Dark/Light Mode

Gaungkan Rekonsiliasi, Para Profesor Gelar Diskusi Di UGM

Selasa, 15 November 2022 07:09 WIB
Forum 2045, organisasi guru besar dan akademia se-Indonesia, menyelenggarakan diskusi Common Project Rekonsiliasi dan Reintegrasi Nasional. (Foto: Ist)
Forum 2045, organisasi guru besar dan akademia se-Indonesia, menyelenggarakan diskusi Common Project Rekonsiliasi dan Reintegrasi Nasional. (Foto: Ist)

RM.id  Rakyat Merdeka - Banyak kalangan prihatin bahwa pergelaran Pilpres 2014 dan 2019 masih menyisakan residu politik yang membelah masyarakat secara tajam. 

Bergabungnya Prabowo Subianto dalam Pemerintahan Jokowi-Maruf Amin, ternyata tidak serta merta menyatukan publik luas dalam kerja sama yang produktif. Fakta itu mengindikasikan belum adanya upaya serius dari berbagai kalangan untuk merajut persatuan bangsa yang terkoyak oleh perkubuan politik.

Baca juga : Pekan Depan, Pendekar Cisadane Gelar 2 Kali Uji Coba

Atas dasar keprihatinan semacam itu, Forum 2045, organisasi guru besar dan akademia se-Indonesia, menyelenggarakan diskusi ’Common Project Rekonsiliasi dan Reintegrasi Nasional’. 

Diskusi yang dilangsungkan di UC Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Selasa (15/11) itu dikemas dalam bentuk Focus Group Discussion (FGD) dengan menghadirkan pakar neurosains dr. Roslan Yusni Hasan, Sosiolog Robertus Robet, Pakar politik Airlangga Pribadi Kusman, praktisi telematika MS. Manggalany, serta pakar komunikasi massa Wahyu Riawanti.

Baca juga : Tekan Inflasi, Kemendagri Minta Daerah Percepat Realisasi APBD

”Tema rekonsiliasi dan reintegrasi penting untuk digaungkan dalam upaya menjaga eksistensi negara-bangsa yang kita cintai dari potensi perpecahan, pengkerdilan budaya dan involusi kebangsaan,” ujar Ketua Forum 2045, Dr. Untoro Hariadi, dalam keterangan tertulisnya (14/11).

Menurut Untoro, ajakan rekonsiliasi dan reintegrasi bangsa sangat relevan mengingat kehidupan politik Indonesia secara umum masih belum beranjak dari kebanalan dan pragmatisme. Ajakan tersebut juga bermanfaat sebagai antisipasi menjelang Pemilu dan Pilpres 2024 mendatang. Terlebih lagi, wacana mengenai politik identitas yang merusak kembali marak belakangan ini. 

Baca juga : Wow, Lukisan Sampah Plastik Karya Peserta Lapak Ganjar, Mejeng Di G20 Bali

“Literasi yang rendah dan daya kritis yang tumpul di tingkat akar rumputnya dapat disulut menjadi kayu bakar konflik, dengan api yang bernama populisme. Dalam situasi semacam itu, isu politik identitas dapat dimainkan untuk kepentingan kekuasaan, tanpa memperhitungkan dampaknya bagi bangunan kebangsaan kita,” lanjut dosen Universitas Janabadra Yogyakarta itu.

 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.