juga : Semoga Santunan Kematian Para Nakes Segera Cair

Meski begitu, mantan politisi PKB ini berharap pada pilpres nanti, Jokowi bersikap sebagai negarawan, bukan partisan. "Hatinya boleh berpihak pada salah satu capres, tapi sikap-sikap politiknya, pergaulannya, harus mengayomi. Mari latihan berhati jembar, adil. Karena butuh banyak negarawan," ujarnya.  

Direktur Eksekutif Centre For Indonesia Strategic Actions (CISA) Herry Mendrofa menilai, pertemuan Jokowi dengan relawan ini tak lepas dari kepentingan pilpres 2024. Kata dia, Jokowi terus melakukan konsolidasi relawan agar tetap satu komando. 

Meski begitu, kata dia, Jokowi tampaknya masih hati-hati dalam menentukan sikap politik soal capres. Apalagi, posisinya saat ini masih menjabat sebagai Presiden. 

"Jokowi sepertinya sedang menghitung ulang soal pilpres. Ia begitu hati-hati dalam menentukan sikap karena posisinya sebagai Presiden yang harus netral," ujar Herry, kemarin.

Kata dia, sikap Jokowi ini tak lepas dari keputusan Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri yang menugaskan Puan Maharani untuk melakukan komunikasi politik terkait Pilpres 2024 ke seluruh partai politik. Jokowi pasti paham betul fatsun politik PDIP. 

Lebih jauh, Herry juga menyebut Jokowi memahami adanya konfigurasi politik yang dinamis menjelang tahun politik. Pesan yang disampaikan Jokowi ke relawan agar tidak terpengaruh jelang politik 2024 juga merupakan pilihan yang rasional.

Baca juga : Relawan Sapu Lidi Surabaya Raya Serukan Satu Komando Kawal Kebijakan Jokowi

"Bagi Jokowi, siapa pun presiden berikutnya bahkan dari kelompok di luar rezim saat ini, harus memiliki visi pembangunan berkelanjutan, misalnya menuntaskan proyek Ibu Kota Negara (IKN) baru," tandasnya.

Pendiri KedaiKOPI, Hendri Satrio atau Hensat mengatakan, meski secara resmi relawan Jokowi belum menyebut nama capres, publik sudah tahu ke mana arah politiknya. Sementara publik juga sudah tahu, pilihan relawan adalah pilihan Jokowi. 

Hensat berharap, Jokowi tidak terlibat jauh dalam urusan capres-cawapres. Khawatir terjadi konflik kepentingan pada penyelenggaraan pemilu yang jujur dan adil (jurdil) lantaran Jokowi statusnya masih sebagai kepala pemerintahan. 

Menurut Hensat, Jokowi tidak boleh mendukung siapapun calon presiden nanti yang dia jagokan pada Pilpres 2024. Apalagi, Presiden Jokowi sampai mengarahkan calon presiden tertentu.

“Jadi, kalau ada arahan dari presiden dan penguasa saat itu, nanti imej pemilunya jadi tidak jujur dan adil (jurdil),” tegasnya.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.