Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Catatan Agus Sutoyo

Sudah Berliterasi, Sambas Semakin Sakti

Selasa, 23 Mei 2023 20:15 WIB
Kepala Pusat Jasa Informasi Perpustakaan dan Pengelolaan Naskah Nusantara Perpusnas Agus Sutoyo (Foto: Istimewa)
Kepala Pusat Jasa Informasi Perpustakaan dan Pengelolaan Naskah Nusantara Perpusnas Agus Sutoyo (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Pernah mendengar dan melihat kisah anak kembar berkepala botak yang lucu menggemaskan dari seri televisi negeri jiran? Ya, benar Ipin dan Upin. Percaya atau tidak, ternyata Ipin dan Upin sudah dewasa sekarang dan ternyata tinggalnya di Kabupaten Sambas Kalimantan Selatan. "Ipin dan Upin" versi Sambas ini adalah pegawai pada Pemda Sambas yang mengawal perjalanan saya dari Pontianak sampai Sambas dan bahkan sangat familiar dan dikenal di negeri jiran Serawak.

Kabupaten Sambas cukup luas, hijau, dan sejuk karena pada posisi paling ujung barat laut di Kalimantan Barat. Kabupaten ini berbatasan dengan negara tetangga, Malaysia Timur dan Laut Natuna di sebelah utara, dan Kabupaten Bengkayang dan Kota Singkawang di sebelah selatan. Sementara, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Bengkayang dan Serawak, serta di sebelah barat berbatasan dengan Laut Natuna. Secara geografis, Kabupaten Sambas memiliki luas wilayah sebesar 6.395,70 kilometer persegi yang terbagi ke dalam 19 kecamatan. Kecamatan Sajingan Besar menjadi kecamatan terluas dengan 1.391,20 kilometer persegi dan berbatasan langsung dengan Serawak Malaysia.

Saya sangat beruntung mendapat kesempatan kembali ke Sambas setelah beberapa tahun silam pernah menginjakkan kaki di Sambas ini. Dan tentu saja banyak sekali perubahan dan kemajuannya. Apalagi bila menengok kebelakang tentang literasi dan perpustakaan, tentu ini menjadi catatan yang menarik untuk diungkapkan. Dengan kondisi sekarang ini, perpustakaan Kabupaten Sambas memiliki gedung yang sangat representatif, dan menjadi satu-satunya gedung pemerintahan kabupaten yang memiliki lift untuk naik ke lantai 2 dan 3. Dan gedung perpustakaan ini merupakan bantuan dana alokasi khusus dari Perpustakaan Nasional RI (Perpusnas).

Karena perpustakaan dan literasi inilah saya didampingi pustakawan-pustakawan Pujasintara Perpusnas bersama Ketua Umum Ikatan Pustakawan Indonesia (IPI) T Syamsul Bahri kembali berkesempatan menginjak kaki di kota yang mempunyai salam lima jari ”salam berkemajuan”. Tentu saja salam ini motivasi ini bukan untuk kampanye partai politik, tetapi salam untuk mencirikan dan memotivasi masyarakat Sambas untuk maju dalam kebersamaan meraih kesuksesan. Pada kesempatan yang baik tersebut, saya mengajak Sambas berliterasi melalui peluncuran Kartu Sakti, satu kartu terintegrasi yang merupakan program prioritas nasional Perpusnas dalam meningkatkan layanan perpustakaan dengan konsep memperkuat jejaring nasional.

Kegiatan peluncuran kartu Sakti inipun sebenarnya adalah tindak lanjut dari dibangunnya gedung perpustakaan yang sangat representatif dan telah diresmikan oleh Kepala Perpusnas Muhammad Syarif Bando dan Bupati Sambas H Satono pada 28 Juni 2022. Kepala Perpusnas mengatakan pembangunan gedung perpustakaan dilakukan sesuai arahan Presiden Jokowi untuk membangun daerah terluar di wilayah Indonesia. Dirinya memberikan apresiasi seluruh kemajuan yang dicapai pemerintah daerah Kabupaten Sambas dan seluruh masyarakatnya dalam pembangunan gedung perpustakaan ini.

Gedung tersebut adalah gedung perpustakaan termegah yang ada di Provinsi Kalimantan Barat. Syarif Bando juga menyampaikan agar tidak hanya pembangunan fasilitas saja, namun perlu adanya kebijakan yang mendukung pemanfaatan layanan perpustakaan daerah Kabupaten Sambas. “Saya titip  ada kebijakan dari Bapak Bupati menjadikan perpustakaan sebagai ruang belajar terbuka terutama bagi masyarakat yang tidak mungkin lagi ikut dalam pendidikan formal,” imbuhnya.

