Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Kalau Ketangkap Dianggap Cuma Apes

Koruptor Dihukum Berat Dong

Senin, 21 November 2022 06:40 WIB
Ilustrasi Korupsi. (Foto: Istimewa).
Ilustrasi Korupsi. (Foto: Istimewa).

RM.id  Rakyat Merdeka - Korupsi di Indonesia sudah sangat mengkhawatirkan. Mirisnya, tak sedikit koruptor yang tertangkap dianggap sedang sial atau apes saja.

Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Johanis Tanak khawatir, perilaku korupsi sudah mulai menjadi budaya oleh penduduk Indonesia. Termasuk oleh pelaku dunia usaha.

“Sehingga banyak pelaku tindak pidana korupsi yang tertangkap oleh KPK hanya dianggap sedang sial atau apes,” ungkapnya.

Johanis menyebut, anggapan semacam ini seharusnya tidak terjadi. Kata dia, KPK memberikan perhatian khusus terhadap gejala tersebut. Apalagi, praktik korupsi merugikan masyarakat secara keseluruhan.

Baca juga : Tewas Setelah Menari Di Atas Truk Berjalan

“KPK juga ingin membudidayakan perilaku anti korupsi. Salah satunya melalui bimbingan teknis antikorupsi bagi BUMN, BUMD (Badan Usaha Milik Negara/Daerah) maupun pihak swasta,” tegasnya.

Lebih lanjut, Johanis mengatakan, KPK kini punya strategi lain dalam memberantas korupsi. Selain menindak, KPK berupaya melakukan pencegahan dan pendidikan di tengah masyarakat.

Harapannya, masyarakat ke depan tak akan mau lagi melakukan korupsi. Namun demikian, ketiga strategi tersebut tidak akan berjalan efektif dan berdaya guna jika tidak ada peran serta masyarakat.

Ketua KPK Firli Bahuri mengatakan, kasus korupsi di Indonesia sudah sangat mengkhawatirkan dan layaknya fenomena gunung es. Kata dia, tindak pidana korupsi yang berhasil dibongkar baru 20 persen saja.

Baca juga : Fakta Tentang Ibu Negara Korsel Kim Keon Hee

“80 persen potensi perilaku korup lainnya tidak tampak atau belum diketahui. Kebanyakan yang tidak tampak ini jenis korupsi kecil atau petty corruption, dan berupa perilaku koruptif,” jelasnya.

Firli menegaskan, korupsi telah mengamputasi keadilan dan rasa adil bagi rakyat. Sehingga, kejahatan kemanusiaan yang telah berurat akar di Republik ini, harus segera ditangani tepat, cepat, cermat, terukur, dan efisien. “Dan melibatkan seluruh eksponen-elemen bangsa,” ujarnya.

Netizen mendesak KPK menghukum koruptor dengan hukuman berat. Sehingga, tidak ada yang menganggap koruptor yang tertangkap hanya sedang apes saja.

Akun @ReflyHZ menilai, banyaknya koruptor yang merasa dirinya sedang apes ketika tertangkap karena pemberantasan korupsi, tidak menyeluruh. Kata dia, kapan ada kepemimpinan (one command) untuk melawan korupsi secara habis-habisan di segala lini.

Baca juga : Polda Kaltara Tetapkan 2 Tersangka Kasus Korupsi Konstruksi Arena Pelangi Intimung

“Betul Bung Refly. OTT (Operasi Tangkap Tangan) oleh KPK atau aparat yang berwenang lainnya tidak membuat jera para pengemplang uang negara. Mereka beranggapan yang terkena OTT karena apes, sial, sudah nasib. Jadi tak banyak menimbulkan resonansi ketakutan,” timpal @azkarbadri51.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.