Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Sinyal Reshuffle Menguat 

Saatnya Bersihkan Duri Dalam Kabinet

Sabtu, 24 Desember 2022 07:05 WIB
Presiden Jokowi makan siang bersama para ketua umum partai koalisi. (Foto: Ist)
Presiden Jokowi makan siang bersama para ketua umum partai koalisi. (Foto: Ist)

RM.id  Rakyat Merdeka - Sinyal bakal ada reshuffle atau perombakan kabinet semakin menguat. Ini ditandai dengan pernyataan Presiden Jokowi yang sudah 2 kali ngomongin soal reshuffle. Ditambah lagi, dukungan politik dari parpol koalisi pemerintah juga keinginan rakyat yang menghendaki adanya reshuffle kabinet. Pak Jokowi, ayo saatnya bersihkan duri dari dalam kabinet. 

Pernyataan soal reshuffle ini disampaikan Jokowi saat menjawab pertanyaan awak media di sela meresmikam bendungan di Ciawi, Bogor, kemarin. Saat itu, Jokowi diminta menanggapi hasil survei Charta Politika yang menyebut mayoritas responden menginginkan ada reshuffle kabinet. 

Apakah akan ada reshuffle dalam waktu dekat Pak Jokowi? "Mungkin," kata Jokowi singkat. Kapan? Mantan Wali Kota Solo itu masih berahasia. "Ya nanti," ucapnya. 

Sebenarnya, isu reshuffle kabinet ini sudah berlangsung beberapa bulan terakhir. Tepatnya, usai Partai NasDem, salah satu anggota koalisi pendukung pemerintah melakukan deklarasi mengusung Anies Baswedan sebagai capres, awal Oktober lalu. 

Keputusan NasDem itu membuat koalisi pemerintah mulai bergejolak. Apalagi, calon mitra koalisi NasDem untuk mengusung Anies adalah Demokrat-PKS, dua parpol yang selama ini berada di luar pemerintahan. Sementara Anies sebagai capres yang diusung selama ini dipersepsikan sebagai idolanya kalangan oposisi. 

Salah satu yang paling kencang mengkritik NasDem mendorong adanya reshuffle kabinet adalah Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto. Dalam bahasa isyarat, Hasto menyebut keputusan NasDem itu membuat "biru sudah lepas dari koalisi", dan di lain kesempatan sebagai "duri dalam daging". 

Baca juga : Pemerintah Diminta Bersikap Adil Dalam Usulan Pembentukan DOB

Dorongan agar NasDem keluar dari koalisi sebelum Jokowi mendepaknya dari kabinet makin kencang usai salah satu kadernya melemparkan pernyataan kontroversial. Dia adalah Zulfan Lindan. Saat itu, dia menyebut Anies Baswedan yang merupakan capres dari NasDem merupakan antitesa Jokowi. 

Meskipun NasDem menegaskan itu sebagai sikap pribadi dan menjatuhkan sanksi kepada Zulfan, tensi politik kala itu cukup panas. Para elit dari parpol koalisi pendukung pemerintah rame-rame mengkritik NasDem yang dianggap bermain di dua kaki. 

Ditambah lagi, belakangan muncul kabar bahwa hubungan Ketum NasDem dengan Presiden Jokowi semakin buruk. Bahkan saat Partai NasDem merayakan ulang tahun ke-11 pada 11 November lalu, Jokowi tidak hadir dan juga tidak memberikan ucapan selamat. Berbagai kalangan menganggap sikap Jokowi sebagai ekspresi sudah tidak nyaman dengan NasDem.

Lantas apakah kali ini reshuffle bakal benaran terjadi? Sejumlah kader dari pendukung pemerintah menyambut baik sinyal reshuffle yang dilemparkan Jokowi. Ketua DPP PDIP, Djarot Saiful Hidayat menyerahkan sepenuhnya urusan reshuffle kepada Jokowi. Kata Djarot, PDIP menghormati dan mendukung bila presiden ingin melakukan evaluasi para anak buahnya di kabinet. 

"Supaya apa? Supaya ada satu darah baru yang segar, yang bisa mendukung penuh kebijakan Pak Jokowi untuk menuntaskan janji-janji kampanyenya," kata Djarot di Menteng, Jakarta, kemarin. 

Ketua DPP PKB Syaiful Huda menyampaikan hal serupa. Kata dia, Jokowi punya hak prerogatif untuk melakukan reshuffle. Jadi, kata dia, alasan pergantian menteri bisa saja bukan hanya persoalan kinerja. Tapi juga soal kedekatan dan kenyamanan berhubungan dengan para pembantunya. 

Baca juga : Gempa Cianjur, PUPR Turunkan Alat Berat Bersihkan Jalan Nasional

"Kalau presiden terganggu psikologisnya dengan seorang pembantu, ya di-resign pasti," kata Huda, di Hotel Cipta Pancoran, Jakarta, kemarin. 

Menurut Huda, keputusan mengocok ulang kabinet ini hal yang wajar saja. Presiden punya hak untuk mengganti para menterinya kapan saja dengan pertimbangan apa saja. Termasuk perbedaan cara melihat politik. "Dan menurut saya, itu wajar," cetusnya. 

Waketum PPP Arsul Sani pun santai saja menanggapi isu reshuffle kabinet. Menurut dia, keputusan reshuffle kabinet masih sangat mungkin terjadi di sisa waktu setahun ini. Meski begitu, Arsul yakin, menteri dari PPP aman di kabinet. 

"Kami yakin Presiden akan bijak dalam mempertimbangkan representasi partai koalisi,” ujar Arsul, dikonfirmasi, kemarin. 

Bagaimana dengan NasDem? Ketua DPP NasDem Effendi Choiri mengatakan, keputusan reshuffle tergantung perasaan Jokowi. Kata dia, partainya siap menerima segala kemungkinan yang terjadi.

“Itu hak prerogatif Presiden, silakan, apa maunya. Bagi NasDem, siap menghadapi segala situasi,” ucapnya.

Baca juga : BLT Berperan Kurangi Dampak Kenaikan BBM

Sementara itu, Direktur Rumah Politik Indonesia, Fernando Emas menilai pernyataan Jokowi soal reshuffle ini sebagai menguatnya kocok ulang kabinet. Ia memprediksi, reshuffle akan digelar dalam waktu dekat, yaitu di awal tahun, antara Januari sampai Februari. Melihat situasi politik terkini, kata dia,  sangat mungkin menteri yang berasal dari NasDem akan dicopot Jokowi. Apalagi, NasDem dianggap sudah tidak sejalan dengan Jokowi alias duri dalam daging. 

Selain itu, para menteri dari NasDem memang patut dilakukan evaluasi karena seperti Menteri Pertanian, Menteri Komunikasi dan Informatika yang dianggap gagal menjalankan tugasnya selama 3 tahun lebih. "Saya menilai keduanya memang sangat layak dicopot dari posisi menteri. Selain itu Jokowi memang ingin melakukan rotasi terhadap menterinya dan menempatkan sosok yang dianggapnya perlu untuk diposisikan dalam kabinetnya," kata Fernando, saat dikontak Rakyat Merdeka, tadi malam. 

Menurut dia, dengan reshuffle ini Jokowi kemungkinan akan memasukkan Andika Perkasa yang baru saja pensiun sebagai Panglima TNI.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.