Dark/Light Mode

Pilot Susi Air Simpati Kepada KKB Papua, Prof Imron Cotan: Kena Oslo Syndrom

Sabtu, 18 Maret 2023 11:04 WIB
Foto: TPNPB OPM.
Foto: TPNPB OPM.

RM.id  Rakyat Merdeka - Pemerhati Isu-isu Strategis dan Global Prof Imron Cotan melihat, ada empati dan simpati dari tersandera kelompok Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) Papua Philip Mark Mehrtens, pilot Susi Air berkewarganegaraan New Zealand kepada KKB Papua.

"Saya tidak heran, itu ada teorinya bernama Oslo Syndrom yang dikembangkan antara lain oleh Kenneth Levin yang menyebutkan, kalau seseorang disandera, lama kelamaan akan mencintai atau bersimpati kepada yang menyanderanya. Itu bisa saja terjadi," papar Prof Imron Webinar Moya Institute bertajuk "Penyanderaan Pilot Susi Air: Tindakan Terorisme?" pada Jumat (17/3) malam.

Faktor itulah, sambung dia, yang kemudian dilihat Panglima TNI, sehingga membuat upaya pembebasan bisa menjadi lebih complicated dan sulit. 

Baca juga : Wakil Ketua KPK: Bukan Cuma Karena Formula E

Sebab, yang bersangkutan sendiri sudah berempati, atau jatuh cinta tidak hanya kepada penyanderanya, tapi kepada ideologi yang dianut para penyandera.

"Ini jadi sulit karena dia sendiri tidak mau di-rescue. Jadi, kalaupun itu terjadi, saya berharap dalam waktu dekat bisa berubah. Karena jika dia bersimpati kepada gerakan separatisme, maka sesuai Pasal 13 A UU No.Tahun 2018, dia sudah terlibat dalam separatisme sesuai bunyinya: siapapun yang melibatkan diri atau membantu gerakan separatisme bisa dipidana maksimal 5 tahun," ingatnya. 

Di sisi lain, kata Prof Imron, tuntutan para penyandera Pilot Susi Air yang ingin menukar kebebasan sanderanya dengan kemerdekaan Papua, adalah tuntutan di luar nalar.

Baca juga : Prabowo-Dudung Turun Gunung

Bila tuntutan semacam ini dipenuhi, maka akan muncul banyak negara merdeka baru sebagai buah dari tindak penyanderaan.

"Tidak mungkin Pemerintah Indonesia, sebagai negara besar dan berdaulat menuruti tuntutan semacam itu," ucapnya.

Pada kesempatan yang sama, Wakil Ketua Umum Partai Gelora Fahri Hamzah menyebutkan, banyak upaya pemerintahan Presiden Jokowi memperpendek jarak pemerintahan antara Jakarta dan Papua.

Baca juga : DPR: Lakukan Dong Penegakan Hukum

Upaya Presiden Jokowi membangun Papua Youth Creative Hub (PYCH) di Jayapura, untuk memajukan generasi muda Papua adalah contoh dari upaya tersebut.

"Presiden Jokowi, menurut saya adalah Presiden yang paling banyak berkunjung ke Papua, dan sambutan masyarakat Papua sangat semarak," ujar Fahri.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.