Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Bicara Krisis Ekonomi Global

Jokowi: Tahun Ini Sulit, Tahun Depan Gelap

Jumat, 30 September 2022 07:30 WIB
Presiden Joko Widodo menyampaikan arahan kepada seluruh menteri, kepala lembaga, kepala daerah, pimpinan BUMN, Pangdam, Kapolda dan Kajati di Jakarta, Kamis (29/9/2022). Presiden menyampaikan seluruh elemen harus saling bekerjasama dalam menghadapi ancaman inflasi, kondisi ekonomi global yang tidak menentu, serta untuk menurunkan angka kemiskinan ekstrim. (ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay/YU).
Presiden Joko Widodo menyampaikan arahan kepada seluruh menteri, kepala lembaga, kepala daerah, pimpinan BUMN, Pangdam, Kapolda dan Kajati di Jakarta, Kamis (29/9/2022). Presiden menyampaikan seluruh elemen harus saling bekerjasama dalam menghadapi ancaman inflasi, kondisi ekonomi global yang tidak menentu, serta untuk menurunkan angka kemiskinan ekstrim. (ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay/YU).

RM.id  Rakyat Merdeka - Presiden Jokowi menyampaikan kabar yang kurang enak soal perekonomian dunia. Kata dia, krisis ekonomi global yang saat ini sedang terjadi, belum ada tanda-tanda akan pulih lebih cepat. Bahkan bisa lebih buruk lagi. “Tahun ini sulit, tahun depan lebih gelap”.

Pernyataan Jokowi itu disampaikan saat berpidato di acara United Overseas Bank (UOB) Economic Outlook 2023, yang digelar di Hotel Indonesia Kempinski, Jakarta, kemarin. Acara ini mengangkat tema “Emerging Stronger in Unity and Sustainability”.

Dalam pidatonya itu, Jokowi mengungkapkan kondisi ekonomi global yang sedang tidak baik-baik saja. Sejumlah lembaga dan ekonom dunia memprediksi, banyak negara akan kembali masuk jurang resesi tahun depan.

Baca juga : Krisis Energi, Gedung Wakil Rakyat Yunani Gelap Gulita

Mantan Gubernur DKI Jakarta ini mengatakan, perang Rusia-Ukraina masih berlangsung dan tak seorang pun tahu kapan akan berakhir. Dalam situasi seperti ini, kata dia, maka yang dibutuhkan adalah endurance atau daya tahan (ekonomi) yang panjang.

Untuk itu, Kepala Negara mewanti-wanti Menteri Keuangan, Sri Mulyani agar berhati-hati mengelola APBN. Hati-hati saat membelanjakan uang. Ia minta, APBN digunakan untuk hal yang produktif dan memberikan imbal hasil yang jelas.

“Karena kita tahu sekali lagi, hampir semua negara tumbuh melemah, terkontraksi ekonominya,” kata Jokowi.

Baca juga : Billy Mambrasar: Komitmen Jokowi Bangun Papua Sangat Kuat

Menurut Jokowi, banyak negara saat ini kesulitan lantaran menghadapi inflasi. Harga pangan dan jasa melambung, begitu juga dengan krisis energi. Indonesia, kata dia, masih lumayan. Inflasi masih cukup terkendali di angka 4,6 persen. Masih lebih baik dibandingkan negara-negara lain.

Keberhasilan mengendalikan inflasi ini tak lepas dari keharmonisan hubungan antara otoritas pemegang fiskal (Menteri Keuangan) dan bank sentral (Bank Indonesia) yang berjalan beriringan, rukun, dan sinkron. Sehingga APBN dibikin konsolidatif dan menyehatkan. Di negara lain, otoritas fiskal dan bank sentral membuat kebijakan bertolak belakang.

Tak hanya itu, berbagai indikator lain membuat Jokowi tersenyum. Ia yakin pemulihan ekonomi relatif masih cukup kuat. Hal itu terlihat dari meningkatnya penerimaan negara, tumbuhnya pendapatan pajak, angka optimisme konsumen, hingga indeks manufaktur yang menunjukkan angka menggembirakan.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.