Dark/Light Mode

Catatan Prof Tjandra Yoga Aditama

10 Indikator Kesehatan Berisiko Tidak Tercapai & Cara Mengatasinya

Senin, 12 Juni 2023 14:43 WIB
Prof Tjandra Yoga Aditama (Foto: Istimewa)
Prof Tjandra Yoga Aditama (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Pada 5 Juni 2023, dalam Rapat Kerja dengan Komisi XI DPR, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Suharso Monoarfa menyatakan bahwa ada 10 indikator (kesehatan) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024 berisiko tidak tercapai di 2024. Rinciannya sebagai berikut:

1. Imunisasi dasar lengkap. Pada 2022 baru tercapai 63,17 persen dari target 2024 sebesar 90 persen.

2. Penurunan angka stunting pada balita. Target yang harus dicapai sebesar 14 persen tahun 2024, namun capaian pada 2022 masih sebesar 21,6 persen.

3. Tingkat wasting balita atau penurunan berat badan. Pada 2022 baru menyentuh 7,7 persen, sementara target RPJNM 2024 adalah 7 persen.

4. Insidens tuberkulosis. Ditargetkan turun ke 297 jiwa per 100.000 penduduk, akan tetapi realisasinya baru mencapai 354 jiwa per 100.000 penduduk.

5. Eliminasi malaria. Ditarget dapat turun mencapai 297 jiwa per kabupaten atau kota, sementara realisasi masih mencapai 372 jiwa per kabupaten atau kota.

Baca juga : Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2023 dan Penanganan Masalah Kesehatan

6. Eliminasi kusta. Pada 2022 hanya 403 kabupaten/kota, dari target 514 per kabupaten/kota pada 2024.

7. Penurunan tingkat merokok pada anak. Pada 2022masih di angka 9,10 persen, sementara target perokok anak di tahun 2024 dapat diturunkan menjadi sebesar 8,7 persen.

8. Penurunan obesitas. Obesitas pada penduduk dewasa masih sebesar 21,8 persen pada 2022.

9. Fasilitas kesehatan tingkat pertama. Diharapkan bisa menyentuh angka 100 persen di tahun depan, namun baru tercapai 56,4 persen tahun 2022.

10. Puskesmas dengan tenaga kesehatan sesuai standar. Pada 2022 baru 56,07 persen dari target 83 persen pada 2024.

Kenyataan ini tentu menyedihkan kita bersama karena setidaknya tiga hal. Pertama, ini adalah target yang sudah dicanangkan dengan seksama dan tentu segala upaya sudah dilakukan, tetapi ternyata hasilnya tidaklah memuaskan.

Baca juga : RUU Kesehatan, Reformasi Sektor Kesehatan Secara Menyeluruh

Kedua, ini tentu bukan hanya masalah target yang tidak tercapai, tetapi karena ini adalah indikator penting maka tentu akan punya potensi dampak merugikan bagi derajat kesehatan bangsa kita.

Ketiga, karena ini sudah tinggal sekitar 1,5 tahun lagi RPJMN 2020-2024, maka tentu upaya amat keras harus dilakukan sampai tahun 2024, dan bahkan juga oleh pemerintah baru di 2024 mendatang. Apalagi dalam lampiran Peraturan Presiden Nomor 18 tahun 2020 jelas-jelas disebutkan bahwa RPJMN 2020-2024 merupakan tahapan penting dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025.

Penyebab & Upaya Keras yang Diperlukan

Adanya pandemi Covid-19 tentu punya pengaruh risiko tidak tercapainya 10 indikator kesehatan ini, walaupun tidak tepat juga hanya menyalahkan pada pandemi. Pada waktu awal Covid-19 di tahun 2020, waktu saya masih bertugas di WHO, mulanya memang kami rapat dengan negara-negara membicarakan Covid-19. Rapat kedua dan ketiga juga masih membicarakan Covid-19 saja, tetapi di rapat selanjutnya kami di WHO sudah mengingatkan negara-negara Asia Tenggara untuk tetap menjaga agar pelayanan kesehatan primer dapat terus dijaga. Kalau tidak maka kita akan menghadapi berbagai masalah selain COVID-19. Salah satu contoh nyatanya di negara kita adalah karena rendahnya cakupan imunisasi rutin, maka terjadilah kasus polio VDPV 2 di Aceh dan juga di Purwakarta, serta ada peningkatan kasus campak beberapa waktu yang lalu.

Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada pilihan selain perlunya upaya ekstra keras dalam tahun-tahun mendatang agar pelayanan kesehatan primer di negara kita dapat ditingkatkan. Ini harus sejalan dengan peningkatan pencapaian “universal health coverage/UHC” agar seluruh rakyat kita, di mana pun berada dan bagaimanapun situasi keuangannya, akan dapat memperoleh pelayanan kesehatan bermutu yang diperlukannya tanpa harus memberatkan kantongnya.

Selain pandemi, penyebab lain risiko tidak tercapainya 10 indikator kesehatan ini adalah karena kesehatan masih belum mendapat perhatian utama. Memang waktu Covid-19, semua sumber daya diprioritaskan ke kesehatan. Kita bersyukur situasi Covid-19 sudah lebih terkendali. Kita berharap sumber daya optimal tetap diberikan pada sektor kesehatan. Ini termasuk anggaran kesehatan, komitmen politik dan juga peran serta berbagai sektor terkait. Dalam hal ini, juga harus terus dibina hubungan harmonis dan kerja bersama dengan semua pemangku kepentingan, termasuk pelaku aktor pelayanan kesehatan di lapangan.

Hal lain yang juga jadi ganjalan penting selama ini adalah pelaksanaan kegiatan promotif dan preventif. Ini tentu berperan dalam risiko tidak tercapainya 10 indikator kesehatan kita. Memang sudah sejak dulu selalu disebutkan bahwa promitif dan preventif itu penting, tetapi pada kenyataannya, perhatian lebih berat diberikan pada aspek kuratif.

Baca juga : Cukai Minuman Berpemanis Dalam Kemasan & Kesehatan Masyarakat

Kalau bicara kesehatan, lebih sering disinggung tentang rumah sakit dan bahkan rumah sakit internasional, serta belakangan banyak dibicarakan kekurangan dokter spesialis. Memang tentu pelayanan rumah sakit itu penting, tetapi pelayanan kesehatan langsung di masyarakat dan di Puskesmas juga amatlah penting, ternasuk juga pemberdayaan masyarakat.

Dokter spesialis juga tentu penting sekali, tetapi petugas kesehatan di desa juga amat sentral perannya dalam kesehatan bangsa kita. Seperti misalnya perawat kesehatan masyarakat, atau petugas promosi kesehatan, juga tenaga sanitasi lingkungan, juru imunisasi, petugas gizi desa, dan lain-lain. Artinya, ke depan harus ada tindakan nyata bahwa promotif preventif setidaknya sama pentingnya dengan aspek kuratif.

Program kesehatan bangsa kita perlu jelas-jelas menunjukkan peran penting dan kegiatan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit, tentu sejalan dengan penangan kalau penyakit sudah timbul. Mudah-mudah ini yang akan kita lihat secara nyata pada tahun mendatang ini, dan juga pada program pemerintah baru kelak. Dalam hal ini, akan baik sekali kalau para Calon Presiden juga membawa isu kesehatan sebagai salah satu program utamanya.■

Tjandra Yoga Aditama
Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI/ Guru Besar FKUI, Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara, Mantan Dirjen Pengendalian Penyakit serta Kepala Balitbangkes, Penerima Rakyat Merdeka Award 2022 bidang Edukasi dan Literasi Kesehatan Masyarakat

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.