Dark/Light Mode

BMKG Pastikan, Suhu Panas Di Indonesia Bukan Heatwave, Ini Alasannya...

Selasa, 25 April 2023 09:59 WIB
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati (Foto: Istimewa)
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menegaskan, fenomena udara panas yang terjadi di Indonesia belakangan ini, bukanlah gelombang panas.

Menurutnya, gelombang panas dapat dijelaskan melalui dua penjelasan yang saling melengkapi. Pertama, penjelasan secara karakteristik fenomena. Kedua  penjelasan secara indikator statistik suhu kejadian.

Secara karakteristik fenomena, gelombang panas umumnya terjadi pada wilayah yang terletak pada lintang menengah hingga lintang tinggi, di belahan Bumi Bagian Utara maupun di belahan Bumi Bagian Selatan, pada wilayah geografis yang memiliki atau berdekatan dengan massa daratan dengan luasan yang besar, atau wilayah kontinental atau sub-kontinental.

"Sementara Indonesia terletak di wilayah ekuator, dengan kondisi geografis kepulauan yang dikelilingi perairan yang luas," ujar Dwikorita dalam keterangannya, Selasa (25/4).

Terjadinya gelombang panas, umumnya terkait dengan berkembangnya pola cuaca sistem tekanan atmosfer tinggi di suatu area, dengan luasan yang besar secara persisten dalam beberapa hari.

Ini terkait dengan aktivitas gelombang Rossby di troposfer bagian atas.

Baca juga : Capres PDIP Diumumkan Pukul 13.30, Publik Bisa Pantau Via YouTube, Ini Linknya...

Dalam sistem tekanan tinggi tersebut, pergerakan udara dari atmosfer bagian atas menekan udara permukaan (subsidensi), sehingga termampatkan.

Suhu permukaan meningkat, karena umpan balik positif antara massa daratan dan atmosfer.

Pusat tekanan atmosfer tinggi ini menyulitkan aliran udara dari daerah lain mengalilr masuk ke area tersebut.

Semakin lama sistem tekanan tinggi ini berkembang di suatu area karena umpan balik positif antara daratan dan atmosfer, suhu panas di area tersebut akan semakin meningkat. Awan akan semakin sulit tumbuh di wilayah tersebut.

Secara indikator statistik suhu kejadian, gelombang panas dalam ilmu cuaca dan iklim didefinisikan sebagai periode cuaca, dengan kenaikan suhu panas yang tidak biasa.

Berlangsung setidaknya 5 hari berturut-turut atau lebih (sesuai batasan Badan Meteorologi Dunia atau WMO).

Baca juga : Erick Pastikan, Pemudik Di Lintas Merak-Bakauheni Terlayani Maksimal

Dwikorita memaparkan, suatu lokasi disebut terdampak gelombang panas, apabila mencatat suhu maksimum harian melebihi ambang batas statistik. Misalnya, 5 derajat Celcius lebih panas, dari rata-rata klimatologis suhu maksimum.

"Apabila suhu maksimum tersebut terjadi dalam rentang rata-ratanya dan tidak berlangsung lama, maka tidak dikategorikan sebagai gelombang panas," bebernya.

Karena itu, jika ditinjau secara lebih mendalam, baik secara karakteristik fenomena atau indikator statistik pengamatan suhu, Indonesia tidak termasuk ke dalam wilayah yang terdampak gelombang panas, karena tidak memenuhi kondisi-kondisi tersebut.

Dwikorita menerangkan, secara karakteristik fenomena, suhu panas yang terjadi di wilayah Indonesia merupakan fenomena akibat dari adanya gerak semu matahari, yang merupakan suatu siklus yang biasa dan terjadi setiap tahun.

Sehingga, potensi suhu udara panas seperti ini juga dapat berulang pada periode yang sama, setiap tahunnya.

Sedangkan secara indikator statistik suhu kejadian, lonjakan suhu maksimum yang mencapai 37,2 derajat Celcius melalui pengamatan Stasiun BMKG di Ciputat pada pekan lalu, hanya terjadi satu hari. Tepatnya, pada tanggal 17 April 2023.

Baca juga : Erick: Indonesia Akan Gandeng Jepang

"Suhu tinggi tersebut sudah turun. Saat ini, suhu maksimum teramati berada dalam kisaran 34 hingga 36 derajat Celcius di beberapa lokasi. Variasi suhu maksimum 34-36 derajat Celcius untuk wilayah Indonesia, masih dalam kisaran normal klimatologi dibanding tahun-tahun sebelumnya," urai Dwikorita.

"Secara klimatologis, dalam hal ini untuk Jakarta, bulan April-Mei-Juni adalah bulan-bulan di mana suhu maksimum mencapai puncaknya, selain Oktober-November," pungkasnya. ■

 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.