Dark/Light Mode

Jadi Salah Satu Agenda Utama G20

Prof Tjandra Beberkan 3 Alasan Perlunya Penguatan Arsitektur Kesehatan Global

Kamis, 17 November 2022 12:02 WIB
Prof Tjandra Yoga Aditama. (Foto: dok pribadi)
Prof Tjandra Yoga Aditama. (Foto: dok pribadi)

RM.id  Rakyat Merdeka - Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Bali yang ditutup pada Rabu (16/11), mengusung tiga agenda utama. Salah satunya, penguatan arsitektur kesehatan global.

Guru Besar Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Indonesia (FKUI) Prof Tjandra Yoga Aditama memaparkan tiga alasan perlunya perbaikan menyeluruh dalam arsitektur kesehatan dunia ini.

"Pertama, dunia tidak siap menghadapi pandemi," ujar Prof Tjandra, lewat pesan singkat, Rabu (16/11).

Diterangkannya, sekitar 10 tahun lalu, tahun 2010, dunia mengalami pandemi H1N1. Kemudian, tahun 2011, tim review yang terdiri dari 20-an pakar dunia, salah satunya Prof Tjandra menyampaikan bahwa “the world is ill prepared”, atau siap menghadapi pandemi tersebut.

Baca juga : Menkeu Dan Menkes G20 Kukuhkan Komitmen Penguatan Arsitektur Kesehatan Global

Namun, 10 tahun kemudian, ketika dunia mengalami pandemi Covid-19, tim review "The Independent Panel for Pandemic Preparedness and Response" sampai pada kesimpulan bahwa dunia "was not prepared" alias tidak siap menghadapi pandemi Covid-19.

"Jadi, pada 2010 dunia “ill prepared” dan 10 tahun kemudian di tahun 2020 kembali dunia “was not prepared”. Artinya, kalau tidak ada perbaikan di arsitektur kesehatan global maka pada 2030 atau di waktu lainnya ketika pandemi datang maka tetap saja dunia tidak akan siap, dan entah istilah gangguan ke tidak-prepared-an apa lagi yang akan digunakan," beber mantan Direktur World Health Organization (WHO) Asia Tenggara ini.

Berikutnya, alasan kedua arsitektur kesehatan harus berubah, adalah karena pandemi Covid-19. Dijelaskan Prof Tjandra, kejadian yang tadinya hanya terjadi di Wuhan, China, ternyata tidak dapat dibendung dan melanda semua negara di dunia. Berbagai negara, mengalami kurangnya alat kesehatan.

"Kita ingat, ketika oksigen tidak ada, ventilator semua terpakai, dan lain-lain, dan ini terjadi di banyak negara tanpa ada mekanisme yang cepat untuk menanganinya," tutur Prof Tjandra.

Baca juga : Guru Besar UIN Jakarta Ungkap 3 Strategi Penguatan Arsitektur Kesehatan Global

Kemudian, ketika vaksin Covid-19 mulai tersedia, tampak adanya ketidakadilan dan ketidaksetaraan pembagiannya.

"Akhirnya timbul masalah diskriminasi dan politisasi vaksin yang jelas merugikan kemanusiaan," urai Mantan Dirjen P2P & Ka Balitbangkes Kementerian Kesehatan (Kemenkes) ini. 

Hal ini kemudian diperparah dengan berbagai varian dan sub varian Covid-19 terus bermunculan, dan ternyata dengan cepat menyebar juga ke berbagai negara. "Termasuk ke negara kita," imbuhnya.

Sementara alasan ketiga, adalah ancaman di waktu mendatang, baik dalam bentuk wabah besar maupun pandemi.

Baca juga : Ini Suara Anak Empat Benua Untuk G20, Prioritaskan Aksi Nyata Krisis Iklim & Kemiskinan

Prof Tjandra menyebut, setidaknya ada tiga penyakit yang kemungkinan akan jadi cikal bakal pandemi mendatang. Ketiganya yakni influenza, zoonosis, dan disease X.

"Semoga KTT pimpinan negara G20 kali ini punya peran besar untuk membuat dunia makin sehat," tandas Prof Tjandra, yang baru kembali dari Tanjung Benoa, Bali, usai menghadiri KTT G20. ■

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.