Dark/Light Mode

Bangun Iklim Demokrasi Sehat Tanpa Ujaran Kebencian Dengan Kecakapan Politik

Senin, 13 Februari 2023 19:18 WIB
Guru Besar Psikologi Politik Universitas Indonesia, Prof Hamdi Muluk (Foto: Istimewa)
Guru Besar Psikologi Politik Universitas Indonesia, Prof Hamdi Muluk (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Pilpres 2024 merupakan salah satu alat untuk mencapai kehidupan berbangsa dan bernegara yang lebih demokratis dan bermartabat. Setiap langkah dari prosesi Pilpres 2024 diharapkan tidak sampai merusak kohesi dan harmoni kebangsaan.

Guru Besar Psikologi Politik Universitas Indonesia, Prof Hamdi Muluk, mengatakan bahwa tak bisa dipungkiri pesta demokrasi tidak akan pernah lepas dari politik identitas. Namun, iklim demokrasi sehat, yang jauh dari narasi ujaran kebencian, hoaks, adu domba dan SARA tetap harus diwujudkan dan dijunjung seluruh unsur negara. Hal inilah yang mendasari menekankan tentang pentingnya kecakapan politik.

“Setiap orang yang mau berkontestasi, harus cakap secara politik. Artinya, punya kepemimpinan, mengerti isu-isu publik, bisa mengatur manajemen pemerintahan dan sebagainya. Seperti sesuatu yang rasional,” ujar Hamdi, dalam keterangan tertulis yang diterima redaksi, Senin (13/2).

Hamdi melihat, para politisi atau aktor yang punya kepentingan untuk politik masih sering memobilisasi sentimen yang disebut politik identitas. Mereka juga kerap tergoda menggunakanbsentimen suku keagamaan untuk memenangkan kontestasi.

Baca juga : Aplikasi Desanesha Jembatani Kepala Desa Dengan Pakar

“Politik identitas memanipulasi identitas etnik dan keagamaan untuk kepentingan politik. Tentunya ini dalam hukum-hukum demokrasi memang dianggap melewati pagar-pagar demokrasi yang seharusnya tidak boleh diloncati. Dalam norma demokrasi, itu haram hukumnya,” ujarnya.

Ia menilai, fenomena kontestasi politik di Indonesia dari tahun ke tahun kerap diwarnai nuansa permusuhan dan kebencian. Hal ini dapat semakin memperkeruh suasana demokrasi seakan tidak lebih dari sekadar ’peperangan’.

”Masyarakat harus punya literasi politik dan pendidikan yang cukup. Tidak banyak masyarakat yang bisa menilai calon kontestan politik baik partai ataupun perorangan dengan memakai kriteria-kriteria yang rasional seperti baik rekam jejak, program, visi misi politik, program politik dan sebagainya,” jelasnya.

Kondisi demikian, menurut Hamdi, justru menjadi salah satu pemicu terciptanya radikalisasi di tengah masyarakat. Apalagi jika kepentingan politik sudah dibumbui dengan narasi keagamaan yang keliru. Hal ini akan mendorong kelompok radikal atau kelompok ekstrimis kekerasan membajak ideologi agama.

Baca juga : Bayar Pakai SeaBank Kini Bisa Dengan QRIS

“Kalau hal itu (praktik politik identitas) jumlahnya makin banyak di masyarakat, tentunya akan semakin kuat intoleransi beragama, intoleransi politik. Sehingga masyarakat terbelah berdasarkan dukungan terhadap kandidat atau sesuatu yang ‘dibungkus’ memakai agama, tentunya itu berbahaya sekali,” ucapnya.

Ia pun menyerukan segenap masyarakat agar mampu membangun cara pandang baru dalam memaknai kontestasi politik. Itu penting agar tidak mudah terhasut atau bahkan menjadi pelaku pemecah belah persatuan bangsa yang memanfaatkan narasi politik .

“Konsepnya begini. Pertama, kita harus mengimbau kepada para elite-elite, kalau di sosial media terutama influencer-influencer, untuk tidak menciptakan narasi politik identitas seperti itu. Kedua, kita harus bisa memberikan imbauan kepada masyarakat bahwa itu pembodohan,” tegasnya.

Ketiga, lanjut Hamdi, agar masyarakat mampu untuk lebih kritis. Paling tidak, mengecek dahulu fakta atas sebuah berita, jangan mudah percaya. Apalagi kalau disangkutkan dengan agama, maka harus waspada.

Baca juga : Awas, Anies Terancam Kehilangan Momentum

Hamdi berharap, kontestasi politik yang akan datang dapat menjadi konstestasi positif tentang gagasan, rasional, serta tidak lagi membawa narasi politik identitas. ”Kita semua tentu ingin kontestasi Pemilu 2024 sebagai kontestasi adu gagasan, rasional,” tandasnya.■

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.