Dark/Light Mode

Tahun Politik, Franz Magnis: Pancasila Tidak Bisa Ditawar-Tawar

Sabtu, 17 Juni 2023 22:30 WIB
Seminar nasional Pancasila, Demokrasi dan Moderasi Beragama. (Foto: Ist)
Seminar nasional Pancasila, Demokrasi dan Moderasi Beragama. (Foto: Ist)

RM.id  Rakyat Merdeka - Pemuka Agama Katolik Franz Magnis Suseno mengatakan, kunci keberhasilan Indonesia dalam menjaga persatuan adalah Pancasila. Karena itu, dalam menyambut tahun politik saat ini, Franz mengingatkan agar terus menjaga Pancasila.

"Pancasila itu pemersatu, maka tidak boleh ditawar lagi," kata Franz, saat memberikan sambutan di acara Seminar Nasional dengan tema "Pancasila, Demokrasi dan Moderasi Beragama" diadakan oleh Sekolah Tinggi Pastoral (STIPAS) Keuskupan Agung Kupang, di Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), belum lama ini.

Narasumber lain adalah, Florens Maxi Un Bria, Fransiskus Bustan, Aloysius Liliweri, dengan moderator Nobertus Jegalus. Staf Khusus Dewan Pengarah BPIP Benny Susetyo ikut hadir memberikan sambutan. 

Baca juga : Kepala BPIP: Pancasila Harapan Masa Depan

Acara yang digelar secara hybrid ini dihadiri oleh 150 peserta Kuring dan 90 peserta daring yang terdiri atas para mahasiswa dan rohaniwan dari berbagai negara seperti dari Amerika Serikat, Australia, dan Meksiko.

Dalam paparannya, Romo Franz Magnis-Suseno menyatakan bahwa masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang majemuk. Karena itu, semua pihak perlu mendorong keagamaan yang moderat. "Sebagai umat, kita harus terus membangun hubungan positif, saling percaya dengan agama-agama lainnya," jelasnya.

Sementara itu, Staf Khusus Ketua Dewan Pengarah BPIP ini, mengawali paparannya tentang bagaimana umat Katolik terlibat dalam gerakan persatuan dan kemerdekaan Indonesia. Namun, dalam perkembangannya umat Katolik tidak lagi terlibat pada gerakan, tetapi pada status quo. "Dulu takut dengan kekuatan dan pemegang kekuasaan. Itu sejarah dan bisa dilihat dalam riset," jelasnya. 

Baca juga : Tahun Politik, Jokowi Perlu Perkuat Kinerja Kabinet

Dia pun menyoroti tren masyarakat, khususnya umat Katolik saat ini. Seperti  budaya copy paste. Mudah saja menyebarkan berita tanpa didalami dulu. Padahal, lanjut dia, banyak manipulasi di media sosial untuk menjadi alat provokasi agama. "Umat menjadi tidak cerdas dan masuk dalam perangkap; malah ikut-ikut provokasi. Agama padahal sakral nilainya: kita menghina agama lain, kita menghina Tuhan juga," serunya. 

Salah satu pendiri Setara Institute ini juga menyatakan bahwa saat ini terjadi darurat Pancasila. Dari hasil survei Setara diketahui 83 persen pelajar menyatakan setuju jika Pancasila diganti. "Mengapa itu terjadi? Berarti ada kegagalan dalam pendidikan kewarganegaraan dan agama. Seharusnya ini juga menjadi pacu bagi Kemendikbud untuk meningkatkan kualitas pendidikan Pancasila dan agama," katanya. 

Padahal kata dia, Pancasila adalah kesepakatan dan pemersatu kita semua. Apalagi sekarang, akan tahun politik 2024. "Isu-isu dikeluarkan yang dapat menghancurkan persatuan dan kesatuan. Pancasila dibutuhkan," tuturnya. 

Baca juga : BPIP Tegaskan Penerbitan Buku Pendidikan Pancasila Nggak Boleh Dimonopoli

Benny pun menutup paparannya dengan sebuah seruan agar umat harus hati-hati melihat politik. Jangan terkecoh. Jangan terjebak dengan karisma semata tanpa melihat track recordnya. "Jangan memilih yang mengancam Pancasila, karena kalau itu terjadi, kaum minoritas-lah yang terdampak. Anda jangan mau dijadikan korban pertarungan politik," tutupnya. 

Sementara itu, Fransiskus Bustan pun menyatakan bahwa Pancasila adalah identitas Indonesia. Kata dia, perbedaan  antara bangsa Indonesia dengan bangsa lainnya. "Pancasila adalah simpul perajut dan pemersatu bangsa Indonesia. Pancasila menyatukan kita semua," serunya. 

Aloysius Liliweri mengajak kepada peserta untuk juga memilih calon dalam pemilihan daerah masing-masing untuk tetap bersandar pada nilai Pancasila. "Pilihlah juga anggota DPR, DPRD, Bupati, Wali Kota, Gubernur, yang memang memperhatikan kita semua, yang memiliki dan mengamalkan nilai-nilai Pancasila. Itu juga harus dipikirkan dan diperhatikan," katanya.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.