Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Prof. Tjandra Ingatkan, Perokok Berisiko 2,17 Kali Kena Pneumonia Komunitas

Minggu, 13 November 2022 19:09 WIB
Prof. Tjandra Yoga Aditama (Foto: Khairizal Anwar/RM)
Prof. Tjandra Yoga Aditama (Foto: Khairizal Anwar/RM)

RM.id  Rakyat Merdeka - Mantan Direktur WHO Asia Tenggara, Prof. Tjandra Yoga Aditama mengingatkan, tanggal 12 November kemarin, bukan hanya merupakan Hari Kesehatan Nasional untuk Indonesia. Tetapi juga Hari Pneumonia Sedunia, World Pneumonia Day.

"Masyarakat kini banyak mengenal pneumonia karena Covid-19. Tapi sebenarnya, pneumonia merupakan suatu peradangan akut parenkim paru, yang dapat disebabkan oleh berbagai jenis bakteri, virus, jamur dan juga parasit," kata Prof. Tjandra, dalam keterangannya, Minggu (13/11).

Ketua Majelis Kehormatan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) ini menjelaskan, pada umumnya, penyakit ini dibagi menjadi dua kelompok besar.

Yakni, pneumonia komunitas (community-acquired pneumonia/CAP), dan pneumonia didapat di rumah sakit (hospital-acquired pneumonia/HAP).

Selain itu, juga ada juga yang menambahkan kelompok pneumonia terkait ventilator (ventilator-associated pneumonia).

Baca juga : PNM-PIP Tandatangani Akad Perjanjian Pembiayaan UMi

"Secara global, pneumonia merupakan penyebab kematian dan kesakitan utama. Selain menyebabkan beban kesehatan yang besar, pneumonia juga menimbulkan beban ekonomi yang signifikan, dari biaya rawat inap dan pengobatan yang diperlukan," papar Prof. Tjandra. 

Kejadian pneumonia, cenderung lebih banyak ditemukan pada kelompok usia 55 tahun ke atas.

Informasi dari Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) menunjukkan, saat ini terjadi perubahan dominasih penyebab pneumonia komunitas.

Semula, 90-95 persen kasus dipicu S. pneumoniae (pneumokokus). Namun, dalam beberapa studi terbaru di Amerika Serikat (AS), angka ini menciut jadi 5-15 persen. Seiring meningkatnya penggunaan antibiotik dan vaksinasi pneumokokus.

Sementara data studi di Eropa menunjukkan, angka tersebut menyusut hingga 20-25 persen.

Baca juga : Prof. Tjandra Bagikan 6 Tips Usir Stroke, Salah Satunya Kelola Stres

Penyebab terbanyak pneumonia komunitas lainnya adalah Haemophilus influenzae (7 persen), Staphylococcus aureus (4 persen), Klebsiella pneumoniae (6 persen), Bakteri Gram Negatif lain (4 persen), Mycoplasma pneumoniae (8 persen), Chlamydophila pneumoniae (7 persen), Legionella spp. (3 persen), dan virus (10 persen).

Untuk pneumonia di rumah sakit, pada tahun 2020-2021 berdasarkan data dari delapan rumah sakit besar di Indonesia, telah terjadi pergeseran pola resistensi kuman.

Pola ini terdapat pada sampel sputum, dari bakteri gram positif menjadi bakteri gram negatif. Seperti Pseudomonas aeruginosa, Acinetobacter baumannii, dan bakteri enterik gram negatif.

Salah satu aspek penting pencegahan pneumonia adalah dengan vaksinasi. Terutama, pada kelompok rentan seperti lansia dan orang dengan komorbid.

"Beberapa vaksin untuk mencegah penyakit infeksi saluran pernapasan dan paru di antaranya adalah vaksin influenza, vaksin pneumokokus, dan vaksin Covid-19," jelas Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI/Guru Besar FKUI ini.

Baca juga : Sandiaga Optimalkan Platform Digital Demi Kenaikan Ekonomi UMKM

Merokok juga merupakan salah satu faktor risiko terjadinya pneumonia.

Perokok memiliki risiko 2,17 kali lebih tinggi untuk mengalami pneumonia komunitas, dibanding populasi tidak merokok.

Individu usia ≥ 65 tahun dan perokok memiliki risiko infeksi pneumonia komunitas 64 persen, dibanding populasi umum.

"Semua pihak perlu memberi perhatian penting, agar pneumonia dapat kita kendalikan dengan lebih baik," pungkas mantan Dirjen Pengendalian dan Pencegahan Penyakit serta mantan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) ini. ■

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.