Dark/Light Mode
BREAKINGNEWS
Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU
Bicara Krisis Ekonomi Global
Jokowi: Tahun Ini Sulit, Tahun Depan Gelap
Jumat, 30 September 2022 07:30 WIB
RM.id Rakyat Merdeka - Presiden Jokowi menyampaikan kabar yang kurang enak soal perekonomian dunia. Kata dia, krisis ekonomi global yang saat ini sedang terjadi, belum ada tanda-tanda akan pulih lebih cepat. Bahkan bisa lebih buruk lagi. “Tahun ini sulit, tahun depan lebih gelap”.
Pernyataan Jokowi itu disampaikan saat berpidato di acara United Overseas Bank (UOB) Economic Outlook 2023, yang digelar di Hotel Indonesia Kempinski, Jakarta, kemarin. Acara ini mengangkat tema “Emerging Stronger in Unity and Sustainability”.
Dalam pidatonya itu, Jokowi mengungkapkan kondisi ekonomi global yang sedang tidak baik-baik saja. Sejumlah lembaga dan ekonom dunia memprediksi, banyak negara akan kembali masuk jurang resesi tahun depan.
Baca juga : Krisis Energi, Gedung Wakil Rakyat Yunani Gelap Gulita
Mantan Gubernur DKI Jakarta ini mengatakan, perang Rusia-Ukraina masih berlangsung dan tak seorang pun tahu kapan akan berakhir. Dalam situasi seperti ini, kata dia, maka yang dibutuhkan adalah endurance atau daya tahan (ekonomi) yang panjang.
Untuk itu, Kepala Negara mewanti-wanti Menteri Keuangan, Sri Mulyani agar berhati-hati mengelola APBN. Hati-hati saat membelanjakan uang. Ia minta, APBN digunakan untuk hal yang produktif dan memberikan imbal hasil yang jelas.
“Karena kita tahu sekali lagi, hampir semua negara tumbuh melemah, terkontraksi ekonominya,” kata Jokowi.
Baca juga : Billy Mambrasar: Komitmen Jokowi Bangun Papua Sangat Kuat
Menurut Jokowi, banyak negara saat ini kesulitan lantaran menghadapi inflasi. Harga pangan dan jasa melambung, begitu juga dengan krisis energi. Indonesia, kata dia, masih lumayan. Inflasi masih cukup terkendali di angka 4,6 persen. Masih lebih baik dibandingkan negara-negara lain.
Keberhasilan mengendalikan inflasi ini tak lepas dari keharmonisan hubungan antara otoritas pemegang fiskal (Menteri Keuangan) dan bank sentral (Bank Indonesia) yang berjalan beriringan, rukun, dan sinkron. Sehingga APBN dibikin konsolidatif dan menyehatkan. Di negara lain, otoritas fiskal dan bank sentral membuat kebijakan bertolak belakang.
Tak hanya itu, berbagai indikator lain membuat Jokowi tersenyum. Ia yakin pemulihan ekonomi relatif masih cukup kuat. Hal itu terlihat dari meningkatnya penerimaan negara, tumbuhnya pendapatan pajak, angka optimisme konsumen, hingga indeks manufaktur yang menunjukkan angka menggembirakan.
Selanjutnya
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tags :
Berita Lainnya