Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Bantu Korban Gempa Cianjur, KMI Kerahkan Tim Psikososial

Selasa, 20 Desember 2022 01:24 WIB
Ketua KMI, Hena Rustiana. (Foto: Ist)
Ketua KMI, Hena Rustiana. (Foto: Ist)

RM.id  Rakyat Merdeka - Kesehatan Mental Indonesia (KMI) mengerahkan seluruh tim psikolognya untuk memberikan penanganan dan dukungan psikologi bagi para korban gempa Cianjur.

Dalam agenda tersebut, KMI juga berperan memberikan pelatihan untuk para relawan lokal, tentang bagaimana penanganan yang tepat dalam dukungan psikososial.

Selain itu, KMI juga bekerja sama dengan beberapa pihak, di antaranya dengan IKALUIN Pusat, Kampung Al-Quran, Seknas SPAB Kemendikbudristek, dan Disdikpora Cianjur.

Baca juga : KPK Tahan Hakim Yustisial Edy Wibowo

Ketua KMI, Hena Rustiana mengatakan, KMI merupakan lembaga yang fokus dalam edukasi kesehatan mental. Di mana, kesehatan mental bukan hanya terliterasi dalam masyarakat, tapi juga terinklusi dalam kehidupan sehari-hari.

“Kami melakukan dukungan psikologi awal, istilahnya Psychological First Aid (PFA), semacam P3K-nya psikologi. Karena selain P3K fisik, penyintas atau survivor itu kan butuh psikisnya kita bantu, supaya bangkit lagi, tidak shock, dan stres secara berkelanjutan. Jadi ini memang penting sekali,” ujar Hena, Senin (19/12)

Layanan dukungan psikososial (LDP) ini, tidak hanya dilakukan kepada anak-anak saja, tapi juga kepada orang dewasa yang tentunya protokol intervensi yang dilakukan pun berbeda.

Baca juga : Kemenag Ingatkan Pentingnya Kurikulum Mitigasi Bencana

“Kalau ke anak-anak kan tadi lebih banyak bermain dan tertawa, nah untuk orang dewasa ada juga relaksasi untuk mereka menenangkan diri. Karena tujuan PFA, yaitu untuk memisahkan emosi saat ini dengan emosi pada saat kejadian, jangan sampai kejadiannya sudah berlalu tapi emosinya masih muncul sama besarnya seperti emosi pada saat kejadian,” terangnya.

Menurut Hena, jika hal tersebut terjadi, maka akan mengganggu kesehatan mental dan itu berbahaya jika tidak segera ditangani dengan tepat. “Karena seseorang yang terdampak situasi krisis atau kejadian bencana awalnya mereka belum trauma, tapi kita katakan baru stres atau shock. Nah setelah itu kalau satu sampai dua bulan tidak ada penanganan yang tepat, maka akan berlanjut pada depresi,” bebernya.

Hena menambahkan, jika sampai 4 atau 6 bulan pasca-bencana gejala stresnya masih ada. Baik ke fisik, pikiran, emosional, spiritual, kemudian ke perilaku itu masih muncul, maka sudah masuk pada tahap Post Traumatic Stress Disorder (PTDS) atau gangguan stres pasca-trauma.

Baca juga : Mitratel Serahkan Bantuan Untuk Korban Gempa Cianjur

“Pada akhirnya saya ingin sampaikan, istilah trauma healing untuk saat kondisi darurat bencana saat ini belum tepat. Karena orang-orang baru trauma nanti setelah 6 bulan dari situasi bencana, dan itu pun jika gejala stres yang muncul masih kuat,” pungkasnya.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.