Baca juga : White Collar Crime Di Tubuh Birokrasi Dan Krisis Kepercayaan

Berkenaan dengan hal tersebut, Bupati Sambas dalam sambutan peluncuran kartu Sakti yang disampaikan Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Sambas Heryanto bahwa perlu adanya pengelolaan informasi yang profesional dan memiliki tenaga perpustakaan yang berkompeten untuk memahami dan melaksanakan pengelolaan data yang terstandarisasi sesuai dengan kaidah-kaidahnya.

Kreativitas pustakawan dalam mengembangangkan dan meningkatkan layanan diera digital ini sangat diperlukan. Pustakawan harus mampu berperan aktif mengambil bagian dalam era teknologi yang berkembang saat ini dengan melakukan inovasi dalam layanan. Berbicara mengenai generasi emas, Indonesia pada tahun 2045 mendatang diproyeksikan akan menghadapi bonus demografi, dimana usia produktif jauh lebih banyak dibandingkan dengan usia tidak produktif.

Menurutnya, hal ini juga dirasakan di Kabupaten Sambas yang berdasarkan data dari Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Sambas pada tahun 2022 tercatat bahwa jumlah penduduk usia produktif Kabupaten Sambas berjumlah 413.490 orang dari 647.844 orang jumlah keseluruhan penduduk Kabupaten Sambas. Bila melihat sejarahnya, pada abad ke-13, Sambas menjadi kota pelabuhan yang penting karena pada waktu itu, Belanda sempat membuka gudang di daerah ini. Pada 2020, jumlah penduduk Kabupaten Sambas sebanyak 629.905 jiwa dengan proporsi laki-laki sebanyak 322.373 jiwa dan perempuan 306.532 jiwa. Dari jumlah tersebut tergambarkan bahwa usia produktif di Kabupaten Sambas sampai pada tahun 2022 mencapai 63 persen. Oleh karena itu, potensi sumber daya manusia di Kabupaten Sambas ini cukup tinggi dan sangat besar peluangannya dalam meningkatkan skill dan profesionalisme masyarakat di Kabupaten Sambas.

Sekarang ini, dengan telah dibangunnya salah satu sarana pendukung pendidikan yaitu gedung layanan perpustakaan dari pemerintah pusat melalui Perpusnas, yang telah menggelontorkan Dana Alokasi Khusus (DAK) subbidang perpustakaan senilai 10 miliar rupiah merupakan wujud nyata dukungan dalam upaya peningkatan sumber daya manusia yang cerdas dengan peningkatan indeks literasi di Kabupaten Sambas. Hal ini pemerintah juga mendapatkan dukungan penuh dari Komisi X DPR sehingga banyak sekali program-program pemerintah pusat bisa sampai ke berbagai daerah.

Di sisi lain, Pemerintah Kabupaten juga menunjukkan komitmen pembangunan literasi di daerahnya dengan menyiapkan dana pendamping pembangunan perpustakaan sebesar 3,5 miliar rupiah. Bupati Sambas Satono, juga menyampaikan terima kasih kepada Perpusnas yang telah berkolaborasi menghadirkan fasilitas untuk Kabupaten Sambas menjadi lebih maju. “Mudah-mudahan fisik yang bagus, bangunan yang megah dan kokoh juga diimbangi dengan semangat membaca anak-anak dan seluruh masyarakat yang terus meningkat sehingga bisa membawa Kabupaten Sambas menjadi kabupaten terunggul di Kalimantan Barat”, sebutnya.

Sementara itu, Anggota Komisi X DPR, Adrianus Asia Sidot, juga menyampaikan apresiasi atas kinerja Perpusnas yang telah menghadirkan fasilitas layanan perpustakaan di berbagai daerah, salah satunya Kabupaten Sambas meskipun dengan anggaran yang terbatas. Adrianus menegaskan, Perpusnas sebagai mitra kerja akan terus mendapat dukungan yang besar dari Komisi X terutama dalam rangka pengembangan perpustakaan dan program peningkatan literasi masyarakat di berbagai daerah. “Meskipun anggarannya terbatas tidak melemahkan semangat Kepala Perpusnas dan jajarannya untuk tetap berjuang agar rakyat Indonesia meningkat indeks literasinya,” ucapnya.

