Dark/Light Mode
BREAKINGNEWS
Wacana Kenaikan Mie Instan
Relawan Puan Minta Pemerintah Maksimalkan Gandum Lokal
Kamis, 18 Agustus 2022 20:26 WIB

RM.id Rakyat Merdeka - Koordinator Nasional Barisan Puan Maharani Achmad Sazali meminta Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo fokus saja bekerja dan berani membuat terobosan-terobosan yang cepat untuk menjaga ketenangan di masyarakat.
Sebelumnya, Syahrul Yasin Limpo mengatakan dalam Webinar Direktorat Jenderal Tanaman Pangan pada Senin, 8 Agustus 2022 lalu, bahwa kemungkinan harga mie instan di pasaran naik sampai tiga kali lipat dalam waktu dekat. Karena pemicunya gandum Rusia dan Ukraina tertimbun 180 juta ton sehingga impor gandum ke Indonesia terganggu.
Berita Terkait : KPK Tetapkan 5 Tersangka Kasus Suap Pemeriksaan Laporan Keuangan Sulsel
Kemudian, pernyataan SYL, akronim Syahrul Yasin Limpo itu dibantah tegas Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan yang mengatakan, kalau negara-negara penghasil gandum seperti Australia, Kanada dan Amerika kini sudah kembali panen, sehingga Mendag memprediksi harga gandum secara global akan merangkak turun pada September 2022 mendatang.
Akibat perbedaan pernyataan kedua Menteri itu, menjadi polemik di ruang publik yang menimbulkan kegaduhan. Ironisnya, menurut Achmad Sazali polemik antar menteri ini seharusnya tidak terjadi karena pemerintah sudah menerbitkan Peraturan Presiden (Perpres) 39 Tahun 2019 tentang Satu Data Indonesia untuk dapat mengatasi perbedaan data yang selama ini kerap terjadi termasuk antar kementerian dan lembaga.
Berita Terkait : Bamsoet Dorong Pemerintah Aktif Wujudkan Perdamaian Dunia
Karena itu, Sazali berharap polemik antar-menteri ini juga menunjukkan belum maksimalnya perpres tersebut, untuk dapat menciptakan harmonisasi dan sinkronisasi data.
"Kalaupun Indonesia mengalami gangguan impor gandum, sumber-sumber bahan baku tepung pangan untuk substitusi terigu di Indonesia sebenarnya sangat banyak dan sudah dikenal masyarakat sebelum meluasnya pemakaian terigu di Indonesia. Seperti jagung, sorghum, kanjell, juwawut, sagu, sukun, singkong, dan ubi jalar," papar Sazali dalam keterangannya, Kamis (18/8).
Berita Terkait : Lawan Barito, PSS Sleman Incar Kemenangan Kandang
Karena itu, menurut Sazali, diperlukan kebijakan yang konsisten dan berjangka panjang untuk pengembangan bahan baku tepung subtitusi terigu dan dukungan terpadu antar-kementerian dan lembaga, penyediaan teknologi dan dukungan masyarakat.
"Agar tidak seperti komoditas sorgum, walaupun secara teknis mempunyai sifat tepung yang baik untuk substitusi terigu. Tetapi kenyataannya tidak dapat berkembang walaupun sudah diprogramkan sejak tahun 1970-an. Kebijakan pemerintah menentukan bagaimana program dan layanan yang mempengaruhi kehidupan sehari-hari masyarakat," tutup dia. ■
Tags :
Berita Lainnya