Dark/Light Mode

SKI Minta Seluruh Elemen Kompak Hadapi Krisis

Minggu, 16 Oktober 2022 16:15 WIB
Sekjen SKI Raharja Waluya Jati. (Foto: Istimewa)
Sekjen SKI Raharja Waluya Jati. (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Penangkapan Kapolda Jawa Timur Teddy Minahasa atas dugaan menjual sebagian barang bukti sitaan kasus narkoba telah membuat banyak orang tercenung dan prihatin. 

Publik seolah disuguhi dengan rangkaian peristiwa kelam yang tiada henti. Sebab, sebelumnya, terjadi pula kasus pembunuhan polisi yang menyerat nama eks Kadiv Propam Polri Ferdy Sambo. 

Juga, peristiwa Tragedi Kanjuruhan yang menempatkan aparat keamanan dalam sorotan tajam karena penggunaan gas air mata saat mengamankan pertandingan sepakbola diduga menjadi penyebab meninggalnya ratusan supporter Arema. 

Menanggapi rentenan kejadian kelam itu, Sekretariat Kolaborasi Indonesia (SKI) menghimbau kepada semua pihak untuk tidak sibuk mencari kambing hitam atau saling menyalahkan antar sesama anak bangsa. 

Baca juga : Menpora Gelar FGD Dengan Kelompok Suporter

Meskipun, penyelesaian hukum atas kasus-kasus tersebut tetap perlu dilakukan sesegera mungkin sesuai dengan aturan yang berlaku. 

"Ada baiknya rangkaian peristiwa kelam tersebut menjadi batu pijak bagi bangsa untuk melakukan refleksi yang dalam, sedalam-dalamnya," ujar Sekjen SKI Raharja Waluya Jati, Sabtu (15/10) dalam keterangan tertulisnya.

Menurut Jati, rangkaian peristiwa kelam yang melibatkan nama-nama besar dari lembaga-lembaga penting itu melampaui dimensi hukum, ekonomi dan politik. Bahkan, sangat mungkin, jantung persoalannya justru terletak pada dimensi kebudayaan. 

"Sudah saatnya kita sebagai bangsa melihat kembali pilihan strategi kebudayaan. Sebab, seluruh tata hidup yang kita bentuk dan kita jalankan mencerminkan kebudayaan bangsa," lanjutnya.

Baca juga : Menkeu: Forum G20 Jadi Navigasi Hadapi Krisis

SKI sebagai organisasi masyarakat, kata Jati, memaknai rangkaian peristiwa kelam tersebut sebagai peringatan dari Tuhan Yang Maha Kuasa, agar bangsa mawas diri.

Jati menjelaskan, mawas diri berarti memeriksa dengan seksama segala perilaku atau tindak tanduk bangsa. Ujung dari tindakan mawas diri adalah merumuskan kembali eksistensi manusia Indonesia.
 
"Sikap mawas diri, selalu menjaga nilai-nilai kepatutan serta keteladanan perilaku, merupakan sikap dan tindakan yang dibutuhkan bangsa ke depan," tuturnya.

SKI, ungkap Jati, berharap agar kejadian yang menimpa nama-nama besar pemimpin institusi itu tak terulang lagi di masa mendatang. Pelajaran yang dapat dipetik dari rangkaian peristiwa kelam tersebut juga diharapkan berguna untuk menata hidup bersama sebagai bangsa. 

"Jika merujuk pada tradisi, setelah terjadinya momen-momen kelam tersebut, bangsa Indonesia mungkin perlu 'meruwat' dirinya," ucap Jati.

Baca juga : Jangan Terlena, Waspada Krisis

'Ruwatan' yang diusulkan itu menjadi semacam prosesi untuk membuang memori buruk secara kolektif agar bangsa Indonesia bisa lebih fokus menghadapi berbagai tantangan di masa depan. Terlebih lagi, tahun 2023 diprediksi bakal menjadi tahun yang sulit karena dunia sedang memasuki masa resesi.

"Dalam menghadapi situasi krisis yang berat, kita harus mampu menyelesaikan persoalan masa lalu. Km," pungkasnya.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.