Baca juga : Bamsoet Minta Generasi Muda Teladani Semangat Juang Pattimura

Seperti harapan Kepala Perpusnas dan juga Bupati Sambas Satono yang berharap dengan diresmikannya gedung perpustakaan termewah dan termegah di Provinsi Kalimantan Barat ini, bisa memacu semangat masyarakat perbatasan untuk membaca dan terus membaca. Karena berkawan dan membaca buku tak ubahnya kita menjadi lebih serba tahu," katanya. Dalam kesempatan peluncuran kartu Sakti ini pula, Bupati Satono menyampaikan apresiasi yang setinggi tingginya atas terwujudnya kerjasama antara Perpustakaan Nasional RI dengan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Daerah Kabupaten Sambas sebagai pengembangan inovasi layanan di Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Daerah Kabupaten Sambas. Inovasi-inovasi seperti ini diharapkan selalu tumbuh untuk memudahkan masyarakat Kabupaten Sambas dalam memperoleh layanan perpustakaan terutama menjadikan anggota perpustakaan Kabupaten Sambas menjadi otomatis juga adalah anggota Perpustakaan Nasional, yang mempunyai kesempatan yang seluas-luasnya dalam mengakses layanan Perpustakaan Nasional.

Sambas Semakin Sakti

Layanan perpustakaan melalui kartu Sakti (Satu Kartu Terintegrasi) ini diharapkan memberi kemudahan bagi masyarakat Kabupaten Sambas untuk mendapatkan akses layanan perpustakaan daerah kabupaten Sambas maupun layanan Perpustakaan Nasional. Hal ini merupakan langkah mulia dalam upaya mendorong, membangun dan mencerdaskan kehidupan bangsa  melalui literasi demi terwujudnya Sambas yang Beriman, Kemandirian, Maju dan Berkelanjutan. Derasnya kemajuan informasi di era digital ini, perpustakaan dituntut harus mampu mengembangkan layanan dimana tidak hanya terbatas kepada layanan konvensional  tetapi juga harus mampu mengembangkan layanan perpustakaan berbasis digital.

Kondisi ini memberi peluang kepada kita untuk membawa bangsa ini menjadi jauh jauh lebih maju, jika mampu mengelola dan memanfaatkan bonus demografi ini. Dan Produktivitas menjadi kunci dalam mewujudkan tujuan mulia ini. Produktivitas sendiri adalah sikap mental dan etos kerja yang berorientasi pada perbaikan mutu kehidupan, efisiensi, efektivitas, dan penciptaan nilai tambah. Dengan kehadiran layanan perpustakaan kartu Sakti ini diharapkan Sambas semakin ”sakti”, karena dapat memberikan pendidikan dengan kemudahan akses layanan bahan pustaka yang tentunya berisi ilmu pengetahuan yang dapat menciptakan manusia yang cerdas dan unggul sehingga terwujudnya kesejahteraan.

Dengan adanya gedung layanan perpustakaan yang sangat baik tersebut, diharapkan Perpustakaan Sambas terus berbenah diri, menyiapkan program dan kegiatan unggulan, sehingga megahnya gedung layanan perpustakaan akan bertambah semarak dunia literasi di daerah yang kaya akan hasil bumi dan pertanian ini. Diharapkan perpustakaan selain melayani masyarakatnya dengan kebutuhan informasi yang kekinian, diperlukan satu ranah yang menyebutkan sejarah dan latar belakang budaya termasuk pariwisata yang dikemas dalam bentuk buku yang diterbitkan oleh masyarakat penulis kabupaten Sambas yang koleksinya kemudian disimpan dan dilayankan di area gedung layanan tersebut. Sehingga potensi literasi yang sangat kuat akan lahir informasinya dari perpustakaan. Masyarakat yang ingin menggali tentang sejarah, seni, budaya, ekonomi, pariwisata dan lain sebagainya datang saja ke perpustakaan, semua informasi bisa didapatkan disini. Itulah kenapa saya katakan, Sambas semakin Sakti.

Dari catatan pariwisata yang ada, tetapi informasi ini kurang dikemas secara apik, dan hal ini merupakan peluang dari pustakawan untuk terus menggali dan menuliskan informasi yang sangat fenomenal di kabupaten Sambas misalnya tentang Keraton Sambas. Padahal kompleks Keraton Sambas terletak di Kelurahan Dalam Kaum, Kecamatan Sambas. Keraton seluas 16.781 meter persegi itu didirikan pada 1933. Bangunannya berdiri pada masa pemerintahan Sultan Muhammad Mulia Tsjafioedin.

Keraton ini biasa disebut juga sebagai Istana Alwatzikhoebillah. Bangunan keraton bertipe rumah panggung berbahan kayu ulin atau belian yang terdiri dari tiga bangunan yaitu bangunan utama berupa tempat tinggal sultan dan keluarga, tempat dapur dan juru masak, serta kantor kerja sultan. Di atas ambang pintu bangunan utama yang menghubungkan balairung dan ruang keluarga terdapat tulisan ‘Sultan van Sambas’ dengan tanggal peresmian 15 Juli 1933. Bangunan itu merupakan pengganti Keraton Sambas yang dibangun oleh Sultan Bima pada 1632. Karena letaknya di pinggir Sungai Sambas, keraton ini memiliki dermaga sendiri untuk keperluan transportasi yang bernama Jembatan Seteher.

