Dark/Light Mode

Cerita Pilu Korban Bom Bali 1, Usus Terurai, Dioperasi Tanpa Bius

Kamis, 13 Oktober 2022 23:20 WIB
Korban Bom Bali 1 Tumini. (Foto: Tangkapan layar)
Korban Bom Bali 1 Tumini. (Foto: Tangkapan layar)

RM.id  Rakyat Merdeka - Bom Bali 1 sudah berlalu selama 20 tahun. Namun, rasa trauma masih belum sepenuhnya hilang di benak sebagian korban. Seperti yang dialami Tumini, ibu tiga anak yang menjadi salah satu korban peristiwa berdarah yang terjadi pada 12 Oktober 2002 itu.

Melalui kisahnya yang dibagikan di kanal YouTube BNPT TV, Tumini menceritakan detik-detik peristiwa bom yang disebut-sebut paling mengerikan di Indonesia. Saat itu, dia bekerja sebagai bartender Paddy's Pub, titik utama lokasi bom seberat 1 kilogram itu meledak.

Tumini ingat, bom tersebut bereaksi pukul 23.05 Wita. Akibatnya, ia mengalami luka bakar 45 persen, usus terburai, dan di beberapa bagian tubuhnya masih tersimpan serpihan proyektil bom berjenis TNT itu.

Nahasnya lagi, hingga saat ini masih ada serpihan di payudara Tumini sebelah kanan. Dokter menganjurkan untuk dioperasi, tapi ia menolaknya. "Dia tidak mengganggu dengan saya, jadi saya biarin sampai sekarang," kata Tumini dalam pertemuan para penyintas Bom Bali 1 secara virtual.

Baca juga : Peringati Bom Bali, Mendagri Akui Tak Bisa Bekerja Sendiri Atasi Terorisme

Tumini mengenang, pada malam kejadian, dia sempat dilarang suaminya untuk masuk kerja. Namun, dia tetap memutuskan bekerja lantaran biasanya pada akhir pekan, Paddy's Pub Kuta ramai dikunjungi wisatawan.

Saat sedang meracik minuman untuk para pelanggan, tiba-tiba bom bunuh diri meledak di tengah para pengunjung pub. Ledakan itu membuat Tumini bersama para korban berlari berhamburan keluar Paddy's Pub untuk menyelamatkan diri. Tumini berlari dalam kondisi tubuh masih terbakar api.

Api baru padam ketika dia menceburkan diri ke dalam kolam renang yang terletak di belakang Paddy's Pub. Setelah dirasa api di tubuhnya padam, Tumini masuk ke hotel. "Ada hotel masuklah saya ke situ, akhirnya padam api tapi bukannya tambah dingin, cuman apinya yang padam tapi badan tambah panas rasanya," ceritanya.

Tumini mengungkapkan, saat itu dia ditolong seorang warga negara asing (WNA) yang menemukannya dalam kondisi meringis kesakitan karena luka bakar, dan usus terburai. WNA itu kemudian memanggil ambulans agar Tumini segera dievakuasi ke RSUP Sanglah Denpasar, yang sekarang menjadi RSUP Prof Ngoerah.

Baca juga : Taylor Swift, Terinspirasi Tunangan

Saking gawatnya keadaan, dia tidak langsung mendapat perawatan dari para petugas medis. Melainkan terlebih dulu ditempatkan di lapangan. Butuh waktu enam jam sebelum akhirnya dia dirawat intensif. Itu pun setelah suaminya datang dan mendesak para petugas medis untuk segera menanganinya.

Ketika sudah dirawat, dia juga tidak disuntik obat bius untuk mengurangi rasa sakit saat dioperasi pengangkatan kulit yang terbakar. Kata Tumini, kondisi itu membuat suaminya sempat emosional dan marah ke dokter di rumah sakit.

"Akhirnya dokternya jawab, ‘Pak jangan emosi karena banyak korban. Pak silakan Pak bawa’. Akhirnya saya dibawa pakan dipan, dirawat tanpa dikasih bius sama dokter langsung kayak orang potong ayam, digunting-gunting. Saya teriak 'Dok jangan semua karena saya nggak kuat', tapi dokter bilang kalau nggak bisa selesai sekarang besok infeksi susah sembuhnya," tutur Tumini.

Dengan penuh semangat, dia yakinkan dirinya untuk tetap hidup sangat besar. Karena dia mengingat dua anaknya masih kecil. Dia tidak ingin kedua anaknya tumbuh besar tanpa adanya seorang ibu.

Baca juga : Gelar Pasar Rakyat & Bazaar UMKM, Pupuk Kaltim Diapresiasi Banyak Pihak

"Akhirnya mau nggak mau saya harus kuat nggak usah lawan penyakit itu, karena saya mengingat anak-anak saya masih kecil. Alhamdulillah saya sedikit demi sedikit kondisinya membaik dengan luka bakar 45 persen," ujarnya, sembari melanjutkan ceritanya bahwa sekarang dia telah memiliki tiga anak.

Tumini rencananya melakukan operasi pemotongan usus yang membusuk pada Oktober 2022 ini. Biaya operasi medis ditanggung Pemerintah.

"Nah sudah sekian lama 20 tahun, sekarang akhirnya dia (usus) bermasalah membusuk di dalam akhirnya mau dipotong 1 sentimeter. Saya sudah berkomunikasi dengan LPSK (Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban) bahwa saya mau saya operasi dan alhamdulillah disetujui karena itu sakit dari ledakan," tutup dia.■

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.