Baca juga : Wapres: Usia Muda Sedikit, Yang Tua Semakin Banyak

Kemudian ada lagi sejarah tentang berdirinya Masjid Jami Kesultanan Sambas. Menurut sejarah, masjid ini pernah direnovasi pada masa Sultan Muhammad Saifuddin II, putra Sultan Umar Aqomuddin I, dan dikembangkan menjadi Masjid Jami sejak 1885. Serambi masjid berbentuk persegi panjang dengan tempat buah anak tangga. Bagian luar bangunan masjid berwarna kuning dengan arsitektur bergaya Arab, Belanda, dan Melayu. Konon, persebaran agama Islam di Sambas berawal dari masjid yang berukuran 60x40 meter persegi ini. Selain itu, ada pula pengrajin kain Tenun Songket.

Sambas dikenal dengan produksi kain tenun songket. Kain tenun songket Sambas sudah ada sejak masa pemerintahan Sultan Sulaiman, sultan pertama Kesultanan Sambas. Hal ini ditandai dengan peninggalan Kesultanan Sambas dan kain antik yang dimiliki masyarakat Sambas. Kain tenun songket Sambas digunakan sebagai pelengkap dalam ritual adat, salah satunya seserahan dalam upacara perkawinan. Ciri khas kain tenun ini yaitu memiliki motif pucuk rebung atau bambu muda yang bergambar segitiga memanjang dan lancip. Selain itu, pada pinggir kain tenun biasanya berwarna putih dan tidak terkena tenunan serta terdapat benang emas dalam tenunannya sebagai ciri khas tenun Melayu.

Yang tidak kalah menariknya adalah literasi kuliner seperti Bubbor Paddas atau bubur pedas yang juga sangat khas. Bubbor Paddas ini merupakan makanan khas suku Melayu Sambas. Bagi masyarakat suku Melayu Sambas, Pedas berarti sebuah perumpamaan yang bermakna beragam sayuran dan rempah. Ketika membuat bubur ini, berbagai macam sayur, seperti jagung yang sudah dilepas dari bonggolnya, daun pakis, kangkung, daun kunyit, kentang, dan daun kesum (Polygonum odoratum) dimasukkan ke dalam olahan. Daun kesum hanya ada di Kalimantan Barat dan digunakan untuk memberikan aroma pada bubur. Rasa pedas pada bubur bukan berasal dari cabai, tetapi dari lada ketika beras disangrai. Rasa bubur ini yaitu perpaduan gurih dan sedikit pedas. Bubur ini umumnya ditemui ketika Ramadan tiba, dan ketika ada acara khusus perjamuan dengan para tamu agung pemerintah, termasuk saya pada kesempatan itu ikut menikmati bubur pedas yang disajikan.

Saya pikir masih banyak lagi literasi sejarah, seni budaya, kuliner dan pariwisata yang perlu diungkapkan melalui perpustakaan ini, semoga saja ke depan perpustakaan Sambas dengan gedungnya yang megah ini dapat terus memberikan kemegahan warna dalam memberikan layanan perpustakaan dan informasi, sebagai pusat pembelajaran masyarakat, dan juga pusat kegiatan literasi masyarakat.Apalagi dengan program transformasi perpustakaan berbasis inklusi sosial yang didukung Bunda Literasi Kabupaten Sambas Hj. Yunisa Sanoto yang kerap mengerahkan seluruh elemen masyarakat melalui bunda literasi kecamatan yang notabene juga adalah ketua PKK kecamatan.

Seperti halnya pada kunjungan saya kemarin itu, saya disajikan kue lapis khas Sambas yang rasanya sangat layak untuk dikomersilkan dan diviralkan. Literasi inklusi sosial ini menjadi sangat tepat untuk menambah kesejahteraan masyarakat Sambas. Bahkan saya dijanjikan akan dikunjungi lagi ke Perpusnas Jakarta dengan membawa 19 bunda literasi kecamatan, dan masing-masing bunda literasi itu memasak kue lapis khas Sambas, berarti ada 19 jenis kue lapis khas Sambas yang akan tersaji di meja literasi saya. Rasanya sudah diujung lidah, menanti kedatangan bunda-bunda literasi yang baik hati dari kabupaten Sambas. Salam Literasi.***

Agus Sutoyo, Kepala Pusat Jasa Informasi Perpustakaan dan Pengelolaan Naskah Nusantara, Perpustakaan Nasional RI.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.